SURABAYA – MARITIM : Dengan total kontribusi sekitar 35% produksi minyak dan gas bumi Indonesia, Provinsi Jawa Timur (Jatim), masih terbuka lebar dalam pengembangan sumber daya manusia di industri hulu migas. Namun, untuk mewujudkannya perlu sinergi dan komitmen dari berbagai pemangku kepentingan. Hal itu menjadi salah satu poin penting dari diskusi yang menghadirkan Ali Masyhar Kepala SKK Migas Jawa-Bali-Nusa Tenggara (Jabanusa) , Hirman Estu Bagijo Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur, Hadi Subhan Pakar Perburuhan, dan Erwin Maryoto Vice President Public and Goverment Affairs Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL).
Diskusi Ruang Ide Jawa Pos di Hotel Majapahit, Surabaya, pekan lalu merupakan hasil kerja sama dengan SKK Migas dan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) tersebut mengangkat tema ‘Peningkatan SDM Dalam Mewujudkan Tenaga Kerja Yang Berkualitas di Dunia Industri Hulu Migas’. Setiajid, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jatim Setiajid menjelasdkanJatim sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi migas besar, perlu siapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Seperti diketahui industri hulu migas di Jatim merupakan salah satu dari penyumbang PDRB besar di Jatim. Di depan peserta diskusi, Kadis ESDM Jatim katakan: ’’Untuk itu, kami harap pertumbuhan kesiapan sumber daya manusia khususnya di sektor migas makin bagus. Semoga, Jatim punya perguruan tinggi yang memberikan pendidikan berhubungan dengan migas”.
Sementara Kepala Dinas ketenagakerjaan Dan Transmigrasi Himawan Estu Bagijo oaparkan sekitar 60 persen pekerja di Jatim merupakan tamatan SD–SMA. Artinya, mereka kurang memiliki skill. Ujarnya: ’’Untuk itu, Gubernur Jatim punya cara melalui SMA double track, agar output mereka memiliki keterampilan dan soft skill. Selain itu, kita perbanyak pelatihan dari yang awalnya 240 jam menjadi 480 jam”.
Kepala SKK Migas Jabanusa Ali Masyhar memaparkan SKK Migas yang bertugas mengawasi dan mengontrol 32 perusahaan migas yang ada di Jabanusa berkomitmen mengembangkan tenaga kerja di sektor hulu migas. Salah satunya lewat program pertukaran tenaga kerja ke luar negeri dan job training. Dengan program itu diharap ada transfer knowledge. Ada pula job swaping dan internasionalisasi atau pengakuan dari pusat. Jelasnya: ’’Agar pekerja kita punya kemampuan sama dengan tenaga kerja asing dan diakui kantor pusat hingga terbuka kemungkinan pekerja kita bertugas di pusat perusahaan”.
Sementara itu, Vice President Public & Goverment Affairs EMCL Erwin Maryoto menuturkan bahwa saat ini EMCL memiliki 550 tenaga kerja, namun dengan tenaga kerja yang terbatas itu EMCL Banyu Urip mampu menghasilkan 220 ribu barel per hari. Hal ini karena tenaga kerja merupakan aset yang perlu terus dikembangkan. Dalam pengembangan SDM, EMCL memiliki kurikulum global yang berfungsi agar seluruh SDM di EMCL memiliki skill dan kemampuan yang sama dengan SDM ExxonMobil di seluruh dunia. Disebutkan dalam hal rekrutmen, EMCL mencari SDM yang memiliki karakter, kemampuan berpikir, dan memiliki endurance. Dari 550 tenaga kerja EMCL, beberapa di antaranya ada yang merupakan lulusan SMA dan SMK.
’’Kami laksanakan rekrutmen ketat pada 2008. Setelah itu kami memberi mereka training. Lalu kami sebar ke berbagai negara. Setelah beberapa tahun bekerja di luar negeri dan Lapangan Banyu Urip jadi, mereka yang merupakan anak-anak Jawa Timur, kembali dan menjadi teknisi andal. Tak hanya pengembangan SDM internal, tetapi EMCL juga sering kali memberi program pengembangan SDM kepada masyarakat sekitar, agar mereka menjadi entrepreneur dan membuka lapangan kerja baru” ungkap Erwin Maryoto.
Di kesempatan itu, pakar perburuhan Jatim Hadi Subhan menuturkan,untuk memenuhi tenaga kerja berkualitas, harus punya dua syarat yaitu pendidikan yang link and match dan kompetensi yang sesuai dengan industrinya. Jika dua hal itu terpenuhi, maka tenaga kerja tersebut dapat dikatakan sebagai tenaga kerja yang berkualitas. Katanya: ’’Namun hal ini tak kita temui di Jatim yang tak memiliki jurusan perminyakan atau sejenisnya. Padahal di Jatim ini merupakan titik pusat sumber minyak”.
Menurut penilaian Hadi Subhan, EMCL sudah lakukan pengelolaan tenaga kerja yang sesuai dengan peraturan perundang undangan ketenagakerjaan. Salah satu buktinya adalah hingga saat ini belum pernah ada kasus kecelakaan kerja di EMCL. Pungkasnya: ’’Ini bukti bahwa pengelolaan SDM-nya bagus mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga purnakerja. Dan ketiganya sudah dipenuhi oleh EMCL”. (AYU/Sub/Maritim)