KUPANG – MARITIM : Menjelang tutup tahun 2018, kapal tanker “Ocean Princess” karam di perairan dekat pesisir Desa Aemoli, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Akibatnya, muatan kapal yang tumpah ke laut, diketahui telah merusak biota laut pada area Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan laut sekitarnya. Namun sejauh ini, tim dinas Kelautan & Perikanan masih menghitung berapa kerugian yang timbul akibat kerusakan biota laut tersebut.
Terkait hal tersebut, Ganef Wurgiyanto Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Timur (NTT) Ganef Wurgiyanto, Jum’at (4/1/2019) lalu di Kupang menjelaskan kepada awak media di Kupang: “Terkait hasil investigasi tim di lapangan, tim sudah selesai melakukan investigasi di lapangan pada Kamis petang, dan menemukan terdapat kerusakan bioata laut di wilayah Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar, Alor”.
Menurut Ganef, setelah tim melakukan penghitungan pihaknya akan mengajukan kepada pemilik kapal tanker untuk membayar ganti rugi sesuai ketentuan yang berlaku. Mengenai
kemungkinan akan membawa kasus tersebut ke pengadilan, Ganef berucap: “Kami hanya dapat meminta ganti rugi. Tidak ada proses hukum karena peristiwa yang menyebabkan kerusakan biota laut pada wilayah yang dilindungi masuk dalam kategori musibah”.
Kapal tanker “Ocean Princess” dilaporkan karam di pesisir kepulauan Alor, Kabupaten Alor, NTT, saat dalam pelayaran dari Dili, Timor Leste, menuju Singapura, mengangkut bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Kapal yang dinahkodai Kapten Ahira Sroyer itu disertai 18 anak buah kapal (ABK). Dalam musibah ini, tak terdapat korban jiwa.
“Ocean Princess” diketahui terdampar pada Jumat (28/12), tetapi baru dapat dilakukan pemeriksaan pada Rabu (2/1) karena kendala pergerakan menggunakan angkutan kapal, para petugas dari Kupang baru tiba di Alor. Dari hasil pemeriksaan di lapangan, diketahui bahwa kapal tanker dengan bendera Cook Island itu karam pada titik koordinat 0810`944″ Lintang Selatan (LS), dan 12425`53T” Bujur Timur (BT) di wilayah perairan sekitar Desa Aemoli, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. (LIES/Kug/Maritim).