TOKYO BY MAIL – MARITIM :Pasar hasil laut Indonesia, utamanya ikan tuna dan lobster ke Jepang, menempati posisi lumayan bagus. Untuk jenis kuro maguro, tuna bermata besar, kendati belum masuk ke jajaran premium seperti tuna lokal dari perairan utara Negeri Sakura, tetapi merupakan primadona yang menghasilkan devisa cukup besar bagi daerah penghasilnya, seperti Bali. Bagi eksporter tuna Indonesia, tentu amat menggiurkan apabila komoditas ini dapat masuk ke dalam kegiatan lelang tradisional awal tahun di Jepang. Dalam lelang perdana memasuki tahun 2019 di pasar ikan Toyosu Tokyo, Jepang, seekor ikan tuna sirip biru (bluefin) raksasa seberat 278 kilogram dihargai supermahal, mencapai USD 3,1 juta atau Rp 43,4 miliar. Tawaran tertinggi untuk spesies yang hampir punah ini, dalam tradisi lelang yang digelar dini hari itu, lebih dari dua kali lipat rekor pada tahun-tahun sebelumnya.
Dilansir dari “Bloomberg”, Sabtu (5/1/2019), harga tuna sirip biru yang dilelang hari ini menurut Masayuki Fukuda, pejabat yang bertanggng jawab dalam operasional di Pasar Tokyo mengatakan, tuna sirip biru yang dilelang memiliki bobot 278 kilogram. Dengan bobot seberat itu, rerata harga per kilogram mencapai Rp159 juta, setara dengan mobil keluarga keluaran terbaru. Ikan tuna ini merupakan hasil tangkapan dari wilayah Oma, Jepang Utara.
Media cetak “The Guardian”, Sabtu (5/1/2019) memberitakan bahwa pemenang lelang itu adalah taipan usaha sushi Kiyoshi Kimura, pemilik jaringan kedai Sushizanmai yang populer. Perusahaan Kiyomura Corp telah sering kali menang di ajang pelelangan tahunan tersebut sebelumnya. Ikan tuna berbanderol mahal ini akan disajikan di restoran Sushizanmai cabang Tsukiji. Harga sajian dari ikan ini diperkirakan mencapai Rp2,8 juta per porsi.
Lembaga penyiaran Jepang, NHK merekam ekspresi wajah Kimura yang berseri-seri, sambil katakan ia terkejut dengan tingginya harga tuna sirip biru tahun ini. Namun, dia tambahkan: “Kualitas tuna yang kubeli adalah yang terbaik.”
Nilai lelang tersebut jauh lebih tinggi dari harga tuna sirip biru biasanya. Ikan itu normalnya dijual dengan harga hingga USD 40 atau Rp 561 ribu per pon. Harga menjelang gelaran lelang tutup tahun biasanya naik menjadi lebih dari USD 200 atau Rp 2,8 juta per pon, khususnya untuk ikan hasil tangkapan dari Oma.
Masyarakat Jepang adalah konsumen terbesar tuna sirip biru yang bentuknya mirip torpedo.
Namun peningkatan konsumsi di Negeri Sakura dan negara lain menyebabkan penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing). Karenanya para ahli memperingatkan kemungkinan dalam waktu yang tak akan terlalu lama lagi, jenis ikan itu akan menghadapi kepunahan. Apalagi stok tuna sirip biru di Pasifik berkurang 96% dibanding tingkat pra-industri.
“Gegap gempita dalam lelang tuna sirip biru Pasifik menyembunyikan kesulitan besar yang dialami spesies ini,” kata Jamie Gibbon, associate manager untuk konservasi tuna global di The Pew Charitable Trusts.
Meski demikian, ada sinyal kemajuan untuk melindungi tuna sirip biru. Pemerintah Jepang dan negara lainnya mendukung rencana untuk meningkatkan populasi ikan tersebut dengan target 20% pada tahun 2034. Lelang tahun lalu diperkirakan menjadi yang terakhir dilakukan di Tsukiji, sebelum pasar ikan itu pindah ke fasilitas baru di bekas lokasi pabrik gas di Teluk Tokyo. Tokyo, Jepang. Namun diperkirakan rencana pemindahan lokasi ini akan kembali “molor”, karena fihak perfektur ternyata tak mampu menepati waktu pemindahan yang semula direncanakan akan dilakukanb pada Oktober tahun 2018. (Adit/Dps/Maritim)