JAKARTA – MARITIM : Doktor (HC) Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan RI, tak pernah merasa lelah berkampanye agar masyarakat Indonesia beralih dari menyantap makanan yang berbahan daging sapi, ke lauk yang berbasis ikan laut. Terakhir, sasaran kampanyenya menyasar ke pesantren-pesantren, termasuk ke Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin di Rembang yang dipimpin oleh seniman papan atas yang juga kiai kondang: KH Mustafa Bisri (Gus Mus).
Di pondok pesantren itu, Menteri Susi juga mengimbau agar masyarakat Indonesia gemar makan ikan. Sebab selain mengandung omega dan protein yang cukup tinggi yang dapat membikin kecerdasan bertambah, harga ikan juga jauh lebih murah dibanding daging sapi. Seruan itu diulang dalam acara Chief Editors Forum yang digelar di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jumat lalu. Ujarnya: “Yang paling penting, konsumsi makan orang Indonesia harus berkualitas, jangan hanya beras atau jagung. Untuk tingkatkan intelegensia, harus mengkonsumsi ikan“.
Menteri Kelautan dan Perikanan menjelaskan bahwa mengonsumsi ikan yang mengandung pmega dan protein sangat tinggi, akan membuat masyarakat Indonesia jadi lebih cerdas. Susi Pudjiastuti menyebut, daging ikan mengandung omega dan protein yang sangat tinggi. Mengenai harga ikan dibanding daging sapi, Menteri Susi menyebut ikan jauh lebih murah ketimbang daging sapi. Jelasnya: “Harga daging sapi lebih dari Rp 100 ribu tiap kilogram. Kalau dibelikan ikan, sudah dapat tiga kilogram. Ikan lebih murah dan lebih sehat !”
Seiring dengan meningkatnya hasil tangkapan ikan para nelayan, diharap kedepannya nanti konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus meningkat, dan ikan menjadi menu wajib orang Indonesia, agar masyarakat makin cerdas. Menteri Susi menyebutkan, masih banyak warga Indonesia yang tingkat intelegensia atau IQ masih di bawah 100. Dengan mengonsumi ikan dari masa anak-anak, diharapkan anak Indonesia akan tumbuh sehat dan cerdas. Dengan demikian, nantinya IQ orang Indonesia minimal bisa 110, hingga mampu bersaing dengan bangsa lainnya.
Menurut Menteri Susi Pudjiastuti, seiring dengan dilakukannya pelarangan terhadap kapal asing menangkap ikan di perairan Indonesia, jumlah ikan semakin banyak, dan jumlah hasil tangkapan nelayan Indonesia kian meningkat. Dampak positifnya, jumlah rerata konsumsi ikan warga Indonesia juga terus bertambah.
Mengacu data Kementerian Kelautan dan Perikanan, tercatat capaian konsumsi ikan dari 2015 hingga tahun 2018 terus bertambah, sebagai berikut:
- Tahun 2015, konsumsiikan masyarakat Indonesia 40,90 kg per kapita/tahun.
- Tahun 2016, meningkat menjadi 43,88 kg perkapita/tahun.
- Tahun 2017, terus meningkat menjadi 47,12 kg perkapita/tahun.
- Dan tahun 2018, mencapai 50,69 kg perkapita/tahun.
Namun, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesi masih jauh tertinggal dari negara lain.
Jepang mencapai 80 kg perkapita. Menurut Menteri Susi : “Konsumsi ikan konsumsi ikan masyarakat di Pulau Jawa sangat rendah. Bandingkan dengan Jepang yang mencapai 80 kg per kapita, sedang di Jawa hanya 26 kg perkapita. Di Solo dan Yogja lebh rendah lagi, yakni hanya 16 kg perkapita”. (Erick Arhadita)