Konsen di Pembiayaan Komersial, BCA Syariah 2018, Mampu Raih Laba Rp58,4 Miliar.

Direktur Utama BCA Syariah, John Kosasi (dua dari kiri) beserta direksi sesaat sebelum pemaparan kinerja 2018, Kamis (28/2)
Direktur Utama BCA Syariah, John Kosasi (dua dari kiri) beserta direksi sesaat sebelum pemaparan kinerja 2018, Kamis (28/2)

JAKARTA — MARITIM : Perang ekonomi Amerika dengan Cina, mepengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang untuk dua tahun terakhir, mengalami penurunan. Namun, kinerja keuangan PT Bank Central Asia (BCA) Syariah tumbuh konsisten sejak tahun 2010, yang pada 2018 asetnya meningkat 18,5 persen atau Rp7,1 triliun dengan raupan laba Rp58,4 miliar, meningkat 22,0 persen year on year (YoY).

Direktur Utama BCA Syariah, John Kosasi mengaku, kinerja yang tumbuhnya stabil ini karena beberapa tahun ini, BCA Syariah konsen melakukan pembiayaan disektor produktif. “Segmen pembiayaan kami masih fokus dikomersial yaitu 76 persen, dari total pembiayaan,” tutur John pada pemaparan kinerja keuangan BCA Syariah, tahun 2018, di Kantor Pusat BCA Syariah, Kamis (28/2).

Read More

Ia menambahkan, pertumbuhan aset BCA Syariah didukung oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK), yang mencapai Rp5,5 triliun atau tumbuh 16,3 persen YoY dibanding 2017 sebesar Rp4,7 triliun.
Sedangkan laba perusahaan
ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar 16.9 persen YoY mencapai Rp4,9 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp4.2 triliun.

Lebih jauh dijelaskan, peningkatan pembiayaan BCA Syariah tumbuh di atas rata-rata industri perbankan syariah yang tercatat sebesar 12 persen. “Komposisi pembiayaan pada masing-masing segmen yaitu pembiayaan Komersial 76.08 persen, UMKM tercatat 20,61 persen dan pembiayaan konsumsi sebesar 3,31 persen,”tutur John Kosasi.

Sedangkan, peningkatan pembiayaan merupakan bentuk fungsi intermediasi BCA Syariah sebagai lembaga keuangan. Penyaluran pembiayaan BCA Syariah, masih didominasi oleh pembiayaan untuk sektor produktif. Adapun rasio pembiayaan bermasalah kotor atau gross non performing financing (NPF) naik tipis dari 0,32 persen jadi 0,35 persen di 2018. Sedangkan NPF nett sebesar 0,04 persen pada 2017 menjadi 0,28 persen di 2018.

“Terkait NPF yang besar itu hanya dari dua debitur. Dua-duanya ada di konsumer di produk KPR,” tutur John.

Guna mengimbangi penyaluran pembiayaan, BCA Syariah mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 5,5 triliun. Nilai ini tumbuh 16,25 persen yoy menjadi Rp 4,7 triliun. Adapun rasio dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar 18 persen dari total DPK BCA Syariah.

Sementara rasio keuangan BCA Syariah untuk net imbalan (NI) naik dari 4,25 persen menjadi 4,43 persen. Adapun return on asset (ROA) tetap di 1,17 persen.

Sedangkan return on equity naik dari 4,28 persen jadi 5,01 persen. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) naik tipis dari 87,2 persen menjadi 87,43 persen. Sedangkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) turun dari 29,39 persen menjadi 24,27 persen.

“Penurunan CAR karena modal digunakan untuk melakukan ekspansi pembiayaan. Setiap pertumbuhan pembiayaan sekitar 17 persen, CAR turun 5 persen sampai 7 persen” pungkas John, seraya menambahkan karenanya untuk ekspansi pembiayaan, pada 2019 ini, kami butuh tambahan modal untuk menjaga CAR agar tidak tergerus lebih jauh lagi.(Rabiatun)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *