Dalam pengembangan gas nasional, Pertamina berkomitmen untuk menambah infrastruktur dan fasilitas gas, khususnya terminal LNG dan Floating Storage Regasification Unit (FSRU).
Hal itu disampaikan Direktur Gas PT Pertamina, Yenni Andayani, dalam ‘Pertamina Energy Forum 2016’ dengan tema Energy Environment, Policy, and Governance: The Current Dynamics di Jakarta, pekan lalu.
Dikatakan, saat ini Pertamina sedang membangun FSRU di Cilacap, Jawa Tengah, berkapasitas 200 juta kaki kubik per hari. Tujuannya untuk menggantikan bahan bakar minyak dengan gas sesuai target tahun 2018.
Sedang untuk transportasi akan dibangun 56 unit SPBG (stasiun pengisian bahanbakar gas) yang tersebar di Jabodetabek, Palembang, Semarang dan Balikpapan.
Yenni juga mengatakan Pertamina siap berinvestasi di bisnis hulu energi baru terbarukan (EBT). Belanja modal yang diperlukan di luar panas bumi hingga 2019, sekitar US$ 1,5 miliar.
Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan pihaknya mendorong pengembangan EBT yang telah dilakukan Pertamina. Salah satunya adalah pengembangan biodiesel dan bioetanol.
Sementara itu, Renewable Energy Markets Analyst International Energy Agency Heymi Bahar mengatakan, pertumbuhan permintaan listrik, ketergantungan impor bahan bakar fosil, dan masalah polusi udara serta lingkungan jadi faktor pendorong peningkatan EBT di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Pengembangan EBT, kata dia, bisa dipercepat dengan paket-paket kebijakan yang komprehensif dan sinergi antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dengan pihak-pihak terkait.***Thoyib Bacharudin