Jakarta, Maritim
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) siap melayani rute wisata ke Kepulauan Seribu. Hal ini terkait adanya permintaan dari Kementerian Perhubungan yang menyatakan akan melibatkan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan PT Pelni untuk peningkatan pelayanan rute Kepulauan Seribu dari pelabuhan rakyat Muara Angke,
“Ini merupakan penugasan dari pemerintah yang perlu ditinfaklanjuti, apalagi PT ASDP sebelumnya sudah memiliki pengalaman dalam melayani rute Kepulauan Seribu, namun berakhir pada tahun 2003,” ungkap Direktur Utama PT ASDP Faik Fahmi di Jakarta, Selasa sore (3/1).
Namun untuk menindaklanjuti penugasan tersebut, PT ASDP akan berkoordinasi aktif dengan Kementerian Perhubungan untuk membahas lebih rinci hal ini. Menurut Faik, harus jelas seperti apa pembagian tugas antara PT ASDP dengan PT Pelni.
Selain itu, PT ASDP harus melakukan survei lapangan kembali untuk mengidentifikasi lintasan mana yang akan dilayani, jenis kapal yang akan digunakan, kapasitas yang akan disediakan, apakah hanya untuk melayani penumpang saja, atau dengan kendaraan juga.
Faik menegaskan, survei sangat penting dilakukan supaya strategi pelayanan yang disiapkan juga dapat tetap sasaran mengingat karakteristik pengguna jasa di Kepulauan Seribu cenderung penumpang saja.
“Setelah survei, nanti akan ketahuan, kapal apa yang cocok di sana, dan tentu aspek keselamatan akan menjadi hal utama dan mengacu dengan standar yang dimiliki ASDP saat ini,” katanya.
Selain itu, Faik melanjutkan, ASDP juga perlu mengetahui kondisi dermaga, terminal penumpang, dan kondisi di pelabuhan setempat. ” Intinya, jika kami mendapatkan penugasan ini, tentu akan diberikan pelayanan semaksimal mungkin,” tambahnya.
Sementara itu Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Christine Hutabarat mengatakan, tim divisi penyeberangan PT ASDP akan melakukan survei dalam waktu dekat.
“Kalau waktu survei itu relatif tergantung kebutuhan di lapangan seperti apa. Jika ternyata lintasan di Kepulauan Seribu membutuhkan spesifikasi khusus selain dari kapal yang kita operasikan selama ini, tentu akan membutuhkan waktu untuk membangun baru. Namun, mungkin saja kita dapat membeli kapal bekas. Nanti akan kita lihat dulu hasil surveinya,” tutur Christine.
Nanang S. Sukarya