Marina Benoa (2): MENCARI PELUANG, DI TENGAH KETERBATASAN

Pembersihan perairan Marina Benoa menggunakan mini-dredger
Pembersihan perairan Marina Benoa menggunakan mini-dredger

Pengalihan prioritas pembangunan marina dari Benoa ke Banyuwangi,

tak mengendorkan semangat mengelola fasilitas yang ada. Dalam kondisi

Read More

serba terbatas  Anak Agung Made Kariana tetap konsen dengan tugasnya.

 PT PELABUHAN Indonesia III (Persero)/Pelindo III Cabang Benoa dapat disebut sebagai  unit usaha yang memiliki kelengkapan fasilitas serba cukup. Selain mengelola dermaga umum yang dilengkapi dengan terminal penumpang domestik dan internasional yang berjajar di dermaga timur, juga bersambung dengan dermaga petikemas serta marina. Di dermaga selatan terdapat dermaga BBM serta fasilitas khusus untuk pengolahan dan distribusi gas yang hsinya disalurka ke fasilitas pelayanan gas industri di Sanggaran yang dioperasikan BUMN Perminyakan PT Pertamin. Sedang di sisi barat merupakan zona perikanan, dengan dermaga untuk bongkar muat ikan hasil tangkapan nelayan yang didukung oleh keberadaan fasilitas pendinginan serta pengolahan ikan. Lokasi Pelabuhan Benoa, juga berdekatan dengan jalan tol Bali Mandara yang berakses langsung dengan Bandar Udara Internasioal I Gusti Ngurah Rai serta resort Nusadua.

Dalam rencana awal pembangunan dan pengembangan Marina Benoa, akan dikerjakan bersama oleh Pelindo III Cabang Benoa dengan PT Pelindo Marine Service (PMS) yang juga merupakan salah satu anak usaha Pelindo III.  Selain telah sempat dilakukan penandatanganan nota kesepakatan (MoU) antara Dirut PT PMS dengan GM Pelindo III Benoa, pernah pula dilaksanakan pekerjaan awal berupa pengerukan kolam menggunakan mini-dredger (“kapal” keruk ukuran kecil) karya PT PMS.

Kesulitan Utama

Pekerjaan itu memang tidak spesifik untuk pemeliharaan kolam marina, tetapi lebih merupakan ujicoba peralatan, sebagai upaya memperdalam kolam pelabuhan Benoa secara menyeluruh yang sudah waktunya harus ditangani dengan capital dredging. Tanpa pendalaman kolam (dan perpanjangan dermaga), maka kapal-kapal cruise dengan ukuran lebih dari 230 meter dan bobot sekitar 70.000 Gross Tonnage (GT), yang kian banyak berkunjung ke Pelbuhan Benoa, akan tetap mengalami kesulitan saat melakukan manuver untuk sandar di dermaga.

“Kesulitan utama yang dihadapi Pelindo III Benoa, memang berupa keterbatasan lahan untuk pengembangan. Itu sebabnya, di masa lalu banyak kapal-kapal cruise yang terpaksa harus lego jangkar di perairan Kadonganan Kabupaten Badang atau bahkan di perairan Pelabuhan Penyeberangan Padangbai di Kabupaten Karangasem. Untuk mendaratkan para penumpang, digunakan tenderboat yang selalu tersedia di lambung-lambung kapal cruise, sebagai sarana keamanan pelayaran yang memang dibenarkan oleh regulasi IMO. Yang jadi masalah adalah faktor keamanan saat wisman yang umumnya terdiri dari orang-orang berusia lanjut itu pindah dari tenderboat ke pontoon yang biasanya masih terganggu oleh ombak laut selatan yang cukup kuat” tutur Anak Agung Made Kariana, Site Manager PPI Benoa, figur yang cukup memiliki pengalaman di bidang operasonal pelabuhan.

Dalam perjalanan waktu, pembangunan dan pengembangan Marina Benoa dialihkan kepada PT PPI, yang dipimpin oleh Prasetyo selaku Direktur Utama. Sosok yang sebelumnya adalah Senior Manager Supervisi Teknik di kantor pusat ini, juga pernah menduduki posisi General Manager Pelindo III Cabang Benoa, hingga dinilai tepat mengurusi properti, termasuk yang berkaitan dengan fasilitas yang menjadi wilayah kerja Marina Benoa.

“Bahwa kemudian konsentrasi kerja dialihkan ke Banyuwangi, itu merupakan hal lain. Yang jelas, pada tiga bulan pertama tugas kami Benoa, lebih banyak disita dengan pekerjaan fisik membersihkan perairan, serta bernegosiasi kepada fihak-fihak yang memiliki kapal-kapal  yang sudah cukup lama diparkir di perairan itu. Sesuai agenda, kapal-kapal pesiar, kapal-kapal milik negara dan kapal-kapal tak bertuan itu akan kami pindahkan ke perairan dangkal di sisi utara Pelabuhan Benoa. Sementara itu, perairan Marina Benoa juga berhasil dibersihkan dari gangguan sampah yang selama ini menumpuk di perairan depan Gedung Kepanduan Pelindo III Cabang Benoa” jelas Dirut PT PPI kepada Maritim.

Meraih Pendapatan

Namun dalam kacamata Agung Kariana keberhasilan itu bukan semata-mata hasil kerja salah atu fihak saja, tetapi merupakan hasil kerjasama antara PT PPI, Pelindo III Cabang Benoa dan KSOP Pelabuhan Benoa. Ungkap Agung Kariana: “Setelah perairan tampak bersih, maka kapal-kapal tallships mulai tertarik untuk sandar di perairan Marina Benoa. Artinya, meskipun hanya sedikit tetapi PPI Benoa telah mampu meraih pendapatan, dari pelayanan terhadap yacht yang rata-rata dalam satu bulan terdapat 4 unit yang sandar”.

Dalam hitungan “kasar”, menurut Agung Karian kalau tiap yacht harus mengeluakan biaya tambat di perairan Marina Benoa sebesar US $.20 per hari, maka dalam sebulan PPI Benoa dlamketerbatasannya sudah mampu menjangkau pendapatan sebesar US $.20 X 4 unit X 30 hari = US $.2.400 yang bila dinilai dalam mata uang rupiah didapat besaran jumah sekitar Rp.31.000.000. Namun harus diingat pendapatan bersih PPI hanya US $.11/unit/hari, dan sisanya merupakan hak Pelindo III Benoa.

Dalam keterangan lebih jauh, Agung menyatakan rasa belum puasnya terhadap kondisi kebersihan kolam Marina Benoa saat ini. Sebab kolam seluas 1 hetare itu, pada musim angin timur masih berpotensi dimasuki sampah dari laut lagi. Hal itu disebabkan lokasi geografisnya yang berada di posisi cekungan, yang pada musim angin timur akan selalu menerima arus laut yang mengangkut sampah memasuki teluk Benoa.

Kondisi seperti itu pernah menimbulkan salah penilaian dari fihak lain, hingga Walikota Denpasar sempat mengkritisi Manajemen Pelindo III Cabang Benoa yang dinilai kurang peduli terhadap kebersihan lingkungannya. Lebih jauh, Walikota Denpasar juga sempat menuduh para penumpang kapal laut yang berlabuh di Pelabuhan Benoa tidak disiplin dalam membuang sisa-sisa pembungkus makanan, dengan membuang ke laut.

Padahal, yang terjadi adalah: pada bulan-bulan tertentu di musim angin barat, berbagai sampah yang berasal dari arah barat pantai Bali selatan akan terdorong arus ke arah timur, untuk setelah memutari Tanjung Benoa, masuk ke selat sempit yang memisahkan Pulau Bali dengan Pulau Serangan. Sebenarnya letakPulau Serangan sangat strategis sebagai breakwater  alamiah yang melindungi Tanjung dan Teluk Benoa dari gempuran gelombang Samudera Hindia yang terkenal ganas, tetapi juga merugikan karena juga menjadi kanal alami masuknya sampah ke perairan itu. Kondisi itu diperparah sejak Pemkot Denpasar mengubh tata guna lahan dengan menetapkan Pulau Serangan sebagai kawasan hunian penduduk dan kawasan Suwung menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah bagi ibukota Provinsi Bali.

“Nanti pada bulan-bulan Mei hingga Desember setiap tahun, kami harus muai bekerja keras mencegah masuknya kembali sampah ke perairan depan pelabuhan. Dari sekarang kami sudah memikirkan untuk memasang jaring pencegah sampah laut masuk kembali ke kolam marina” pungkas Anak Agung Made Kariana. (Erick A.M./Bersambung).***

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *