Presiden Jokowi Mau ke Depan Ada Jurusan Baru di SMK

Presiden Jokowi bersama Menperin Airlangga Hartarto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menekan tombol ‘Peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri dalam rangka Membangun Link and Match Industri dengan SMK’
Presiden Jokowi bersama Menperin Airlangga Hartarto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menekan tombol ‘Peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri dalam rangka Membangun Link and Match Industri dengan SMK’

Jakarta, Maritim

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mau ke depan ada jurusan baru buat pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK). Sehingga jurusannya bisa lebih fleksibel dengan mengikuti perkembangan zaman. Karena jurusan di SMK saat ini masih terjebak pada kurikulum lama, seperti jurusan bangunan dan listrik.

Read More

“Saya mau ke depan ada jurusan baru buat pelajar SMK. Contohnya, jurusan animasi. Bahkan, saya ingin ada spesialisasi yang membuat meme. Masa dari saya kecil jurusannya jurusan bangunan, listrik. Apa lagi? Kalau dulu STM kan namanya. Kalau sekarang masuk ke SMK itu kenapa tidak perkembangan zaman yang begitu sangat cepat ini (diadopsi),” kata Jokowi saat memberikan sambutan pada ‘Peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri, untuk wilayah Jawa Barat di PT Astra Otoparts Tbk., Cikarang Pusat, Bekasi, Jumat (27/8).

Dicontohkan mengenai ototronik (otomotif elektronik), teknik pengelasan, konstruksi, baja, mekatronika. Atau membuat jurusan animasi. Bahkan, ada spesialisasi yang membuat meme.

Jokowi telah memerintahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy untuk memperluas jurusan di SMK. Dengan begitu, kemampuan mereka pun akan lebih luas.

“Mestinya SMK kita dari Sabang sampai Merauke yang jumlahnya ribuan jangan sampai kita ini hanya terjebak pada kurikulum-kurikulum lama. Kurkilulum kita mustinya fleksibel,” katanya.

Ditambahkan, sudah saatnya pemerintah berani merubah kebiasaan lama dengan menciptakan jurusan-jurusan di SMK yang lebih berwarna.

“Harus berani masuk ke situ, jurusan logistik yang sangat dibutuhkan. Jurusan jendela, jurusan pintu yang harusnya seperti itu. Bukan jurusan bangunan terlalu umum sekali. Ini yang kita perlukan,” ujar Jokowi.

Setelah pembangunan infrastruktur, katanya, tahapan besar yang harus kita lakukan adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan ini sudah kita mulai pada hari ini dengan training-training, kerja sama, link and match antara industri dan SMK.

“Saya senang sekali juga industri dan pondok pesantren,” katanya.

Diharapkan, pada 2040 atau 2045, Indonesia bisa menjadi empat besar negara terkuat ekonomi di dunia. Karena itu, pengembangan SDM sangat penting.

“SDM-SDM kita ini sangat baik, mampu bersaing dengan negara-negara lain. Anak-anak muda kita dengan anak-anak muda di negara-negara lain, enggak kalah. Kita harus meyakini itu. Dan kita harus percaya diri,” tegasnya.

Di tempat sama Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, menjelaskan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengadakan acara ini untuk menghasilkan tenaga kerja trampil dan meningkatkan kinerja sektor industri. Provinsi Jawa Barat menjadi pilihan tahap ketiga, setelah sukses digelar di Jawa Timur serta Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

“Kami tengah fokus menyiapkan ketersediaan SDM lokal yang kompeten karena menjadi sebuah prasyarat untuk mendorong peningkatan produktitivas industri nasional,” kata Menperin.

Peluncuran program ini diresmikan secara langsung oleh Presiden Jokowi didampingi Menperin Airlangga Hartarto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Pada tahap I dan II, Kemenperin telah melibatkan sebanyak 167 industri dan 626 SMK untuk wilayah Jawa Timur serta Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Sementara untuk wilayah Jawa Barat, Kemenperin menggandeng sebanyak 140 industri dan 409 SMK, dengan dilakukan penandatanganan mencapai 807 perjanjian kerja sama.

“Jumlah perjanjian kerja sama itu, karena sebagian SMK dibina oleh lebih dari satu perusahaan, sesuai dengan program keahlian yang dimiliki. Selanjutnya, program ini secara bertahap akan dilanjutkan di wilayah DKI Jakarta, Banten dan Sumatera,” terang Airlangga.

Pada 2019, Kemenperin menargetkan program pendidikan vokasi industri ini diikuti sebanyak 1.775 SMK dan 355 industri, dengan jumlah lulusan tersertifikasi yang dihasilkan mencapai 845.000 orang.

Sebagai tindak lanjutnya, telah dilakukan penyelarasan kurikulum dan silabus sesuai dengan kebutuhan industri serta penyusunan modul pembelajaran untuk 25 kompetensi keahlian bidang industri dan telah disampaikan hasilnya kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,” papar Airlangga.

Untuk mendukung implementasi kurikulum yang selaras dengan kebutuhan industri tersebut, Kemenperin akan memfasilitasi penyediaan dan peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan dan pemagangan di industri, penyediaan silver expert sebagai tenaga pengajar di SMK serta penyediaan peralatan untuk workshop dan laboratorium di SMK.

Sebagai bentuk komitmen industri mendukung pembinaan dan pengembangan SMK, dalam kesempatan peluncuran program link and match ini dilakukan juga pemberian bantuan (hibah) peralatan praktik kepada SMK dari beberapa perusahaan. Perusahaan tersebut antara lain PT Astra Honda Motor, PT Astra Daihatsu Motor, PT Suzuki Indomobil Motor, PT Toyota Motor Manufacturing, PT Yamaha Indonesia Motor. PT Komatsu Indonesia, PT Gisma Cipta Sukses, PT Astra Otoparts, PT Hino Motor Manufacturing, PT Sango Indonesia, PT Mayora dan PT Loreal Indonesia.

Di samping mendukung program revitalisasi SMK untuk penguatan pendidikan vokasi, Kemenperin juga mendorong peran pondok pesantren dalam upaya mewujudkan kemandirian industri nasional. Langkah strategis ini dilakukan melalui Program Pengembangan Industri di Pondok Pesantren, yang berbasis pada Business Process Outsourcing (BPO), Joint Operation, dan Capacity Building dengan kerja sama beberapa perusahaan industri dan perbankan.

Bentuk peningkatan kapasitas kemandirian pondok pesantren dilakukan dengan pemberian smart card Fintech secara simbolis kepada pengelola pondok pesantren. Aplikasi dan smart card Fintech ini bertujuan untuk mempermudah pengelolaan keuangan pondok pesantren yang dapat dimonitor secara real time, dengan beberapa fitur seperti pengiriman uang dari wali santri kepada santri. Belanja di koperasi pesantren, pembelian pulsa, menabung, pemasaran produk pesantren ke masyarakat umum melalui e-commerce serta penyediaan kredit perumahan bagi santri dan pengurus pondok pesantren ke depannya.

Selain itu dikembangkan juga program Santripreneur yang bertujuan meningkatkan pemberdayaan ekonomi melalui penumbuhan wirausaha baru di lingkungan pondok pesantren. Melalui bimbingan, pendampingan, bantuan mesin dan peralatan serta fasilitasi promosi melalui festival ekonomi syariah Islamic Sharia Economic Festival (ISEF) tahun 2017.

Selanjutnya, untuk mendorong SMK dan pondok pesantren mengembangkan pendidikan vokasi yang berorientasi produksi, dilakukan melalui pemanfaatan teaching factory. Kali ini dilibatkan dua pesantren, yaitu Pesantren Nurul Iman di Bogor, yang mempunyai 25.000 santri, dan Pondok Pesantren Sunan Derajat. Untuk Pesantren Nurul Iman bekerja sama dengan Bank Tabungan Negara (BTN), sedangkan untuk Pesantren Sunan Drajat dengan Bank Indonesia (BI).

Airlangga menambahkan, Kemenperin juga menyelenggarakan program diklat dengan sistem 3in1 (pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja). Pada 2017, target program ini diikuti sebanyak 22.000 orang, yang hingga 2019 dapat melibatkan sebanyak 162.000 orang.

Dalam kesempatan peluncuran vokasi industri Jawa Barat, dilakukan penyematan tanda peserta Diklat sistem 3in1 yang diikuti oleh 400 orang, terdiri dari Diklat Operator Mesin Industri Garmen sebanyak 300 orang, yang akan ditempatkan bekerja pada 10 perusahaan industri tekstil di Jawa Barat serta Diklat Alas Kaki sebanyak 100 orang, yang akan ditempatkan bekerja di Adis Dinamika Sentosa, Majalengka.

Dengan 845.000 siswa dalam program link and match dan 162.000 lulusan  diklat 3 in 1, Kemenperin optimistis target satu juta SDM industri yang tersertifikasi kompetensi sampai 2019 akan tercapai. (M Raya Tuah)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *