Surabaya – Maritim
ORASI ilmiah berjudul “Aplikasi Bahan Bakar Gas Pada Armada Maritim” yang disampaikan di Grha Sepuluh Nopember ITS Surabaya akhir Juli, menandai pengukuhan Semin, S.T., M.T., Ph.D., C.Eng., M.I.Mar.EST. meraih gelar Pofesor, setelah sembilan bulan sebelumnya ia dinobatkan sebagai guru besar ke-116 bidang Teknik Sistem Perkapalan di Kampus ITS. Kecuali tema orasinya yang dinilai aktual menghadapi gejolak migas saat ini, yang juga menarik perhatian masyarakat adalah pembuktian Semin bahwa untuk meraih gelar ilmiah tertinggi, tak harus berangkat dari lingkungan keluarga kaya atau berkuasa.
Prof. Semin (46) membuktikan, kendati ia berasal dari keluarga buruh tani dari Desa Temon, Simo, Kabupaten Boyolali Jateng, tetapi mampu meraih jenjang sarjana paripurna. Pada masa kecilnya, Semin bukanlah anak keluarga berada. Dia lahir dari keluarga petani kecil dan terlatih hidup pas-pasan. Ketika teman-teman sebayanya di SMPN 1 Simo mampu membeli buku pelajaran dan ikut les tambahan, Semin hanya bisa angon kambing.
Kepada awak media yang menemuinya, Guru Besar yang berperilaku sederhana itu menjelaskan ketertarikannya terhadap kian pentingya peran gas sebagai bahan bakar kapal, mengingat kian bahannya BBM pada hal kebutuhan sebagai sumber energi kian meningkat. Ujarnya: “Saat ini bahan bakar minyak sudah mulai menipis, sedangkan potensi bahan bakar gas masih melimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Pemanfaatan bahan bakar gas di dunia maritim akhir-akhir ini mulai dilakukan dengan tujuan mengurangi biaya operasional armada maritim dan mengurangi emisi di laut, karena harga dan tingkat emisi bahan bakar gas lebih rendah dibanding bahan bakar minyak”.
Menurut Prof Semin, bahan bakar gas yang potensial tersebut ialah Compressed Natural Gas (CNG), gas alam yang dalam penyimpanannya dipampatkan. Jnis BBG ini dapat dijadikan pengganti bensin dan solar karena sifatnya yang ramah lingkungan, dengan harga relatif murah dan teknologi penyimpanannya cukup sederhana. CNG merupakan gas alam yang tak berbau, tak berwarna, dan lebih ringan dibanding udara, hingga akan menguap ke atas jika terjadi kebocoran. Dengan demikian, bencana kebakaran akibat penggunaan CNG sifatnya minimum. Kelebihan lainnya adalah CNG tak mencemari air atau tanah jika terjadi kecelakaan..
Di lingkungan pakar teknologi perkapalan, Prof Semin dikenal sebagai guru besar yang membidani sejumlah kapal militer milik TNI-AL Karya yang mutakhir bersama sejumlah rekannya, ialah hovercraft, kapal yang bisa melayang di atas permukaan air maupun di pasir. Kapal itu didesain guna menyalurkan bantuan kemanusiaan di lokasi-lokasi sulit yang tak terdapat fasilitas dermaga. Terkait ketekunan membangun hovercraft, Prof Semin berucap: “Saya memang lebih tertantang membuat kapal militer yang teknologinya lebih innovatip, dengan dayaguna yang langsung dapat dirasakan waktu perang maupun damai, untuk tugas keamanan maupun kemanusiaan”. ***ERICK A.M.