JAKARTA, MARITIM.
Sekolah Tinggi Maritim (STIMar) ‘AMI’ mulai semester ganjil atau tepatnya 1 Oktober 2017 menerapkan kurikulum baru disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pengguna jasa di sektor kemaritiman. Sementara itu, perguruan tinggi maritim swasta yang pertama di Indonesia ini mulai 1 Januari 2018 juga akan menerapkan sistem manajemen mutu berstandar internasional atau yang biasa disebut ISO (International Organization for Standardization).
Hal ini diungkapkan Ketua STIMar AMI Capt. Albert Lapian M. Mar dalam HUT ke-57 STIMar ‘AMI’ di Kampus Ungu yang berlokasi di Pulomas, Jakarta Timur, Selasa (3/10). Ikut memberikan sambutan, sesepuh AMI (Akademi Maritim Indonesia) Benny Tengker dan Ketua Yayasan Sinar Poseidon Gupita Evira Tri Noverni,MM. Acara ini dihadiri pula sejumlah tamu undangan, antara lain Ketua Umum Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Capt. Hasudungan Tambunan dan Sekjen Alumni STIMar AMI.
Menurut Albert, penerapan kurikulum baru hasil evaluasi yang dilakukan mulai awal 2017 ini bukan atas permintaan pemerintah atau desakan pengusaha pelayaran dan pelabuhan, melainkan insiatif sendiri. Sejumlah pengusaha di sektor kemaritiman diundang untuk memberikan masukan tentang kebutuhan yang diperlukan saat ini sampai lima tahun ke depan.
“Untuk menyesuaikan kebutuhan ini, kurikulum harus dievaluasi setiap 4-5 tahun sekali. Sehingga para lulusan STIMar mampu bekerja dengan baik, sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan industri maritim di masa mendatang,” ujarnya.
Penyesuaian kurikulum baru ini, kata Albert, juga perlu dibarengi dengan penerapan sistem manajemen mutu bertaraf internasional atau ISO 2015 yang terbaru saat ini. Penyusunan sistem manajemen ini masih berlangsung dan diharapkan selesai Desember 2017.
“Sistem manajeman mutu berdasarkan ISO 2105 akan diterapkan mulai Januai 2018,” sambungnya seraya menambahkan bahwa selama 57 tahun STIMar AMI telah mencetak sekitar 5.700 pelaut. Dari jumlah itu banyak yang menjadi captain/nakhoda di kapal-kapal nasional maupun internasional.
Kapal Mother Vessel
Ketua Program Studi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan (D4) STIMar AMI Drs Mananti Butar-Butar MM menambahkan, pembaruan kurikulum berbasis kompetensi ini mencapai 25%, baik untuk prodi Nautika, Tehnika, maupun Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan.
Penerapan kurikulum baru ini sekaligus menjawab penegasan Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan tol laut di seluruh Nusantara dan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Tantangan ini harus dijawab dengan menyediakan SDM yang handal di industri pelayaran dan kepelabuhanan.
“Kalau selama ini kita hanya menangani kapal-kapal berbobot sampai 3000 ton, ke depan harus fokus untuk kapal-kapal sejenis mother vessel, termasuk pelayanan kepelabuhanannya,” sambung Butar-Butar yang juga Ketua Panitia HUT STIMar AMI, kepada Maritim.
Mengawali acara HUT, diselenggarakan seminar tentang teknis perkapalan. Sesi pertama Fuel and Lube Oil Treatment and Handling dengan pembicara A.M. Pelapelapon, MSE, MSEE,PE. Sedang sesi dua Boiler Operation, Maintenance & Repair dengan pembicara JSE Marliasa, MME, FimarEST.
Dalam kesempatan itu juga diserahkan bantuan pendidikan dari perusahaan pelayaran untuk 4 taruna/i yang berprestasi. Menurut Albert Lapian, sejumlah perusahaan pelayaran lansung menerima lulusan terbaik tataniaga pelayaran dan kepelabuhanan menjadi karyawan. Untuk tahun ini, dari jumlah 210 taruna STIMar AMI, 10 di antaranya mendapat bea siswa dari pemerintah melalui program Bidikmisi (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi).**Purwanto