BANJIR PORONG: PENGUSAHA LOGISTIK RUGI MILIARAN

Surabaya, Maritim

BANJIR bandang, akhirnya juga menimpa jalan raya Porong, Sidoarjo, yang dengan sendirinya menimbulkan kerugian materiil cukup besar bagi pengusaha logistik. Penutupan jalan utama penghubung Surabaya dengan kota-kota hinterland: Pasuruan, Probolinggo, Malang, hingga Banyuwangi itu, menyebabkan waktu tempuh distribusi menjadi lebih lama. Kody Lamahayu Fredy, Ketua DPW Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Jawa Timur menilai kerugian tiap unit armada pengangkut yang biasa melewati rute itu mencapai Rp 1 juta. Ia perkirakan, jumlah rata-rata truk pengangkut logistik yang melintasi jalur itu, tiap hari berkisar 3.000 unit, dengan  potensi kerugian mencapai Rp 3 miliar.

Read More

“Dalam hitungan riil, tiap unit yang beroperasi ke sana, sehari dapat mencapai dua rit. Tetapi akibat kemacetan, dalam 24 jam hanya dapat beroperasi 1 rit. Dengan demikian, dapat disimpulkan terjadinya kerugian per unitnya sekitar Rp.1 juta” ungkap Kody.

Menurutnya, kemacetan terjadi di jalan arteri. Sebab setelah jalan di Porong ditutup, semua kendaraan diarahkan lewat jalan alternatif, hingga menimbulkan kemacetan. Tiap kendaraan memerlukan waktu tempuh 2 hingga 3 jam untuk dapat melewati jalur  tersebut. Hal itu menmlkan nilai kerugian yang tak dapat dihitung hanya berdasar waktu kemacetan. Kendati ada tambahan waktu tempuh, tetapi tiap kendaraan tidak bisa mengangkut barang secara efektif. Kalau harusnya tiap unit mampu mengangkut barang hingga dua rit, akibat kemacetan hanya bisa satu rit per hari.

“Harus diingat, kalau mengangkut barang lebih tiga jam, begitu sampai di tujuan, umumnya kantor maupun gudang telah tutup, hingga penyerahan barang harus menunggu sampai hari berikutnya. Contohnya, waku membawa barang dari pelabuhan dengan tujuan Ngoro Industrial Park, sudah terhadang macet dari Sidoarjo hingga arteri. Perhitungannya, kendaraan bisa sampai ke Pandaan dalam tiga jam. Tetapi ketika mau masuk ke pabrik, ternyata sudah tutup. Karenanya harus tunggu sampai besok baru buka” ujarnya.

Kody Lamahayu Fredy yang juga Ketua Umum DPC Khusus Organisasi Angkatan Darat (Organda) Tanjung Perak itu menjelaskan, sesuai data jumlah angkutan yang beroperasi tiap hari di Pelabuhan Tanjung Perak mencapai 8.000 unit. Dari jumlah itu, sebanyak 3.000 unit menuju Pasuruan, Probolinggo, Malang, Batu, dan Banyuwangi, melalui jalan raya Porong, mengangkut gula, beras, kedelai, jagung, bahan baku, bahan bakar dan pakan ternak.

“Mulai dari Ngoro Industrial Park dan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) merupakan daerah industri dengan banyak pabrik dan kantong-kantong industri penghasil komoditas ekspor. Terganggunya infrastruktur jalan ke kawasan industri, menyebabkan kerugian bagi pengangkut. Demikian pula, ke arah pelabuhan juga rugi” kata Kody pula.

Menurut Kody, terdapat dua opsi jalur yang dipilih para pengusaha logistik. Yaitu, selain melalui jalan arteri, beberapa pengusaha memilih lewat Mojosari. Tetapi, pemilihan jalur itu berakibat bertambahnya biaya solar, karena panjang rute yang harus ditempuh melalui Mojosari dua kali lipat lebih jauh. Karenanya ia berharap pemerintah mencari solusi jangka panjang agar kedepannya jalan tersebut tak lagi kebanjiran. Kody juga berharap agar jalan tol penghubung tol Porong dan tol Pandaan yang dalam proses konstruksi, akan segera tersambung, karena adanya jalan penghubung akan sangat membantu distribusi logistik.

Secara terpisah Arief Wibisono Wakil Ketua 1 Bidang Logistik Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jatim menilai, terputusnya jalan raya akan sangat  mengganggu distribusi logsitik. Pengiriman sembako jadi terhambat, karena Kawasan Timur Indonesia merupakan daerah penghasil sembako dan kacang-kacangan. Ujar Arief: “Itu komoditas dari timur ke barat. Kalau dari Surabaya distribusinya antara lain semen. Kalau jalan macet, maka proyek-proyek pasti ter-delay. Dalam jangka pendek, delay jadi masalah utama distribusi, karena para pengusaha harus keluarkan biaya transportasi lebih tinggi”. ***ERICK A.M.

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *