SEMANA SANTA: PROSESI PASKAH KHAS DI LARANTUKA

Perayaan Paskah di kota Larantuka, Flores, NTT tak hanya menjadi

ajang peribadatan, tetapi juga tempat wisata religi warga Katolik.

HARI Raya Paskah yang untuk tahun ini berlangsung 28 April hingga 1 Mei 2018, merupakan salah satu perayaan suci bagi umat Katolik. Saat itu, Larantuka ibukota Kabupaten Flores Timur, menjadi pusat perhatian para peziarah dan wisatawan, dari dalam dan luar negeri. Di kota  ini berlangsung prosesi “Semana Santa” (Semana = pekan dan Santa = suci), tradisi Paskah khas di Larantuka yang telah dirayakan lebih dari lima abad.

Semana Santa merupakan perayaan umat Katolik di Larantuka, sebagai warisan dari bangsa Portugis pada waktu itu. Akulturasi budaya, agama, dan tradisi – tradisi lokal yang cukup kental menjadikan tradisi ini kuat, mengakar, dan tetap dijalankan setiap tahunnya dan menjadi salah satu prosesi adat yang diminati masyarakat Katolik di dunia. Di tiap perayaan paskah, kota Larantuka biasa dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai negara seperti Spanyol, Portugal, Italia, Brazil, Italia dan lain – lain.

Pekan Suci yang merupakan ritual agama dan adat ini dilakukan dalam rangkaian panjang, dimulai Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci hingga Minggu Paskah. Mereka yang berperan dalam perayaan ini adalah suku – suku yang telah ditetapkan sejak dulu, yaitu Suku Kabelen, Suku Lewai, Suku Raja Ama Koten (Diaz Viera Da Godinho), Suku Kea Alyandu, Suku Ama Kelen De Rosary, Suku Maran, Suku Sau Diaz, Suku Riberu Da Gomes, Suku Lamuri, Suku Mulowato, Suku Lewerang dan suku Kapitan Jentera.

Rabu Abu (Rabu Trewa) merupakan proses ketika umat akan berkumpul di kapel untuk melaksanakan ibadah mengenang peristiwa pengkhianatan yang dilakukan Yudas Iskariot terhadap Tersus Kritus, yang berujung peristiwa penangkapan di Taman Getsemani. Prosesi dimulai dari pagi hari, dengan pelaksanaan ibadah dilakukan dan diatur oleh suku – suku yang ada, dan mereka yang akan menjadi pemimpin atau pelaksana prosesi ibadah.  Pada malam harinya, seluruh kota Larantuka terdengar gaduh, karena di mana-mana terdengar bunyi drum, menarik seng di jalan-jalan untuk ingatkan gaduhnya serdadu yang memasuki Taman Getzemani untuk menangkap Yesus.

Berlanjut pada perayaan Kamis Putih esok harinya, ketika sejenak Kota Larantuka menjadi hening dan syahdu, tak ada bunyi – bunyian apa pun atau aktivitas dengan kegaduhan tinggi. Di Kamis Putih, dilakukan pemasangan tikam turo (pagar lilin) sepanjang rute prosesi jalan salib yang akan berlangsung esok harinya. Pada siang hari Kamis Putih akan dilakukan upacara Muda Tuan, pembukaan peti yang telah ditutup selama satu tahun oleh petugas yang disumpah sebelumnya. Terdapat dua patung yang jadi sosok penting dalam perayaan Semana Santa, yaitu Patung Tuan Ma (Yesus Kristus) dan Patung Tuan Ana (Bunda Maria).

Patung Tuan Ma akan dimandikan dan dibalut pakaian perkabungan, yaitu mantel beludru hitam, ungu dan biru. Selesai upacara Muda Tuan, umat bersujud memohon berkat.

Esoknya, diadakan ritual Jumat Agung sebagai prosesi puncak perayaan Semana Santa, yang dimulai dari mengarak Patung Tuan Meninu (masa kanak – kanak Yesus) yang berada dalam peti jenazah untuk diantar menuju pelabuhan. Di sana, perarakan dilakukan menggunakan kapal yang diiringi ratusan perahu.

Arak – arakan besar keliling Kota Larantuka merupakan “jalan salib” mengenang penyaliban Yesus yang dimulai dengan penyiksaan, perjalanan memanggul salib hingga penyaliban di Bukit Golgota. Masyarakat lakukan arak – arakan dengan Patung Tuan Ana yang mengalami derita memilkul salib, sementara Patung Tuan Ma juga ikut diarak, menggambarkan Maria yang berduka menyaksikan penyiksaan terhadap putranya.

Dalam arakan, terdapat 8 titik perhentian agung (armida) yaitu Misericordia (merenungkan janji Tuhan yang mengutus putra-Nya ke dunia), Tuan Meninu (merenungkan masa Kanak-kanak Yesus), Santo Philipus (merenungkan masa hidup dan karya Yesus selama di dunia), Tuan Trewa (merenungkan Yesus yang ditangkap dan diadili). Selanjutnya Armida Mater

Dolorosa (bersatu dengan Maria mengikuti Jalan Salib Yesus), Benteng Daud (merenungkan saat Yesus dijatuhi hukuman mati), Kuce (merenungkan Yesus yang telah wafat di kayu salib) dan Tuan Ana (merenungkan Yesus yang sudah diturunkan dari salib).

Di Armida ini, prosesi berarak kembali menuju Gereja Katedral sebagai akhir dan pusat dari prosesi Jumat Agung, juga saat Yesus diturunkan dari Salib dan diletakkan pada pangkuan Bunda Maria. Di sini merupakan akhir sengsara Yesus. Seluruh umat dihantar Yesus masuk ke dalam Gereja Reinha Rosari Larantuka.

Malamnya, diadakan Lamnetasi Jumat Agung, dilanjutkan Sesta Vera pukul 20.00 – 01.00, dalam bentuk arak – arakan mengelilingi kota Larantuka dalam sikap diam dengan ribuan lilin yang dibawa masing – masing peziarah. Suasana duka dan perkabungan menyelimuti prosesi Sesta Vera ini.

Esok harinya, di Sabtu Suci, semua patung diarak kembali ke rumah masing – masing. Sesuai tradisi, saat Patung Tuan Ma dan Tuan Ana  telah dikembalikan ke rumah mereka, semua patung lain juga sudah harus berada di kediamannya, kecuali patung Tuan Menino yang diarak di Selat Gonzalu. Malamnya diadakan misa malam paskah di Katedral maupun gereja yang ada.  Esok harinya, di Minggu Paskah diadakan misa rayakan kebangkitan Yesus.

Tradisi yang telah dipelihara sejak 1510 ini merupakan salah satu bentuk akulturasi dan devosi yang kuat umat Katolik di Larantuka terhadap keyakinan mereka namun tidak  melepaskan tradisi dan adat istiadat nenek moyang. Larantuka memang dikenal sebagai kota Reinha de Rosari, Kota Ratu, Kota Maria.***LIES/Kug/Maritim

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *