“RAINBOW Warrior”, Ksatria Bianglala, sebagai kapal generasi ketiga Greenpeace yang melanglang buana ke seluruh penjuru dunia menyerukan kampanye penyelamatan lingkungan. Kapal ini sebagian besar atau 80% dari material yang digunakan, mengandalkan tenaga angin sebagai penggerak kapal. Kendati tergolong teknologi sederhana yang ramah lingkungan, kapal senilai 23 juta Euro yang pendanaannya berasal dari donasi masyarakat di seluruh dunia ini, didampingi mesin listrik yang hanya digunakan saat cuaca tak mendukung.
Captain Hettie Geenen nahkoda “Rainbow Warrior” sejak 2011, menjelaskan beberapa fitur, salah satunya berupa indikator untuk mengetahui arah pergerakan angin, karena sebagian besar kapal masih mengandalkan angin sebagai penggerak utama, disamping penggunaan mesin listrik. Ungkapnya kepada maritim, Jumat (14/4) saat bersandar di Pelabuhan Benoa, Bali: “Alat indikator angin ini memungkinkan kita membaca arah angin, karena kami tidak memiliki fitur untuk melihat layar”.
Secara teknis, angin yang berhembus akan ditangkap oleh sistem tiang A-frame setinggi 55 meter untuk menggerakan kapal. Teknologi ini dikatakan mampu menangkap angin lebih banyak, dibandingkan dengan kapal konvensional lain yang berukuran sama. Lebih dari itu semua, “Rainbow Warrior” lebih ramah lingkungan. Dengan panjang 63 m, lebar 11 m, tinggi 54 m dan berat 855 GT, “Ksatria Biangala” dibangun di Jerman pada tahun 2011 dan mulai menjalani misi ke seluruh dunia. Setiap tahunnya, kapal ini berangkat berlayar untuk waktu selama 11 bulan dan menjalani perawatan selama 1 bulan.
Fitur andalan lainnya adalah peta elektronik untuk membaca secara geografis posisi kapal dan wilayah sekitar. Hal ini kata Hettie, patut disyukuri karena kendti besar dengan tradisi pembacaan peta kertas, peta elektronik mampu mengurangi penggunaan kertas sehingga meminimalisir penebangan pohon sebagai bahan baku utama.
Berdasar informasi yang dihimpun, “Rainbow Warrior” generasi ketiga juga memiliki sistem komunikasi satelit on-board yang dapat memberi streaming rekaman langsung dari lokasi ke seluruh dunia. Menarik untuk diketahui, sesuai dengan misi ramah lingkungan yang dilakoni, Rainbow Warrior” juga mempunyai tempat penampungan air limbah untuk menyimpan hingga 59 meter kubik air hitam dan kotor, guna memastikan tidak akan ada limbah yang mencemari laut. Kapal ramah lingkungan ini juga memiliki sistem penyaringan biologis yang dapat membantu membersihkan dan mendaur ulang air yang kotor.
Secara historis generasi pertama “Rainbow Warrior” berlayar dari Inggris pada 1978. Sayang kapal tersebut hancur pada 1985 karena dibom seorang agen rahasia negara yang tak setuju dengan misi lingkungan dan kmansiaan yang diemban. Setelah itu, generasi kedua bertugas selama 22 tahun. Kemudian pada 2011, “Rainbow Warrior” melanjutkan misi Greenpeace hingga saat ini.***ERICK A.M.