Jakarta, Maritim
Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta tahun ini ditargetkan mampu mencetak 6.000 tenaga kerja kompeten yang siap ditempat di perusahaan tekstil yang sesuai kebutuhan industri. Karena BDI Jakarta mendapat amanat untuk melaksanakan dua tugas pokok, yakni menciptakan tenaga kerja industri yang kompeten dan menumbuhkan serta mengembangkan wirausaha baru.
“Untuk menciptakan tenaga kerja industri yang kompeten, kami telah melakukannya dengan cara pendidikan dan pelatihan (diklat) 3 in 1 (pelatihan-sertifikasi-penempatan), yang mana tahun ini ditargetkan sebanyak 6.000 tenaga kerja hingga akhir 2018. Sementara tugas pokok menumbuhkan dan mengembangkan wirausaha baru memang belum dilakukan karena kami lebih banyak mengejar penciptaan tenaga kerja industri yang kompeten terlebih dahulu.” kata Kepala BDI Jakarta, Jonni Afrizon, SE, MM, saat berbincang-bincang dengan wartawan di ruang kerjanya, di Jakarta, Rabu (6/6).
Kenapa soal penciptaan tenaga kerja industri yang kompeten ini lebih diutamakan, menurutnya, karena kebutuhan dunia industri untuk tenaga kerja yang kompeten itu sangat luar biasa banyaknya. Sementara skill yang dibutuhkan oleh dunia industri terhadap tenaga kerja yang ada sangat kurang sekali. Sehingga terjadi gap yang sangat dalam.
“Karena itulah BDI Jakarta hadir untuk menjembatani gap yang ada itu agar tidak semakin melebar ketimpangannya. Sehingga harapan industri nasional tercapai, seperti daya saing industri meningkat, kualitas produk industri juga meningkatkan dan lain sebagainya. Karena ke depan itu nantinya dunia industri akan mensyaratkan tenaga kerja kompeten yang harus memiliki sertifikasi,” urai Jonni.
Bayangkan, tambahnya, BDI Jakarta hanya mampu menelorkan 6.000 tenaga kerja kompeten bagi kebutuhan industri nasional. Jika dibandingkan dengan jumlah pengangguran di Indonesia yang mencapai 7% dari 260 juta penduduk Indonesia.
“Karena selama ini faktanya lulusan SMK dan STM banyak yang jadi pengangguran. Padahal mereka sudah sekolah spesialisasi. Nah, dari itu BDI Jakarta hadir merekrut mereka untuk dilatih 3 in 1 lalu ditempatkan sesuai kebutuhan industri. Sehingga gap yang ada tidak semakin lebar,” jelasnya.
Ditambahkan, target penciptaan tenaga kerja industri yang kompeten sebanyak 6.000 tenaga kerja, saat ini realisasinya sudah 3.700 tenaga kerja. Diharapkan sisanya dapat dituntaskan pada akhir 2018 ini. Sementara tahun lalu target 4.000 tenaga kerja telah terserap seluruhnya dan pada 2019 ditargetkan mencapai 7.600 tenaga kerja mengingat permintaan industri juga terus meningkat.
Jonni mengatakan, kebutuhan tenaga kerja industri dari tahun ke tahun terus meningkatkan, di mana pada 2018 ini saja perusahaan Pan Brothers membutuhkan sebanyak 5.000 tenaga kerja yang siap pakai, disusul Sritex sebanyak 5.000 tenaga kerja, Global Indo minta 1.000 tenaga kerja.
“Sedangkan kapasitas BDI Jakarta kurang dari itu, makanya kami mendorong pihak industri juga mau membuka ruang workshop sebagai tempat pelatihan di perusahaannya, sehingga permasalahan ini dapat segera diatasi,” ujarnya.
Menjawab soal belum dilakukannya tugas pokok menumbuhkan dan mengembangkan wirausaha baru, ujar Jonni, tugas pokok itu akan dilakukan mulai tahun depan. Karena selain masih merupakan pejabat baru di BDI Jakarta, faktor lain karena penciptaan tenaga kerja kompeten untuk memenuhi kebutuhan industri sedang memerlukan penanganan yang banyak diminta oleh kalangan industri.
“Tahun depan kami mulai buka teaching factory sebagai wujud untuk menumbkan dan mengembangkan wirausaha baru. Kami akan buat satu ruang khusus teaching factory kapasitas 100 orang. Termasuk dengan menambah spesialisasi otomotif, komponen dan elektronik, di luar spesialisasi garmen yang sekarang sudah ada,” papar Jonni. (M Raya Tuah)