PIJAR MERAH DAN GEMURUH DI LERENG GUNUNG AGUNG

Pijar merah darilereng Gunung Agung

Besakih, maritim

SELASA 3 Juli 2018 pukul 01.55 Wita, saat berita disusun, masuk laporan mutakhir: sepanjang Senin 2 Juli 2018, terjadi 5 kali letusan Gunung Agung, lontaran 2 kali lava pijar mencapai 2 Km arah utara – selatan, dan hembusan debu vulkanik sebanyak 18 kali.

Read More

– Laporan Adit dari pos pantau, dan Erick Arhadita di Amlapura.

BEBERAPA waktu setelah warga pengungsi dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) III kembali ke rumahnya masing masing, ternyata dikejutkan lagi dengan suara gemuruh cukup keras dari Gunung Agung. Berdasar informasi, suara gemuruh kembali terdengar keras pada Sabtu (30/06). I Wayan Sudiana, Kepala Wilayah setempat mengatakan kepada maritim : “Sekitar pukul 12.08 Wita kembali terdengar suara gemuruh keras dari wilayah Temukus, Besakih”.

Suara gemuruh juga sempat terdengar sampai radius 9 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung, tepatnya di Desa Duda Utara hingga dua kali. Kata Kadek Suartini warga Dua Utara: “Inggih, sajan inunian mirengan  ping kalih mekuwug saking meriki, ya tadi terdengar dua kali gemuruh dari sini”.

Putuskan Mengungsi: Menjelang pukul 22.00 Wita, visual Gunung Agung mulai terlihat, I Wayan Andog beserta warga Sebudi lainnya mulai ketakutan karena sedemikian jelas dan terang ada cahaya berwarna merah dari puncak kawah. Ujarnya, di tempat pengungsian Banjar Bencingah, Duda, Selat, Karangasem.”Andaikata saja tak melihat cahaya merah dari puncak Gunung Agung, saya tidak bakalan ngungsi”.

Sebelum memutuskan untuk menjauh dari tempat tinggalnya yang berjarak hanya beberapa kilometer dari puncak kawah Gunung Agung, Andog tidak bisa melihat visual Gunung karena tertutup kabut. Hanya saja suara gemuruh memang sudah terdengar sangat keras. Maka itu, ia belum ingin menjauh, karena sebelumnya juga sempat terjadi seperti itu.

Baru setelah dilihat cahaya merah di puncak gunung, tanpa pikir panjang, segera berkemas dan mengungsi meski di tengah hujan lebat dengan menumpang truk milik seorang warga. Andog bersama warga lainnya yang ikut numpang sempat menuju dan berkumpul di kantor camat, kemudian diarahkan ke Balai Banjar Dusun Bambang Biaung. Tetapii, karena kondisi Balai Banjar yang bocor, ia dan warga lain diarahkan ke Balai banjar Bencingah, Desa Duda.

Sampai saat ini, ia masih memilih bertahan di pengungsian sementara menunggu kondisi Gunung agar kembali kondusif. Jelasya: “Di Banjar tersebut, ada sekitar 238 orang waga Sebudi yang terdiri dari 180 orang lansia, 28 orang anak-anak, 14 balita serta 16 orang dewasa. Ya tinggal disini dulu, sampai keadaan tenang, meski pulang tak bisa bawa motor. Ternak juga tidak ada, hanya punya beberapa ekor ayam dan sudah dilepas kemarin”.

Sebagian pengungsi dari Duda Utara

Kehadiran Gubernur: Akibat meningkatnya aktivitas Gunung Agung, pemerintah siaga kemungkinan yang terjadi. Jika terjadi kemungkinan yag terburuk, pemerintah akan siap mengurus para pengungsi, konsumsi dan lain sebagainya. Hal itu dikatakan Gubernur Made Mangku Pastika saat meninjau Pos Pengamatan Gunung Api Agung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Desa Rendang, Karangasem, Jumat (29/6).

Kehadiran Gubernur guna memastikan perkembangan kondisi terkini Gunung Agung yang erupsi sejak 2 hari lalu. Saat diwawancarai awak media seusai dapat penjelasan dari pihak Pos Pantau, Jro Mangku jelaskan kendati sempat mengalami peningkatan aktivitas vulkanik pada tanggal 27 dan 28 Juni, kondisi Gunung Agung saat kini berangsur-angsur membaik.

Hal ini dipastikan dengan menurunnya grafik pendeteksi, dan bahkan mulai jam 4 subuh hari ini grafik sudah pada tingkat dasar dan datar. Jelas Gubernur: “Mulai subuh tadi sudah mulai membaik. Dari data yang ada, letusan-letusan kecil masih tetap terjadi, tetapi cenderung menurun. Memang ada hal-hal lain, seperti gempa tektonik penyebab kembali terjadinya pengumpulan magma dan menyebabkan letusan lagi. Mudah-mudahan sih tidak“.

Guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Gubernur Pastika menghimbau kepada masyarakat terutama yang berlokasi pada area status Siaga agar tetap waspada mematuhi himbauan dari petugas. Yang berada di radius 4 km itu masih berbahaya, sedang di luar itu dinyatakan masih aman.

Ganggu Penerbangan:Terkait hembusan angin yang mengarah ke arah barat daya dan barat, yang bermuatan abu vulkanik hingga mengganggu aktivitas penerbangan, menurut Jro Mangku, jadi masalah yang paling urgen dapat penanganan. Dengan dibatalkannya beberapa penerbangan tentunya mengganggu jadwal para penumpang, yang dilai akan berdampak terhadap citra pariwisata Bali.

“Masalah penumpang yang terhambat di bandara karena pembatalan penerbangan, saat ini perlu dapat penanganan, karena menyangkut citra pariwisata. Saya ingatkan kembali SOP yang sudah dirancang dulu jika bandara tutup. Di antaranya free akomodasi selama 3 hari seperti janji mereka sebelumnya, bantuan logistik, dan penyiapan kendaraan-kendaraan untuk mengantarkan para penumpang menuju bandara terdekat yang masih aman misal ke Lombok bisa juga ke Surabaya” jelas Gubernur Bali.

Unupercepatan kordinasi, aparat terkait diantaranya Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali sudah ditugasi untuk mengadakan koordinasi dengan pihak bandara, Pungkas Gubernur Pastika: “Mereka sudah lebih dulu di sana. Bahkan, habis dari sini saya akan menyusul ke bandara”.

Hal senada disampaikan Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Agung Dewa Made Mertayasa bahwa gempa tremor yang sempat terjadi selama 2 hari kemarin sudah mereda dari jam 5 pagi tadi. Hal ini menunjukkan fluida tak menuju kawah lagi.

Lebih jauh dikatakaan: “Dilihat dari rekaman seismik memang masih ada aliran asap, tetapi hanya berupa hembusan-hembusan yang berasal dari hawa panas lepasan fluida yang terkena air hujan. Namun jika dilihat dari rekaman yang kemarin dari jam 12 hingga jam 5 pagi tadi, artinya fluida mengalir terus, yang jelas ada penambahan lava yang membeku menjadi batu dan pasir, hingga ada penambahan kubah lava. Seperti yang perah terjadipada November 2017, sebenarnya meletusnya cuma sekali pada tanggal 27 saja. Tetapi karena fluidanya mengalir terus, jadi keluar asap juga”. ***ERICK A.M. 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *