Jakarta, Maritim
DEPARTEMEN Pertanian dan Sumber Daya Air Australia (DAWR, Department of Australia Water Resourches) mengunjungi Indonesia pada 2-6 Juli. Sementara, Ditjen Kesehatan dan Keamanan Pangan (DG Sante) Uni Eropa akan lakukan audit pada 1-12 Oktober, dengan fokus pada audit on residues in food of animal origin. Terkit hal itu, pembudi daya udang bersiap menghadapi inspeksi otoritas kompeten dari Australia dan Uni Eropa terhadap sistem jaminan mutu dan ketertelusuran seafood di Indonesia.
Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Jawa Barat-Banten Joko Sasongko mengatakan mayoritas petambak udang di Jabar dan Banten sudah mengantongi sertifikat cara budi daya ikan yang baik (CBIB). Katanya: “Kami petambak pasti akan mendukung kegiatan DAWR dan DG Sante di Indonesia, karena budi daya udang Indonesia tidak ada yang ditutup-tutupi”.
Melalui surat resmi tanggal 26 Juni 2018, Slamet Soebjakto, Dirjen Perikanan Budidaya KKP minta seluruh pemangku kepentingan perikanan budi daya, mendukung keberhasilan audit dengan menunjukkan bukti komitmen sistem jaminan mutu dari hulu ke hilir. Surat yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi dan kabupaten/kota, Ketua SCI, dan Ketua Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) itu minta pelaku usaha, asosiasi, serta kepala dinas untuk segera melakukan dua hal:
Pertama: melaksanakan ketertelusuran pembudi daya melalui registrasi unit budi daya pada aplikasi satu data (modul Kusuka) melalui http://satudata.kkp.go.id. Terutama pada unit budi daya udang, lele, dan patin; Kedua: menerapkan prinsip-prinsip CBIB atau mengajukan sertifikasi CBIB pada unit budi daya udang, lele, dan patin.
Sekretariat CBIB pada dinas provinsi perlu menyiapkan bukti pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (SJMKHP) budi daya, utamanya sertifikasi CBIB dan monitoring residu, didukung pengendalian obat ikan serta pakan ikan.
Karena pemilihan lokasi audit akan dilakukan tim audit negara mitra, seluruh stakeholder pun perlu menyiapkan unit pembesaran, pembenihan, pengolahan ikan, dan laboratorium yang terkait perikanan budi daya, termasuk lokasi yang terkena kasus perdagangan. Kepala dinas kabupaten/kota yang menjadi lokasi inspeksi juga diharap berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan.
Ekspor udang Indonesia ke Australia tergolong kecil dengan pangsa hanya 0,03% dari total pengapalan ke seluruh dunia, baik secara volume maupun nilai. Mengutip data BPS, Volume ekspor udang ke Australia tahun lalu hanya 41,6 ton senilai US$370.969. ***MRT/2701