Jakarta, Maritim
PELAYANAN yang diberikan PT ASDP Indonesia Ferry kepada pengguna jasa, dinilai akhir-akhir ini menunjukkan gejala kemunduran, khususnya dari sistem ticketing. Kondisi tersebut berimbas sampai ke sektor pelayanan yang kurang memuaskan. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi pekan lalu mengtaan: “Di era 2016, sistem ticketing di PT ASDP yang berbasis elktronik sudah cukup baik. Namun, sejak ditinggalkan pemimpin tertingginya yang dimutasi ke Angkasa Pura 1, kondisi sistem ticketing PT ASPD berantakan, mundur, dan kembai ke sistem tiket manual lagi”.
Menurut Tulus, YLKI menerima pengaduan/laporan terkait hal ini dari konsumen yang cukup kredibel. Ujarnya: “Kamimendapat laporan dari penggua jasa , bahwa di ASDP kini muncul lagi fenomena “tiket muter”. Yakni tiket yang sudah dijual, bisa dijual lagi untuk penumpang berikutnya”.
Akibat dari kasus ini, manifes kapal jadi kacau, terkesan koruptif, dengan pendapatan negara yang berpeluangg hilang. Menrutnya, tiket elektronik yang diinisiasi Dirut terdahulu, dinilai menjadikan banyak pihak kehilangan pendapatan ilegal. Diungkapkan pula, masih tumpang tindihnya regulasi yang ada, khususnya di level pusat. Sementara itu Pemerintah Daerah mengklaim banyak kewenangan Pemda yang diambil pusat lagi, hingga pemda tak punya kewenangan. Di sisi lain, otoritas sektor penyberangan kurang mampu lakukan pengawasan di lapangan. Tenggelamnya dua unit kapal penyeberangan (KM Sinar Bangun 5 dan KMP Lestari Maju) jadi potret buram bagi sektor pelayaran penyebeangan di Indonesia, dan hal itu merupakan anti klimaks program Presiden Joko Widodo, yang berorientasi pada sektor kelautan dan peraiaran.
Karena itu, menurut Tulus, fenomena ini harus menjadi pekerjaan rumah yang paling serius bagi pemerintahan. Menurutnya: “Indonesia adalah negara kepulauan, seharusnya sistem transportasi paling kuat adalah di sektor maritim, bukan sebaliknya”.
Terkait hal itu, YLKI sarankan segera ada pembenahan total di sektor angkutan pelayaran, seblum kembali jatuh korban masal, karena musibah kapal tenggelam hanyalah soal waktu saja. YLKI kembali mengingatkan, jangan biarkan hal ini menjadi bom waktu. Jangan biarkan masyarakat sebagai pengguna jasa, jadi tumbal atas kelalaian dan keteledoran ini.
“Tak usah jauh jauh ke pelosok Indonesia bagian timur, selesaikanlah segera yang ada di pelupuk mata. Yakni angkutan penyeberangan di Kepulauan Seribu, yang sampai detik ini masih sangat rentan terhadap terjadinya malapetaka yang terbukti beberapa tahun silam menelan korban masal” pungkas Tulus Abadi.***MRT/2701