Manado & Banyuwangi, maritim
SEDIKITNYA dua moment, menjadi penanda langkah maju industri penerbangan Indonesia. Pertama: penerbangan pertama charter yang menghubungkan Bandara Internasional Binhai Tianjin, Republik Rakyat Tiongkok (TSN) dari Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara (MDC) dilaksanakan Lion Air Grup, pada Minggu (22/ 7). Sebagai tonggak sejarah penerbangan perdana, Lion Air mengudara dari Manado bernomor JT2749 pukul 16.55 WITA tepat waktu dan mendarat di Tianjin pukul 23.10 CST (current local time in China – TianjinMunicipality).
Dalam inaugural flight ini, penumpang merasakan layanan pesawat Boeing 737 MAX 8, yang merupakan armada generasi terbaru. Manado ke Tianjian memiliki frekuensi tiga kali dalam sepekan pada Rabu, Jumat dan Minggu PP. Sedang Tianjin – Manado diterbangi pada Senin, Kamis dan Sabtu, menggunakan nomor penerbangan JT2748 pada Senin (23/ 7/2018), 00.15 CST dan tiba di Manado pukul 06.30 WITA.
“Penyambutan pembukaan rute charter ditandai para turis Tianjin dengan pengalungan selendang khas Manado oleh Lion Air dan Manajer Operasional Angkasa Pura 1 Bandara Sam Ratulangi, Jusman mewakili GM AP 1 Manado, Minggus E.T Gandeguai,” jelas Corporate Comminication Strategic Lion Air Grup Danang Mandala Prihartoro.
Peluncuran jaringan internasional itu menjadikan Lion Air sebagai satu-satunya maskapai terkini dan yang pertama menghubungkan non-stop Manado ke Tianjin PP. Pencapaian itu menempatkan Manado sebagai destinasi ke-2 di Indonesia setelah Denpasar, Bali yang baru dibuka Sabtu (21/7/2018) langsung terkoneksi dengan kota berciri khas “The Eye of Tianjin” roda ferris di atas jembatan. Ungkap Danang: “Destinasi baru Tianjin merupakan kelanjutan dari kesuksesan rute Lion Air tujuan Manado dan Tiongkok, yang sebelumnya sudah eksis membawa turis, antara lain Changzhou Benniu, Changsha Huanghua, Guangzhou Baiyun, Shanghai Pudong dan Shenzhen Bao’an”.
Penerbangan Manado – Tianjin kian perkuat komit Lion Air dalam mengakomodir tingginya permintaan perjalanan udara “traveling” dari wisman untuk bepergian secara mudah ke Indonesia melalui Denpasar dan Manado. Sebaliknya wisnus bisa mewujudkan mimpinya ekspolarasi tujuan wisata di Tiongkok khususnya Tianjin.
Untuk meningkatkan minat segmen turis di kota tujuan Tiongkok seiring upaya Lion Air memberi pengalaman tersendiri dan layanan terbaik selama perjalanan, wisatawan sempat menjajal terbang dengan Boeing 737-900ER (215 kursi kelas ekonomi), Boeing 737-800NG (189 kursi kelas ekonomi) dan Boeing 737 MAX 8 (189 kursi kelas ekonomi).
LCCA Banyuwangi: Sementara itu, sesuai arahan Menteri BUMN, Bandara Banyuwangi, Bali, serta Lombok (BBL) akan menjadi “Tourism Triangle” mensinergikan pariwisata di tiga daerah itu. Untuk mendukung program tersebut Bandara Banyuwangi akan dikembangkan menjadi Low Cost Carrier Airport (LCCA) dan sesuai potensi Kabupaten Banyuwangi, AP II saat ini sedang melakukan pengembangan Bandara Banyuwangi.
Muhammad Awaluddin Direktur Utama AP II menyampaikan, sesuai target Kementerian Pariwisata mencapai 20 juta wisman pada 2020, konsep LCCA/LCCT menjadi opsi menarik untuk mendorong datangnya wisman ke Indonesia. Paparnya: “Berdasar pertumbuhan penumpang LCC yang naik 55% per tahun yang jauh lebih tinggi dibanding Full Service Carriers (FSC) yang hanya sekitar 7%, pengembangan LCCA dan konsep Tourism Airport yang diusung Bandara Banyuwangi dapat mengakselerasi perkembangan pariwisata Jawa Timur”.
Pengembangan yang sedang dilakukan di Bandara Banyuwangi antara lain:
- Overlay Runway dari PCN 27 jadi PCN 56 hingga dapat melayani pasawat Boeing 737-8 NG , 737-9 ER dan Airbus 320;
- Perluasan apron dari dari kapasitas tiga pesawat Narrow Body (Luas 16.200m2) jadi sembilan pesawat Narrow Body (Luas 34.000m2);
- Perpanjangan dan Pelebaran Landasan dari 2250x30m2 menjadi 2.500x45m2;
- Perluasan lahan parkir kendaraan 2.000m2 (80 unit) menjadi 5000m2 (260 unit);
- Perluasan Terminal Penumpang 7000m2 (700.000 pax/tahun) jadi 20.000m2 (2jt pax/tahun).
Menurut Dirut AP II: “Untuk lima kegiatan tersebut, kami menyiapkan total investasi sebesar Rp300 miliar. Pengembangan Bandara Banyuwangi juga untuk mendukung gelaran Annual Meeting IMF – World Bank yang akan diselengarakan di Nusa Dua Bali pada Oktober 2018. Bandara Banyuwangi juga akan diusulkan jadi Bandara internasional sesuai permintaan dari beberapa maskapai untuk membuka rute internasional dari dan menuju Malaysia dan Australia.***ERICK ARHADITA dari Manado & Banyuwangi