Denpasar, Maritim
DISEBABKAN oleh terjadinya cuaca buruk di perairan Bali sejak beberapa hari lalu, maka banyak nelayan di pesisir Pulau Dewata terpaksa menghentikan aktivitas melaut. Nengah Manumudita Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Bali mengatakan banyak anggotanya memilih melakukan kegiatan dengan “nimbrung” ke sektor industri pariwisata di pesisir untuk sementara waktu.
Aktivitas seperti memperbaiki kapal hingga menemai wisatawan pergi memancing dilakukan untuk mengisi waktu dan kerugian karena tak bisa mencari ikan. Jelasnya: “Mereka lakukan itu untuk mendapat penghasilan alternatif daripada tak ada sumber pendapatan”.
Gelombang tinggi sangat mempengaruhi kehidupan para nelayan di Bali. Namun, hal itu juga memberi ruang sejenak mereka untuk istirahat, sembari melakukan berbagai kegiatan bermanfaat dan menghasilkan, seperti wisata pesisir. Manumuditha menjelaskan bahwa mengatakan kondisi gelombang tinggi bukan hal baru, sebab rutin dihadapi nelayan-nelayan Bali tiap tahun. Menurutnya, nelayan Bali bisa bersyukur karena ada perlindungan untuk nelayan Bali, bahkan diperkuat dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 11 Tahun 2017 tentang Bendega, sebagai lembaga tradisional bidang kelautan dan perikanani.
Perda ini salah satunya mengatur hak-hak nelayan untuk mengelola pesisir, termasuk dilibatkan dalam wisata pesisir. Dengan adanya kebijakan itu, nelayan Bali dapat menjadi pemandu wisata di pantai-pantai, atau membawa wisman memancing di perairan yang relatif tenang, menemani wisatawan di lokasi-lokasi snorkeling dan diving, jadi pemandu wisata kegiatan sosial budaya kelautan. Pungkas Ketua HNSI Bali: “Para nelayan sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Maka inilah fungsinya ada Perda Bendega sehingga nelayan tetap dapat beraktivitas di bidang pariwisata”.***ADIT/Dps/Maritim