Surabaya, Maritim
KONTRIBUSI angkutan logistik program tol laut, PT Pelayaran Nasionbal Indonesia (Pelni Persero) sulit mengoptimalkan kapasitas angkut kapal yang dioperasikan. Hingga tahun ketiga pelaksanaan program, muatan sukar didongkrak karena perubahan trayek. Idayu Adi Rahajeng Manajer PR dan CSR Pelni mengatakan rute Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya-Paumako Timika-Agats Asmat hingga Merauke sebelumnya pernah berkontribusi paling besar terhadap realisasi muatan tol laut Pelni. Tetapi sejak Februari 2018, rute yang semula dilayari KM Caraka Jaya Niaga III-32 dengan kapasitas 115 TEU’s petikemas itu dialihkan ke perusahaan pelayaran swasta dengan subsidi dari pemerintah, mengalami kemerosotan volume angkut.
Jelas Idayu pula: “Pelni telah menjalani rute Papua hampir 3 tahun. Muatan balik juga sudah mulai tumbuh. Tetapi saat ini, tol laut Pelni tak ada yang masuk Papua”.
Total kapasitas kapal tol laut Pelni sekitar 1.505 TEU’s. Namun, perusahaan pelayaran BUMN ini tak menyebut perkembangan realisasi muatan awal/muatan balik kapal tol laut hingga semester I Tahun 2018. Sebelumnya, perseroan menyebut realisasi muatan balik per akhir 2017 berkisar 10%-20% dari kapasitas angkut.
Menurut Idayu, pertumbuhan muatan balik, pada dasarnya butuh waktu untuk sosialisasi dan membangkitkan ekonomi di daerah tujuan tol. Dengan perubahan rute, perusahaan harus membangun lagi komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha tujuan tol laut.
Sejak awal tahun ini, Pelni menggarap enam trayek tol laut, yakni T-4 (rute Tanjung Perak-Makassar-Tahuna) menggunakan KM “Logistik Nusantara I”, T-2 (Tanjung Priok-Tanjung Batu-Belinyu-Tarempa-Natuna-Midai-Serasan-Tanjung Priok) dengan KM “Caraka Niaga Jaya III-4”. Selanjutnya, T-6 (Tanjung Perak-Tidore-Morotai-PP) memakai KM “Caraka Jaya Niaga III-2”, T-13 (Kalabahi-Moa-Rote-Sabu) dengan KM “Logistik Nusantara 3”, T-14 (Tanjung Perak-Lewoleba-Adonara/Tenong-Larantuka) memakai KM “Logistik Nusantara 4”, dan T-15 (Kisar-Namrole-PP) menggunakan KM “Logistik Nusantara 2”.
Pelni mengandalkan kantor-kantor cabang dan Kemenhub untuk memuat balik dari daerah tujuan. Ungkap
Ungkap Manajer PR dan CSR Pelni: “Saat ini, Pelni aktif berkoordinasi dan sosialisasi dengan Pemerintah Daerah, Dinas Perdagangan, serta pengusaha daerah guna tumbuhkan ekonomi dan diharapkan ada efek muatan balik”.
Realisasi angkutan tol laut 2017 terbilang rendah, yakni hanya 212.865 ton atau 41,2% dari target 517.200 ton. Adapun realisasi muatan balik hanya 20.274 ton atau 9,5% dari muatan berangkat. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebutkan target muatan balik tahun ini sebesar 30% dengan pola operasi pengumpan dan pengumpul (hub and spoke) yang diharap bisa merangsang arus kargo dari Kawasan Timur Indonesia (KTI). Untuk memenuhi target itu, pemerintah menggelontorkan subsidi hingga Rp447,6 miliar tahun ini, naik 33% dari alokasi subsidi 2017.***ERICK ARHADITA