Benoa Bali, Maritim
CAPITAL Dredging yang dilaksanakan terhadap kolam dan alur pelayaran di Pelabuhan Benoa Bali, saat ini telah rampung. Dengan demikian, pelabuhan utama di Pulau Dewata itu telah memungkinkan memberi pelayanan terhadap kunjungan super cruises, kapal-kapal pesiar berukuran besar. I Wayan Eka Saputra CEO PT Pelindo III Regional Bali-Nusa Tenggara menjelaskan fihaknya tinggal tunggu pengecekan dan pembaruan informasi dari Dinas Hidro-Oseanografi (Dishidros) TNI AL agar dapat diakses oleh seluruh kapal pesiar.
Terkait hal itu, pria asal Bangli ini menjelaskan: “Hingga akhir tahun 2018 ini permintaan sandar kapal-kapal cruise di Pelabuhan Benoa telah mencapai 80 kapal pesiar yang rerata berukuran panjang lebih dari 300 meter Lenght Of All (LOA). Dengan selesainya pengerukan kolam dan pendalaman alur, kami perkirakan kunjungan kapal pesiar berpotensi meningkat hingga sekitar dua kali lipat”.
Genting Dream: Lebih jauh Wayan Eka menyebutkan bahwa dermaga timur Pelabuhan Benoa semula hanya memiliki kedalaman -9 low water springs (LWS) hanya dapat digunakan sandar kapal pesiar yang memiliki panjang maksimal 260 meter, dengan jumlah penumpang hingga 1.430 orang. Setelah pengerukan kolam dan pendalaman alur menjadi -12 LWS akan mampu untuk sandar kapal pesiar besar dengan ukuran panjang hingga 335 meter.
Pengerukan kolam dermaga timur, turning basin, dan alur pelabuhan yang dimulai sejak bulan April 2018 itu, kini telah rampung dan tinggal menunggu pemeriksaan Dishidros yang akan dilakukan September ini. Dengan meningkatnya kedalaman perairan kolam dermaga, maka kapal dengan jumlah penumpang mencapai jumlah 3.352 orang akan dapat bersandar di Pelabuhan Benoa. Menurutnya kapal pesiar “Genting Dream” berukuran besar dengan membawa 3.500 penumpang yang dal;am kunjungannya ke Bali selama ini sandar di Perlabuhan Celukanbawang di Kabupatren Buleleng Bali utara, akan mulai berkunjung ke Pelabuhan Benoa sejak bulan Oktober mendatang. Wayan Eka optimis Pelabuhan Benoa akan dapat memfasilitasi kapal pesiar berukuran besar, dan akan lebih banyak datangkan wisatawan mancanegara.
Menurut CEO Pelindo III Regional Bali-Nusa Tenggara, permintaan kapal pesiar yang telah terjadwalkan hingga 2021untuk sandar di Pelabuhan Benoa cukup banyak. Ujarnya: “Sudah sejak lama kapal-kapal pesiar berukuran besar ingin singgah ke Pelabuhan Benoa Bali, tetapi akibat dari keterbatasan alur dan kolam serta dermaga, keinginan mereka baru akan dapat terpenuhi tahun ini”.
Selain melakukan pengerukan kolam dan pendalaman alur, Pelindo III juga sedang lakukan pengembangan dan beutyfikasi Pelabuhan Benoa. Di antaranya penataan kembali zona peruntukan kapal wisata, zona bongkar muat dan penumpukan BBM dan Gas, dermaga dan zona prosesing perikanan, serta pembangunan terminal internasional yang pembangunan fisiknya telah mencapai progres 25%. Kendati demikian fasilitas yang ada telah siap pula bila delegasi Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group ingin melakukan perjalanan wisata bahari melalaui Pelabuhan Benoa.
Pacu Konektivitas: Selain hal-hal yang disebutkan di atas, PT Pelindo III juga tengah melakukan percepatan dalam mewujudkan interkoneksi arus barang antarpelabuhan di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). CEO PT Pelindo III Regional Bali-Nusa Tenggara Wayan Eka Saputra mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari program tol laut Presiden Joko Widodo yang menghubungkan satu pelabuhan dengan pelabuhan lain, khususnya di Kawasan Timur Indonesia KTI), termasuk Bali, NTB, dan NTT.
Ungkap Wayan Eka Saputra pekan lalu: “Sejumlah pelabuhan di ketiga provinsi ini diharap akan mampu menjadi jembatan bagi masyarakat dan memacu perekonomian setempat. interkoneksi pelabuhan laut dapat dijangkau kapal-kapal pengangkut komoditas general cargo dan petikemas serta kapal penumpang untuk mendukung pariwisata, akan mampu menjangkau berbagai pelosok di wilayah di ketiga provinsi di KTI. Tata kelola interkoneksi antarpelabuhan ini, akan kian memudahkan pengiriman barang dari dan ke Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor dan pulau lain”.
Dijelaskan pula, konektivitas yang lebih mudah diharap meningkatkan kelancaran arus distribusi barang, hingga berpengaruh pada harga komoditas yang kian murah. Dengan arus disttibusi yang lebih mudah, barang akan lebih mudah didapat dan dengan harga yang lebih murah. Ia menilai, perubahan besar akan terjadi jika interkonektivitas diwujudkan baik itu untuk arus barang ataupun kapal pesiar. Menurutnya arus petikemas ke KTI sudah mulai banyak dengan volume yang mulai besar.
Memuingkasi penjelasan, I Wayan Eka Saputra sebutkan: “Bahkan, degan fasilitas yang ada saat ini, ekspor jagung dari Sumbawa dan Flores dapat dilakukan langsung ke Vietnam dan negara tujuan lainnya melalui pelabuhan petikemas yang ada. Pascagempa Lombok, tidak ada kerusakan besar yang menimpa pelabuhan di Lombok maupun daerah lain, kecuali ada
rekahan di dermaga Pelabuhan Kahyangan, Lombok Timur, tetapi tak mengganggu terhadap operasional pelabuhan”. ***ERICK ARHADITA