Kediri, Maritim
TERKAIT rencana pembangunan bandara di Kediri Jawa Timur, Kementerian Perhubungan menunggu kesepakatan PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Gudang Garam Tbk. emiten dengan kode GGRM, Direktur Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Polana Banguningsih menjelaskan pemerintah merekomendasikan AP I sebagai pengelola bandara tersebut. Alasannya, selain bandara yang terletak di wilayah tengah, juga dekat dengan Bandara Juanda di Surabaya yang dikelola oleh AP I. Ujar Polana: “Hingga saat ini belum ada perkembangan, kedua pihak masih dalam tahap posisi saling menjajagi”.
Harapannya, pembangunan bandara baru tersebut sudah akan dimulai paling lambat pada pertengahan 2019. Adapun, proses pembangunan hingga dinyatakan siap untuk beroperasi membutuhkan waktu antara dua hingga tiga tahun. AP I merupakan perusahaan yang memiliki sertifikat sebagai badan usaha bandar udara (BUBU). Pada saat ini, perseroan telah mengelola 13 bandara yang terletak di kawasan tengah dan timur Indonesia.
Wacana mengenai pengembangan bandara di Kediri muncul usai rapat di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, April 2018. Saat itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut Gudang Garam telah memberikan proposal pembangunan dengan nilai investasi. Bandara tersebut akan memiliki panjang landasan pacu (runway) hingga 3.250 meter. Pembangunan akan dibangun bertahap, dengan tahap awal runway 2.400 meter.
Untuk tahap awal pembangunan meliputi pembebasan lahan dan keperluan lainnya Gudang Garam telah mengucurkan dana hingga sekitar Rp1 triliun.
Direktur PT Gudang Garam Tbk Istata Taswin Siddharta mengatakan pengerjaan bandara itu dilakukan pada tahun ini dengan masa penyelesaian diprediksi mencapai lebih dari 2 tahun, dengan sumber pendanaan berasal dari arus kas operasional yang dihasilkan perusahaan setiap tahun.
Jajaki Opsi: Sebelum melakukan penandatanganan nota perjanjian kesepahaman dengan PT Gudang Garam Tbk, PT Angkasa Pura I (AP I) masih bahas rencana pengelolaan bandara di Kediri sebelum melakukan perjanjian nota kesepahaman dengan PT Gudang Garam Tbk. Direktur Utama AP I Faik Fahmi menuturkan masih menjajaki mengenai beberapa opsi pola kerja dengan emiten berkode GGRM. Diharap dana investasi yang telah dikeluarkan untuk membangun, bisa dioptimalkan operasionalnya.
“Kami sangat intens berkomunikasi dengan mereka dan Kemenhub. Ini salah satu prioritas kami,” kata Faik, Kamis lalu. Dia tambahkan bandara tersebut akan dibangun oleh GGRM, tetapi pengelola bandara harus memiliki sertifikasi sebagai BUBU. Di Indonesia, hanya AP I dan Angkasa Pura II yang memiliki izin BUBU tersebut.
Menurutnya, AP I secara strategis layak untuk mengelola bandara yang terletak di wilayah tengah Indonesia itu. Pihaknya berencana akan mensinergikan bandara di Kediri dengan Bandara Juanda di Surabaya. Faik menilai nantinya bandara Kediri akan sangat potensial karena akan memiliki runway hingga 3.250 meter. Hal tersebut menandakan bandara akan dibangun dalam kapasitas sisi udara yang besar. Dengan runway seukuran itu, akan dapat digunakan layani berbagai macam pesawat single aisle, maupun twin aisle dan berpotensi untuk melayani penerbangan umroh maupun haji.
Menyudahi penjelasan, Faik Fahmi berucap: “Jumlah ibadah haji maupun ibadah umroh di Jawa Timur cukup besar. Sementara itu, Bandara Juanda di Kabupaten Sidoarjo sudah sangat padat. Karenanya Kediri bisa menjadi pintu masuk yang baru bagi rute penerbangan internasional menuju Jawa Timur untuk menunjang industri, perjalan ibadah haji maupun industri pariwisata. Akan tetapi, diperlukan integrasi antar moda transportasi untuk lebih menunjang mobilitas pengguna jasa”.***AYU/Sub/Maritim