WPPI Sultra Dikhususkan untuk Pembangunan Industri Prioritas Nasional dan Industri Unggulan Provinsi

Direktur Pengembangan Wilayah Industri (PWI) I Kemenperin Arus Gunawan
Direktur Pengembangan Wilayah Industri (PWI) I Kemenperin Arus Gunawan

Jakarta, Maritim

Masterplan Wilayah Pengembangan Perwilayahan Industri (WPPI) mengamanatkan, bahwa Sulawesi Tenggara (Sultra) fokus dikembangkan untuk dua kelompok industri, yakni pembangunan Industri Prioritas Nasional dan Industri Unggulan Provinsi.

Read More

“Industri Prioritas Nasional ditekankan pada Industri Pengolahan Nikel, sementara untuk Industri Unggulan Provinsi diarahkan ke Industri Pengolahan Sawit. Kemudian Industri Pengolahan Kakao, Industri Pengolahan Rumput Laut dan Industri Pengolahan Ikan,” kata Direktur Pengembangan Wilayah Industri (PWI) I Kemenperin, Arus Gunawan, kepada wartawan di ruang kerja, kemarin.

Dijelaskan, untuk Industri Pengolahan Nikel difokuskan pada kebijakan peningkatan nilai tambah mineral, di mana telah didorong investasi di sektor industri pengolahan dan pemurnian logam. Tercatat sampai Oktober 2017, investasi yang sudah ditanam mencapai US$5,03 (Rp68 triliun), berupa pembangunan fasilitas pemurnian nikel di dalam negeri.

Investasi sebesar itu telah berhasil membangun 13 fasilitas pemurnian nikel, dengan berbagai macam produk yang dihasilkan, seperti NPI. Lalu FeNi dan NiHidroxide serta mampu memurnikan bijih nikel di dalam negeri sebesar 34 juta ton.

Apalagi, dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), Morowali diposisikan sebagai Center of World Stainless Steel Industry. Yang nantinya akan memproduksi produk nikel berikut produk turunannya.

Berikut beberapa perusahaan raksasa pengolahan nikel di WPPI Sultra dan yang lainnya akan beroperasi tahun depan. PT IMIP, di Kabupaten Morowali, punya kapasitas produksi 3 juta ton per tahun. Produknya HRC 2.5 juta ton dan CRC 0,5 juta ton.

PT Virtue Dragon Nikel Indonesia, punya kapasitas produksi NPI sebesar 600.000 MT dan PT Obsidian Stainless Steel, yang sudah mengantongi izin lokasi dan pembangunan smelter. Produk akhirnya berupa NPI (10-12%). Total produksi per tahun rencananya sebesar 1,2 juta MT dan stainless steel 3 juta MT.

PT Antam, di Pomalaa, memproduksi ferronikel, dengan kapasitas produksi 28.000 ton. Investor asal Korea Selatan, Made By Good (MBG), mulai membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel. Anak usaha PT MBG Nikel Indonesia ini berlokasi di Konawe Utara. Dengan investasi Rp76 triliun, pabrik ini telah masuk masa konstruksi dan ditargetkan rampung dalam dua tahun ke depan.

Kemudian PT Macika Mineral Industri, melakukan ekspor pig iron ke PT Brillimetal dan pasar Tiongkok, memiliki target produksi 180.000 ton per tahun. Smelter tahap I selesai dikerjakan sesuai target. Perusahaan juga membangun pabrik smelter tahap II dan III di kuartal II/2015. Ketiga pabrik smelter blast furnace ini punya total target produksi sebesar 54.000 ton per tahun.

Beberapa industri pengolahan nikel lainnya juga bermunculan di kawasan ini, dengan skala lebih kecil, mulai 50.000-100.000 ton.

“Sesuai RIPIN, hilirisasi produk dari berbagai pabrik itu akan sampai pada turunan produk yang lebih jauh ke hilir lagi, sehingga memiliki nilai tambah tinggi. Di mana tahun 2035, target pencapaian produksi stainless steel diproyeksikan sekitar 7,6 juta ton, produksi baja karbon 2 juta ton dan produk cobalt 6.750 ton,” ungkap Arus. (M Raya Tuah)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *