Jakarta, Maritim
Industri keramik dalam negeri merupakan salah satu industri manufaktur yang menyerap banyak tenaga kerja. Tapi sayangnya, potensi industri keramik dalam negeri yang cukup besar tersebut, kini tengah terancam dengan maraknya produk keramik impor.
Produk keramik impor tersebut datang dari berbagai negara, namun mayoritasnya berasal dari China, sehingga kapasitas produksi berkurang. Salah satu dampak dari itu, berkurangnya juga lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja, yang ujung-ujungnya timbul pengangguran.
Direktur Industri Bahan Galian Non Logam (IBGNL) Kemeperin, Adie Rochmanto Pandiangan, mengatakan ke depan keberadaraan industri keramik dalam negeri akan jadi prioritas yang ditangani dengan serius. Termasuk sektor semen, kaca dan sektor-sektor lainnya.
“Persoalan bahan baku keramik memang jadi yang pokok dikeluhkan oleh para produsen. Namun sebelum masuk ke masalah bahan baku, yang penting juga di awal adalah soal penataan kebijakan untuk itu, yang sifatnya jangka pendek dan strategis,” ujar Adie, yang baru menjabat dua hari sebagai Direktur IBGN, kemarin.
Ditambahkan, pihaknya juga akan menghitung ulang apa-apa yang jadi kendala dari industri keramik ini.
“Apa ini akan cukup. Saya akan hitung lagi. Terutama dalam penguasaan pasar kemudian kenapa harga keramik kita lebih mahal dari pada impor,” ujarnya.
Kemudian yang perlu dibangun lagi adalah R&D. Sebab, untuk menyelesaikan berbagai kendala pada sektor itu, adalah diperlukan suatu penanganan industri yang utuh dan komprehensif.
“Kita harus komprehensif menangani berbagai hambatan yang ada pada sektor industri. Sehingga industri keramik nasional bisa mandiri dan jadi tuan rumah di negeri sendiri,” tekan Adie.
Ke depan, sambungnya, kita harus melakukan proses industrialisasi terhadap bahan baku yang kita miliki. Sebab, keramik China menyasar menengah ke bawah, di mana itu merupakan pasar besar kita.
“Industri kita harus punya visi mandiri dan jadi tuan rumah di negeri sendiri. Kalau tidak begitu industri kita bisa repot menghadapi persaingan global ini. Untuk itu, Kemenperin ini perlu diawaki oleh orang-orang yang memiliki jiwa militansi industri. Mulai dari menteri sampai karyawannya,” pungkas Adie. (M Raya Tuah)