Jakarta, Maritim
Pengembangan daya tarik wisata alamiah perlu penataan kebijakan, baik mulai dari accessible, hingga aminities. Sehingga kelestarian alam yang dimiliki bisa terjaga dengan baik. Karena berbagai kawasan destinasi menarik itu merupakan pemberian Tuhan dan bukan buatan manusia.
“Daya tarik wisata di negara maritim, seperti di Indonesia, adalah pariwisata maritim. Di mana, hampir semua pengunjung kawasan wisata maritim memiliki minat khusus seperti ke Raja Ampat, atau destinasi maritim lainnya. Mereka adalah peminat olahraga bahari,” ungkap Asisten Deputi Bidang Olahraga, Seni dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman, Kosmas Harefa, melalui siaran pers dalam “Pembahasan Fasilitasi Pengembangan Atraksi Wisata Berbasis Olahraga Bahari”, di Jakarta, Sabtu (1/12).
Daya tarik wisata bahari atau maritim ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga seperti memancing, berlayar dan menyelam. Kano, kayak, dayung dan snorkeling. Wisatawan menikmati rekreasi di atas permukaan maupun di bawah air.
Namun begitu, kata Agus Widayanto, mewakili Kementerian Kelautan Perikanan, pemandu wisata lokalnya harus dibina dan disertifikasi seperti diakui Internasional.
“Sebab, pemandu wisata itu ujung tombak wisata minat khusus. Tidak hanya di Raja Ampat, tapi di seluruh dunia, karenanya sertifikasi ini penting untuk menegaskan kemampuan pemandu wisata kita memenuhi standar internasional. Mengingat, wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat, umumnya wisatawan mancanegara,” ujarnya.
Asdep Kosmas menilai pentingnya keberlanjutan perencanaan, pembangunan dan pengelolaan suatu kawasan wisata. Termasuk menghindari eksploitasi yang berlebihan.
Dia sepakat perlu wajibnya pendampingan dari pemandu bersertifikat. Pemandu itu harus memiliki referensi yang sangat baik tentang lingkungan, tentang biota yang ada, memastikan keamanan dan kenyamanan wisatawan juga kelestarian alam.
“Raja Ampat sebagai kawasan wisata minat khusus harus dijaga dari mass tourism yang merusak. Agar tidak terjadi seperti baru-baru ini di Pantai Teluk Maya, Pulau Kho Phi Phi, Thailand. Yang harus ditutup karena mengalami kerusakan lingkungan yang diakibatkan aktivitas mass tourism,” katanya memberi contoh.
Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Weh sampai Raja Ampat, bisa dikatakan surganya olahraga bahari. Misalnya, di Raja Ampat, di bawah lautnya memiliki 553 jenis karang. Raja Ampat adalah rumah dari 70% jenis karang yang ada didunia. 1.456 jenis ikan karang, yang paling kaya didunia, 699 jenis molusca, 5 jenis penyu, 16 jenis mamalia laut (Cetacean).
Surga di atas laut di antaranya pesona geopark Raja Ampat dengan bukit-bukit karst, aktivitas susur gua, trekking dan hiking serta aktivitas cruising dengan kapal Phinisi. (M Raya Tuah)