Tangerang Selatan, Maritim
Kemenperin minta pelaku industri membuat terobosan untuk membantu menangani permasalahan sampah nasional. Salah satunya adalah dengan menggiatkan program daur ulang plastik untuk digunakan kembali sebagai bahan baku kemasan.
“Masalah sampah di Indonesia sempat jadi sorotan dunia, setelah Dr Jenna Jambeck, peneliti dari University of Georgia, mentahbiskan Indonesia sebagai negara kedua paling banyak menyumbang sampah plastik ke laut,” kata Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi, Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kemenperin, Taufiek Bawazier, pada media workshop Forwin-Danone bertema “Inovasi dan Kontribusi Industri Menerapkan Model Pengelolaan Sampah Plastik yang Efektif untuk Mewujudkan Indonesia Bebas Sampah Plastik 2025”, di Tangerang Selatan, Banten, Senin (10/12).
Meski masih meragukan validitas hasil riset Jambeck, Taufiek menyebut, pelaku industri nasional harus bisa berkontribusi menangani permasalahan sampah di Indonesia saat ini. Yakni dengan mendaur ulang sampah plastik sebagai bahan baku kemasan.
Pasalnya, kebutuhan plastik sebagai bahan baku industri mencapai 5,6 juta ton per tahun. Di mana sebanyak 2,3 juta ton sudah dipenuhi industri plastik nasional, 1,67 juta ton dipenuhi dari impor bijih plastik virgin dan 435.000 ton dipenuhi dari impor limbah plastik non B3.
“Baru 1,1 juta ton plastik yang bisa dipenuhi oleh industri daur ulang,” katanya.
Sedang Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim, menuturkan dengan semakin banyak perusahaan nasional yang melakukan kegiatan daur ulang, maka secara otomatis akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Menghemat energi, menghemat devisa impor plastik virgin, sekaligus memberi penghasilan untuk para pekerja sektor informal Indonesia.
Saat ini tercatat ada 360 perusahaan anggota ADUPI yang melibatkan 4 juta pemulung dalam menjalankan kegiatan produksi.
“Kami ingin semakin banyak lagi industri makanan dan minuman yang memanfaatkan produk kemasan hasil daur ulang. Kalau di Indonesia saat ini sifatnya belum mandatori, baru sebatas kesukarelaan,” ujarnya.
Salah satu perusahaan yang sudah melakukan kegiatan daur ulang plastik dengan baik, menurutnya, adalah PT Tirta Investama. Produsen air minum dalam kemasan merek AQUA.
Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menyatakan perusahaannya siap jadi industri minuman pertama pengguna botol daur ulang di Indonesia. Awal tahun depan, Danone-AQUA akan meluncurkan produk air mineral kemasan 1,1 liter, yang botolnya 100% diproduksi dari plastik daur ulang.
Dituturkan, botol daur ulang merupakan hasil produksi industri mitra perusahaan di Bandung, di mana bahan baku flakes plastik dipasok dari enam titik pengepul binaan. Yang tersebar di Tangerang. Bandung, Bali, Lombok dan Kepulauan Seribu.
“Peluncuran produk air minum dalam botol plastik daur ulang di awal tahun depan merupakan bentuk dari komitmen kami untuk menjaga lingkungan. Karena plastik seharusnya jadi bahan baku dan tidak bertebaran di lingkungan sebagai sampah. Maka dari itu kami memanfaatkannya kembali,” ucap Karyanto.
Menurutnya, perusahaannya telah menjalankan inisiatif menjaga kelestarian lingkungan, dengan mengumpulkan dan mengolah plastik bekas kemasan air minum sejak 1993.
“Dalam setahun kami bisa mengumpulkan 12 ribu ton plastik bekas kemasan air minum, untuk di daur ulang. Kalau dulu sejak 1993, produk cacahan plastik di ekspor, karena belum ada industri yang bisa memproduksi botol daur ulang di Indonesia. Tapi mulai sekarang, bisa kami olah dengan memenuhi standar SNI, BPOM dan bersertifikasi halal. Sehingga masyarakat nyaman menggunakannya,” kata Karyanto.
Dengan semakin banyaknya pelaku sektor informal yang terlibat dalam kegiatan pengumpulan bahan baku botol bekas, PT Tirta Investama menargetkan pada 2025 mendatang rata-rata sebanyak 50% produk air minum dalam kemasan Danone-AQUA akan menggunakan kemasan botol daur ulang.
“Saat ini, 70% bisnis perusahaannya berupa galon kemasan yang dapat digunakan ulang, sehingga sudah memenuhi prinsip sirkular. Komitmen kami jadi perusahaan yang 100% sirkular, menggunakan limbah kemasan plastik, untuk bahan baku kemasan produk kami,” jelasnya. (M Raya Tuah)