SURABAYA – MARITIM : Nawasena, tim yang mewakili Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berhasil mengukir prestasi internasional yang membanggakan untuk Indonesia. Tim yang terdiri dari sejumlah mahasiuswa IOTS tersebut, mempertahankan posisinya tahun lalu, sebagai juara kedua pada ajang Worldwide Ferry Safety Design Competition 2019 yang digelar Worldwide Ferry Safety Association (WFSA) yang dilangsungkan di Filipina.
Setelah memberi waktu pengerjaan desain kapal ferry selama lima bulan sejak Juli 2018, WFSA melakukan penilaian melalui sistem online. Sebagai hasilnya, ditetapkan tiga juara teratas desain kapal ferry dengan sistem keamanan dan inovasi yang kreatif. Dengan berada di posisi kedua, tim Nawasena ITS membuktikan kemampuan putra bangsa di kancah global, terutama dalam bidang maritim yang terkenal dengan segala potensinya.
Sasmita Adi Nugraha Ketua Tim Nawasena mengungkapkan, berbeda dengan kompetisi sebelumnya yang menggunakan lautan sebagai medan pengoperasian dalam penilaiannya, WFSA Design Competition 2019 kali ini melombakan desain kapal ferry yang aman untuk dapat dioperasikan di Sungai Pasig, Manila, Filipina.
Kapal ferry yang didesain harus mampu menampung minimal 100 orang penumpang dengan kemampuan jarak tempuh sejauh 12,4 kilometer. Adanya jembatan di Sungai Pasig dengan ketinggian delapan kaki di atas permukaan air sungai, juga membatasi peserta mendesain bagian atas kapal ferry yang tak terlalu tinggi seperti desain kapal ferry di lautan lepas.
Bersama Anson Novendra Pradana, M Faizur Rijal Azhad, Anwar Sahid dan Muhammad Faishal Ar Rifqy sebagai anggota, Tim Nawasena melalui bimbingan Ir Agoes Santoso MSc MPhil CEng dan Achmad Baidowi ST MT dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS ini pun menginovasikan kapal ferry dengan nama Motor Vessel (MV) “Aquilla” yang sesuai dengan karakteristik Sungai Pasig, di kota Manila, tempat peragaan lomba.
MV “Aquilla” yang dirancang lima orang mahasiswa tersebut didesain dengan model kapal katamaran yang dipilih karena dinilai dapat menghasilkan stabilitas lebih tinggi dibanding model kapal monohull. Pemilihan model kapal yang tepat ini, menurut Sasmita, merupakan upaya Nawasena untuk mengantisipasi kemungkinan cuaca terburuk di Manila. Terkait hal tersebut, mahasiswa angkatan 2015 ini, Rabu (26/12/2018) ungkapkan: “Pada saat badai, arus Sungai Pasig dapat mencapai tujuh knot. Karenanya, karakter cuaca lota Manila ini memerlukan desain kapal yang tepat dan sesuai agar dapat dioperasikan dengan aman”.
Menurut Sasmita, Nawasena juga menginovasikan Eco Asimetric Flat Hull Outside pada MV “Aquilla” yang berguna untuk meminimalisir gelombang air yang dihasilkan oleh pergerakan kapal. Dengan gelombang yang kecil ini, MV “Aquilla” tidak akan menyebabkan erosi pada bantaran Sungai Pasig. Jelasnya: “Sebab pada beberapa titik sepanjang Sungai Pasig masih terdapat bantaran sungai yang tidak terlindung beton, hingga rawan mengalami erosi akibat gelombang air yang besar”.
Dalam sistem kendali, MV “Aquilla” dilengkapi teknologi operasi Unattended Machinery System (UMS) yang memungkinkan ditiadakannya engine control room dalam kapal, hingga lebih hemat ruang dan dapat mengurangi beban kapal. Imbuhnya: “Semakin ringan kapal, ketinggian kapal yang tercelup air (draught) kian kecil, hingga tekanan yang dihasilkan kapal juga akan makin berkurang”.
Terkait teknologi operasi UMS ini, Nawasena lanjutkan inovasi dengan menerapkan sistem otomasi Integrated Automation System, hingga kendali kapal dapat otomatis terintegrasi melalui sistem komputer. Maka dengan adanya teknologi ini, tenaga manual tidak lagi diperlukan, hingga dapat menciptakan sistem kendali yang lebih sempurna dan efisien.
Nawasena juga berinovasi dalam penggunaan sumber energi kapal, tak hanya bertumpu pada generator, tetapi MV “Aquilla” juga dilengkapi Eco Smart Solar System. yang bertujuan untuk menghemat konsumsi bahan bakar, dengan memanfaatkan energi terbarukan, lewat 60 unit panel surya, yang berhasil menghemat konsumsi utama bahan bakar hingga 16%.
Komponen keselamatan sebagai unsur utama dalam pembuatan desain kapal ini juga tak luput dari perhatian. Dilengkapi ketersediaan baju pelampung (life jacket) di bawah masing-masing kursi, jadi upaya Nawasena menjamin keselamatan penumpang. Begitu juga dengan dua pintu darurat pada masing-masing sisi kiri dan kanan kapal, berguna sebagai alternatif saat pintu darurat utama tak dapat diakses. Untuk mempercepat proses evakuasi, tersedia safety hammper, palu keselamatan pada setiap sisi kapal .
Dengan inovasi tersebut, Tim Nawasena berhasil menduduki posisi kedua setelah Singapore Institute of Technology yang berkolaborasi dengan Newcastle University, tetapi unggul atas Shanghai Maritime University yang berkolaborasi dengan Universidad Veracruzana sebagai peraih posisi ketiga. Ketiga tim juara tersebut akan bertemu di Bangkok pada 20 – 22 Februari 2019 mendatang untuk menerima penghargaan sebagai juara, sekaligus mengikuti konferensi Worldwide Ferry Safety Design Competition 2019 untuk mempresentasikan hasil desainnya. (Ayu/Sub/Maritim.