Kemenperin Ajak Investor Jepang Buat Baterai Mobil Listrik

Dirjen ILMATE Kemenperin Harjanto dan Deputy Director General, Manufacturing Industries Bureau, Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Yoji Ueda saat acara 'Indonesia-Japan Automotive Seminar'.
Dirjen ILMATE Kemenperin Harjanto dan Deputy Director General, Manufacturing Industries Bureau, Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Yoji Ueda saat acara ‘Indonesia-Japan Automotive Seminar’.

JAKARTA – MARITIM : Kemenperin terus mengakselerasi mobil listrik di dalam negeri. Salah satunya mengajak investor Jepang buat baterai. Mengingat teknologi baterai bagian penting menaikan komponen lokal.

“Sebelumnya, saya sudah sampaikan ke investor Korea dan negara lain. Saat ini, kami berharap Jepang bisa masuk ke wilayah yang sedang kita butuhkan, untuk pengembangan kendaraan listrik,” kata Dirjen ILMATE Kemenperin, Harjanto, saat ‘Indonesia-Japan Automotive Seminar’, di Jakarta, Selasa (29/1).

Read More

Harjanto menilai, Jepang jadi salah satu negara potensial, karena teknologi kendaraan listriknya sudah berkembang. Sehingga dapat mendukung investasi bahan baku baterai yang sudah ada di Indonesia.

“Di Morowali sudah ada investor materialnya. Dalam 16 bulan ke depan mereka siap beroperasi. Maka itu, kami terus dorong pembangunan pabrik baterainya,” jelasnya.

Deputy Director General, Manufacturing Industries Bureau, Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), Yoji Ueda, menyampaikan Indonesia dan Jepang telah lama menjalin hubungan kerja sama komprehensif. Terutama dalam pengembangan sektor industri.

Pada acara itu, METI memperkenalkan kebijakan terbaru elektrifikasi industri otomotif, termasuk menjelaskan promosi penetrasi keragaman kendaraan listrik (xEV) di Jepang.

Dirjen ILMATE mengatakan, pemerintah serius mengembangkan kendaraan listrik, karena punya target utama mencapai ketahanan energi dan ramah lingkungan.

“Untuk menangani masalah energy security, kendaraan listrik merupakan salah satu alternatif yang kita pakai, sehingga mampu mengurangi impor BBM,” ujarnya.

Pemerintah menilai, kendaraan listrik dapat memangkas ketergantungan impor BBM, sehingga berpotensi menghemat devisa Rp798 triliun. Indonesia masih punya CPO atau sumber energi lain terbarukan yang bisa dimanfaatkan.

Selain itu, pengembangan kendaraan listrik sebagai salah satu komitmen pemerintah menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (CO2) sebesar 29 persen pada 2030. (M Raya Tuah)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *