SEMARANG – MARITIM : Sesuai dengan program yang bertujuan mengembangkan permukiman pesisir berbasis ekonomi perikanan di berbagai lokasi di Indonesia, saat ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) tengah menyelesaikan proyek Penataan Kawasan Permukiman Nelayan dan Tepi Air di 11 lokasi.
Sebelas kawasan tersebut terdiri dari kampung/kawasan :
Beting (Kota Pontianak Kalimantan Barat) -Sumber Jaya (Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu) – Kawasan Nelayan Indah (Kota Medan Sumatera Utara) – Kuin (Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan) – Karangsong (Kota Indramayu Jawa Barat) – Tegalsari (Kota Tegal Jawa Tengah) – Tambak Lorok (Kota Semarang Jawa Tengah) – Moro Demak (Kabupaten Demak Jawa Tengah) – Untia (Kota Makassar Sulawesi Selatan) – Oesapa (Kota Kupang Nusa Tenggara Timur) – Hamadi (Kota Jayapura Papua).
Terkait hal itu, Basuki Hadi Muljono Menteri PUPR mengatakan, program pengembangan kawasan permukiman nelayan dan kampung tepi air, tidak hanya sekedar memperbaiki fisik infrastrukturnya, tetapi juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya. Hal ini dimungkinkan karena perencanaan dilakukan bersama dengan Pemerintah Kota dan masyarakat. Jelas Menteri PUPR beberapa hari lalu: “Penataan di kampung nelayan akan dikembangkan lagi, dengan harapan agar juga menjadi kawasan wisata”.
Salah satu kawasan yang ditangani ialah Tambak Lorok, yang berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang yang sering kali mengalami banjir dan rob, akibat terjadinya intrusi air laut. Menurut Menteri PUPR, banjir juga disebabkan kondisi drainase yang tak memadai. Selain masalah banjir dan rob, para nelayan yang tinggal di kawasan tersebut juga kesulitan melaut maupun menambatkan perahunya, karena terjadinya pendangkalan alur muara Sungai Kanal Banjir Timur Lama.
Pembangunan berbagai infrastruktur yang dilakukan dalam proyek ini, bertujuan untuk mendukung kawasan Tambak Lorok sebagai “Kampung Wisata Bahari”. Untuk itu kualitas kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai hunian yang kumuh, lebih ditingkatkan antara lain dengan mengurangi risiko banjir dan rob di daerah tersebut, serta penyediaan fasilitas bagi para nelayan.
Perbaikan yang dilakukan Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Ditjen Sumber Daya Air melalui Pekerjaan Pengembangan Drainase Tambak Lorok melalui kontrak tahun jamak dari tahun 2015 hingga tahun 2017 dengan anggaran dari APBN sebesar Rp151 miliar.
Dalam konsep dasar, pengembangan drainase ini akan melindungi sekitar 2.000 kepala keluarga dari risiko banjir dan rob. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya berupa penggalian alur sungai sepanjang 800 meter, pemasangan pelindung tebing sungai dengan spun pile sepanjang 1,5 Km dan pembuatan dinding penahan rob (parapet) sepanjang 1,5 Km, serta pembangunan fasilitas docking untuk perahu nelayan. Selain pengembangan drainase, juga dilakukan Pekerjaan Pengembangan Kawasan Pemukiman Nelayan Tambak Lorok oleh Ditjen Cipta Karya.
Selain yang tersebut di atas, juga dilakukan pekerjaan proyek peningkatan jalan, ruang terbuka publik, gerbang kawasan dan street furniture, dilengkapi pula dengan jalur hijau sempadan sungai. Sedangkan intuk mendukung ekonomi masyarakat sekitar, Kementerian PUPR juga membangun Pasar Tambak Lorok, yang dilakukan sejak 2017 dan ditargetkan rampung pada tahun 2019, dengan anggaran sebesar Rp 37,6 miliar yang pada saat ini telah tercapai progres 85%. (Erick Arhadita)