JAKARTA – MARITIM :Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto, menantang anggota organisasi yang ia pimpin untuk membentuk aliansi pelayaran nasional, sejalan dengan tren global yang mengarah pada kolaborasi antar-shipping line. Menurut Perempuan karier yang akrab dengan sapaan Meme itu, aliansi akan membuat perusahaan pelayaran nasional go international dan mampu bersaing dengan pelayaran global lainnya, paling tidak di lingkup intra Asia dulu.
“Saya ingin men-challenge anggota INSA, para pemilik kapal nasional, untuk bersatu, membentuk kolaborasi”ujar Carmelita Hartoto.
Sesuai dengan perkembangan teknologi, sejak beberapa tahun terakhir telah dibangun kapal-kapal pengangkut petikemas ukuran besar. Saat ini kapal pengangkut petikemas berkapasitas paling besar adalah 21.413 TEUs milik OOCL Hong Kong–yang pada gilirannya mendorong shipping line melakukan konsolidasi.
Hingga 2018, menurut data ‘Alphaliner’, terdapat tiga aliansi utama shipping line yang hampir menguasai 80% pangsa pasar petikemas dunia. Yaitu Freighthub dan Flexport mencatat the Alliance, yang merupakan konsolidasi dari Ocean Network Express (ONE), Hapag-Lloyd, dan Yang Ming, merebut pangsa 4,4 juta TEUs per Mei 2018.
Selanjutnya, Ocean Alliance yang terdiri atas OOCL, Cosco Shipping, CMA CGM, dan Evergreen, menguasai kue 3,5 juta TEUs, dan 2M yang merupakan aliansi Maersk Line dan MSC dengan pangsa 2,1 juta TEU’s.
Untuk diketahui, perusahaan-perusahaan kelas global saat ini telah banyak mengoperasikan kapal-kapal kelas 21.000 TEU’s, dengan armada-armada “raksasa” yang sedang menunggu tambahan 76 kapal pesanan Maersk Line dengan kelas 21.000 TEU’s. Yang terbesar adalah OOCL Hongkong dengan kemampuan angkut petikemas sampai 21.413 TEU’s. Kapal ini dibangun di The Thamsung Heavy Industries, mulai dioperasikan Mei 2017. Rute pelayarannya ke Eropa Utara, dari Shanghai, Ningbo, Xiamen, dan Yantiam, dengan pelayaran pergi – pulang selama 77 hari;. Kemudian, Maersk Madrid milik Maersk Line Denmark, dengan kapasitas 20.568 TRU’s. Kapal ini memiliki panjang 399 meter dan lebar 58,6 meter; dan MOL Triumph dengan kapasitas 20.170 TEU’s.
Selain mengikuti tren global, aliansi shipping line domestik juga diperlukan untuk hadapi penerapan Peraturan Menteri Perdagangan No 82/2017 yang mengatur tentang kewajiban penggunaan kapal berbendera Indonesia untuk ekspor CPO dan batu bara serta impor beras dan barang pengadaan pemerintah mulai tahun 2020 mwendatang.
Terkait hal itu, menurut Meme, sebagai pelaku usaha pelayaran nasional, pihaknya mendukung dan membuat rencana serta road map bersama stakeholder lain karena ini dibutuhkan untuk menekan defisit neraca jasa selama ini”.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pelindo II (Persero)/Indonesia Corporate (IPC) Elvyn G. Masassya mengemukakan bahwa pentingnya aliansi pelayaran nasional untuk mengangkut kargo ekspor yang selama ini lebih banyak dikapalkan oleh armada asing. Jelasnya: “Kami berharap, memberikan saran, harusnya kapal Indonesia juga beraliansi dan menjadi kapal besar hingga produk kita dapat diekspor menggunakan kapal-kapal itu”.
Pelayaran nasional yang hebat, lanjut Elvyn, merupakan satu bagian dari trilogi maritim dalam pemikirannya. Dua lainnya adalah pelabuhan yang terstandar dan terintegrasi serta kawasan industri. Pungkasnya: “Kalau ini tidak dimiliki, Indonesia tidak akan menjadi poros maritim dunia”. (Erick Arhadita)