SURABAYA, MARITIM: Paling cepat mulai tahun 2020, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)/Pelni, siap membuka rute pelayaran internasional untuk mengangkut kargo ekspor BUMN ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Direktur Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni Harry Boediarto mengatakan bahwa produk BUMN makin meningkat, termasuk komoditas mineral yang diekspor ke negara-negara tetangga.
Terkait dengan hal tersebut, Harry Boediarto menjelaskan Ini merupakan peluang untuk shipping company dalam negeri, termasuk BUMN shipping.
Lebih jauh dikatakan, saat ini Pelni dalam program sinergi, telah mengangkut barang milik sejumlah BUMN untuk kebutuhan dalam negeri, seperti batu bara milik PT PLN, alumina milik PT Inalum (Persero), pelat baja (steel plate) milik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Ada pula produk teh, kopi, gula, dan minyak goreng milik Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), beras milik Perum Bulog, serta barang proyek, seperti gilder dan tiang pancang, milik PT Hutama Karya (Persero).
Adapun dalam hal eksportasi, Manajemen PT Pelni meyakini, komoditas maupun barang proyek yang dibutuhkan di negara-negara tetangga dapat diangkut oleh kapal-kapal Pelni sebagai bentuk sinergi BUMN pada tahap yang lebih maju. Ungkap Harry soal kesiapan armada Pelni: “Kami sudah siap, karena ketika membeli, kapal-kapal kami merupakan kapal yang sudah berlayar untuk melayani pelayaran ocean going“, katanya.
Sebagai informasi, Pelni saat ini mengoperasikan delapan kapal barang berbagai ukuran dan kapasitas yang sebagian di antaranya digunakan untuk melayani rute tol laut. Armada itu
mencakup KM ‘Caraka Jaya Niaga III/4’, KM ‘Caraka Jaya Niaga III/22’, KM ‘Caraka Jaya Niaga III/32’, KM ‘Logistik Nusantara I’, KM ‘Logistik Nusantara II’, KM ‘Logistik Nusantara III’, KM ‘Logistik Nusantara IV’, dan KM ‘Logistik Nusantara V’, yang menurut Harry, KM Logistik Nusantara saat ini cukup memadai untuk pengangkutan kargo internasional.
Dalam pada itu, Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT Pelni Yahya Kuncoro menambahkan Pelni tengah mengantisipasi permintaan pengangkutan muatan ke luar negeri. Antisipasi itu sedang disusun dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) Pelni 2020-2025. “Arahnya pasar Asia Tenggara”, ujarnya.
Beberapa waktu sebelumya, Pelni menyatakan akan mengurangi secara bertahap kontribusi kegiatan yang disubsidi pemerintah dan penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik (PSO) terhadap pendapatan perseroan, untuk kemudian dikompensasi oleh kegiatan komersial. Pada saat yang sama, Pelni akan memperbesar kontribusi pengangkutan barang terhadap total pendapatan tahun ini sejalan dengan transformasi bisnis perseroan dari angkutan penumpang ke angkutan barang.
Pelni sebagai BUMN transportasi laut menekuni bisnis angkutan barang saat awal berdiri. Seiring dengan kebijakan pemerintah, perusahaan diminta untuk fokus melayani angkutan penumpang antarpulau menghubungkan Nusantara melalui angkutan penumpang sebagai penugasan, PSO, yang dibiayai pemerintah.
Pada tahun 2018 lalu, PT Pelni (Persero) berhasil membukukan pendapatan Rp4,9 triliun yang 54% di antaranya disumbang dari kegiatan yang disubsidi pemerintah dan PSO, sedang sisanya berasal dari kegiatan komersial. Untuk tahun 2019, perusahaan menetapkan target omzet sebesar Rp5,6 triliun.***ERICK ARHADITA