MARITIM – SURABAYA: Akhir kerjasama antara PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)/Pelindo III dengan Dubai Port World (DP World), dalam mengoperasikan bersama Terminal Petikemas Surabaya (TPS) telah berakhi. Kedepan, guna pertahankan pasar yang sudah terbentuk, BUMN operator pelabuhan Pelindo III, akan lebih fokus membenahi fasilitas serta menambah pelbagai peralatan guna meningkatkan kinerja bongkar muat, hingga akan mampu menekan biaya logistik di terminal petikemas utama di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang dibangun dan mulai beroperasi sejak 20 tahun yang lalu itu.
Sesuai kontrak, kemitraan Pelindo III dengan DP World untuk mengelola TPS berakhir pada 28 April 2019 beberapa hari lalu. Keduanya sepakat tak memperpanjang kerja sama.
Untuk mengembalikan 49% saham TPS ke pangkuan Pelindo III, BUMN operator pelabuhan itu merogoh kocek Rp490 miliar. Dengan kepemilikan 100%, Pelindo III punya kesempatan mengelola TPS secara mandiri dan optimalkan pengelolaan aset negara.
DP World menjadi pemegang saham PT TPS, salah satu anak perusahaan Pelindo III, setelah mengakuisisi saham Holding Company P&O Port, induk P&O Dover, pada 1 Maret 2006, yang memiliki 49% saham TPS sejak 1999 setelah Pelindo III melakukan privatisasi saham di TPS. Pascaakuisisi, seluruh aset dan penyertaan milik P&O Dover berpindah ke DP World, termasuk saham di TPS, sehingga komposisi saham TPS adalah 51% milik Pelindo III dan 49% milik DP World.
Pelayanan Prima
Faruq Hidayat, Sekretaris Perusahaan Pelindo III mengatakan perseroan akan meremajakan peralatan guna meningkatkan produktivitas dan memberi layanan lebih prima. Menurutnya, secara bertahap dalam 3-4 tahun ke depan, empat unit container crane (CC), 24 unit rubber tyred gantry (RTG), dan 100 truk akan diremajakan dengan estimasi investasi Rp2 triliun.: “Rencana penggantian peralatan tu kini sedang kami lelang. Komitmen kami ke depan, pelayanan di TPS akan kami upayakan menjadi lebih baik untuk mempertahankan loyalitas pengguna jasa”, Jelasnya
Dijelaskan pula, sejumlah peralatan memang sudah tua, dengan rerata usia pakai 20-30 tahun. Crane akan di-upgrade dari tipe Panamax menjadi Post Panamax sehingga daya jangkaunya lebih luas dari 13 row menjadi 16 row. RTG pun akan diganti dari yang semula berbahan bakar diesel menjadi bertenaga listrik (e-RTG) agar lebih ramah lingkungan.
Soal fasilitas dermaga TPS, dalam waktu dekat ini Pelindo III belum berencana menambah kedalaman kolam yang saat ini berkedalaman -13 meter LWS, yang mampu disandari kapal dengan kapasitas muat petikemas sekitar 4.000-5.000 TEUs. Meskipun demikian, perseroan memiliki rencana menambah kedalaman menjadi -16 meter LWS dalam 5 tahun ke depan, sesuai dengan perkembangan operasional.
Sepanjang tahun 2018, arus petikemas internasional di TPS meningkat 7,7% (year on year) menjadi 1,4 juta TEUs dan petikemas domestik melesat 38,2% (y-o-y) menjadi 108.898 TEUs.
Sementara itu, throughput selama Januari–Maret 2019 tercatat 348.356 TEUs, meningkat 7,3% dari realisasi periode yang sama pada tahun lalu. Produksi bongkar muat itu terdiri atas petikemas domestik 26.398 TEUs dan petikemas internasional 321.958 TEUs. Beberapa kapal ocean going yang rutin sandar di TPS antara lainb terdiri dari armada milik Maersk Line, KMTC, OOCL, Cosco, Mariana Express Line, Yang Ming, One, Wan Hai, dan CMA CGM.
Pelindo III tidak khawatir terminasi kerja sama dengan DP World yang memiliki jaringan luas dengan pelayaran global akan membuat TPS kehilangan sebagian pelanggan.
“Sejauh ini tak ada masalah karena kami secara operasional tidak ada perubahan sama sekali. Mereka juga tidak ada keinginan keluar dari TPS, karena merasa cukup nyaman dengan pelayanan di TPS selama ini. Saya tak tahu secara spesifik mana yang awalnya merupakan bawaan P&O Dover dan DP World. Tetapi, mereka sebagai shipping line sudah beroperasi sejak lama di TPS. Ke depan mereka tidak ada rencana untuk keluar dari Surabaya karena sudah liner rutin” , kata Sekper Pelindo III lebih jauh.
Menjawab pertanyaan ide kerja sama Pelindo III dengan DP World di terminal lain, Faruq mengemukakan sejauh ini belum ada pembicaraan yang mengarah ke sana, karena kedua belah pihak masih fokus pada pengakhiran kerja sama di TPS.
Kinerja Tinggi
Terkait dengan rencana Pelindo III meremajakan peralatan di TPS untuk mempertahankan pasar setelah tidak lagi bermitra dengan Dubai Port (DP) World, Raja Oloan Saut Gurning pakar maritim Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menyatakan memberi apresiasi positif. “Saya kira usaha teknis yang baik untuk meningkatkan kinerja dan preferensi pengguna jasa bagi TPS dibandingkan dengan operator terminal lain yang secara eksis berhadapan dan bersaing dengan TPS”, ujarnya pada Senin (29/4/2019).
Selain itu, diferensiasi TPS, khususnya untuk trafik kapal dan petikemas luar negeri perlu diperkuat. Apalagi, setelah Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) mengalami pendalaman dan pelebaran, semestinya TPS lebih potensial melayani kapal-kapal pengangklut petikemas berdimensi besar dengan draf lebih besar. Di samping itu, pengguna jasa menuntut kinerja tinggi dibarengi efisiensi andal hingga dapat memberi nilai tambah. Untuk itu, pendalaman kolam dermaga TPS perlu dipertimbangkan sebagai antisipasi kebutuhan kapal-kapal besar.
Gurning juga mengusulkan agar Pelindo III mulai berencana menggarap ekspansi atau konsolidasi pengguna jasa internasional untuk memperkuat basis layanan dan pilihan pengguna jasa TPS.: “Caranya mungkin dengan membuka atau menciptakan jejaring pelabuhan dan pelayaran atau port and shipping networks di luar negeri, khususnya regional Asia dan Australia yang relatif dekat dengan TPS”. Ujarnya ***ERICK ARHADITA