JAKARTA — MARITIM :Sektor global memang mempengaruhi perekonomian negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Karenanya sebagai bank sentral, Bank Indonesia (BI) berupaya menggabungkan analisis yang pro dengan cyclical dalam sektor keuangan , dengan analisis mikro yang sistemik.
Demikian pengakuan Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan semester II-2018 yang bertema “Penguatan Intermediasi di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global” di Gedung BI, Jumat (3/5).Buku ini merupakan versi lengkap ulasan perekonomian nasional dan kebijakan yang ditempuh.
Perry menambahkan,tidak hanya dari mikro . Tapi juga makro, tidak hanya dari akumulasi tapi juga dilihat dari stabilitas keuangan hingga melihat risiko seperti properti hingga utang luar negeri.” Pada 2018 juga dilakukan penguatan intermediasi di tengah ketidakpastian ekonomi global,”jelas Perry seraya menambahkan,kita ingat 2018 bagaimana terjadinya ketidakpastian global, tak hanya dari sisi moneter tapi juga dari sisi stabilitas keuangan.
Lebih jauh tentang buku yang diluncurkan, Perry menjelaskan, buku ini juga mengulas secara tuntas terkait ekonomi Indonesia, perlambatan ekonomi global dan dampak kenaikan bunga Federal Reserve (Fed) dan langkah BI untuk menaikkan bunga sebanyak 175 basis poin. Juga pembahasan tentang latar belakang BI , melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan melakukan intervensi.
“Tantangannya, bagaimana langkah di sisi kebijakan moneter bisa menjaga stabilitas sistem keuangan baik secara mikro maupun makro. Ini tantangan yang harus dicermati dari sisi bank sentral, kejelian, kecermatan dan respon cepat untuk memitigasi risiko di stabilitas sistem keuangan,” imbuh dia.
Bicara tentang ketidakpastian ekonomi global, menurut Perry, stabilitas sistem keuangan (SSK) sepanjang 2018, hingga kini dapat terjaga berkat stimulasi kebijakan moneter, yang diarahkan guna menjaga stabilitas . Sementara kebijakan lainnya, diarahkan lebih akomodatif dalam mendorong permintaan domestik, termasuk kebijakan makroprudential.
“Bagaimana jamu pahit, berupa kenaikan suku bunga kebijakan di sisi moneter, tidak berdampak pada suku bunga kredit perbankan. Karena BI memberikan kamu manis di sisi kebijakan makroprudential,”ujarnya.
Lanjut Perry, Dalam edisi kali ini terdapat 3 aspek penyempurnaan dibandingkan dengan buku KSK edisi sebelumnya yaitu berupa penguatan analisis makro financial linkage berupa hubungan sektor keuangan domestik dengan kondisi makro global dan domestik, pengayaan dimensi analisis melalui penggabungan analisis time series (prosiklikalitas) dengan cross section (keterkaitan antar elemen dalam sektor keuangan) dan penekanan pada penyajian analitikal dibandingkan dengan pemaparan perkembangan sistem keuangan.
Operasi Moneter
Untuk melengkapi KSK, Bank Indonesia menerbitkan dua peraturan untuk memperkuat Operasi Moneter berdasarkan prinsip syariah yaitu Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) No. 21/8/PADG/2019 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 20/5/PADG/2018 tentang Instrumen Operasi Pasar Terbuka, dan PADG No.21/9/PADG/2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 20/9PBI/2018 tentang Standing Facilities.
Penerbitan PADG No. 21/8/PADG/2019 mengatur mengenai perluasan underlying asset penerbitan Sukuk Bank Indonesia (SukBI) yang mencakup pula sukuk global yang dimiliki oleh Bank Indonesia, selain Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Sementara PADG No.21/9/PADG/2019 mengatur penyempurnaan terhadap akad Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS).Kedua ketentuan tersebut mulai berlaku pada 2 Mei 2019.(Rabiatun)