Dorong Daya Saing, Sekolah Tekstil Perlu Tambah Kapasitas Prodi Kimia Tekstil

Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin Muhdori
Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin Muhdori

JAKARTA – MARITIM : Untuk mendorong daya saing, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional saat ini membutuhkan tenaga ahli, yang bukan hanya sekadar operator lagi. Yaitu sekolah tekstil untuk mempelajari jenis dan karakteristik benang dan serat serta filamen dengan pendekatan nano teknologi.

“Karena itu dibutukan improve di hulunya,” kata Direktur Industri Tekstil, Alas Kaki dan Kulit Kemenperin, Muhdori, kepada wartawan di Jakarta, Senin (16/9).

Saat ini, menurutnya, benang yang diproduksi oleh industri TPT di dalam negeri masih untuk kebutuhan mass production. Tapi untuk benang yang spesifik masih banyak kekurangan. Contohnya, benang untuk kepentingan bahan baku budaya dan adat.

Di sisi lain, dunia pendidikan juga harus menambah kapasitas program studi (prodi) kimia tekstil. Sehingga jika nanti disatukan dengan para ahli akan menghasilkan benang bermutu dan karakternya persis seperti yang diinginkan  produsen barang jadi.

“Bukan lagi mutu benang seperti yang ada saat ini,” ujarnya.

Dijelaskan, saat ini mutu benang yang tersedia di dalam negeri sama sekali tidak dapat digunakan produsen tekstil yang memproduksi produk-produk yang spesifik, misalnya untuk pakaian adat atau untuk produk ekspor.

“Benang yang tersedia hanya bisa digunakan untuk yang mass production (produksi massal). Tapi kalau untuk produk yang spesial sama sekali tidak bisa dipakai. Apalagi untuk produk ekspor,” ungkap Muhdori.

Karena itu, lanjut Muhdori, untuk memproduksi produk-produk spesial dibutuhkan bahan baku benang yang berkaraktek dan mutunya sesuai dengan yang dibutuhkan produsen sesuai selera konsumen.

Pasalnya, produsen tidak bisa dipaksakan menggunakan benang yang ada, sebab produk yang dihasilkan nanti tidak sesuai mutu yang diinginkan konsumen di dalam dan di luar negeri.

Muhdori menambahkan, untuk mendapatkan tenaga ahli pihaknya sepakat dengan usulan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Yaknk mendirikan sekolah-sekolah tekstil yang akan menelorkan tenaga ahli dan bukan lagi operator.

“Kita memang kekurangan tenaga ahli di tekstil. Terutama yang menguasai kimia tekstil, ahli bidang diyeng, finishing dan printing serta pencelupan yang bagus,” ujarnya.

Jika tenaga ahli ini telah kita kuasai maka industri tekstil nasional pasti semakin kuat dan impor bahan baku pun dapat ditekan dan dihentikan. Karena bahan baku yang bermutu sudah tersedia di dalam negeri. (Muhammad Raya)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *