JAKARTA – MARITIM :Serasa suasana di restoran internasional ketika beberapa “waiter” menyambut kedatangan tamu dari Jakarta. Dengan membawa catatan kecil, dalam bahasa Inggris yang fasih mereka menanyakan makanan dan minumanyang akan dipesan sesuai daftar menu yang tertera di meja makan.
Dalam hitungan menit, pesanan makanan dan minuman yang disiapkanoleh “cook”, telah dihidangkan oleh beberapa “waiter”.Mereka tetap siaga manakala ada tambahan pesanan makanan dan minuman, sampai tamunya meninggalkan tempat.
Itulah sekilas gambaran suasana di salah satu ruang praktek siswa di Balai Latihan Kerja (BLK) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Praktek kerja siswa layaknya di restoran internasional itu dilakukan menjelang pelaksanaan Uji Kompetensi untuk mendapatkan sertifikat kompetensi waiter. Demikian juga untuk jurusan lainnya, seperti cook, front office, house keeping, pastry dan tour leader.
BLK Pariwisata terbesar di Indonesia yang beroperasi sejak tahun 2015 itu khusus memberikan pelatihan untuk mencetak calon tenaga kerja yang profesional di perhotelan dan kapal pesiar.Dari 26 program pelatihan bidang perhotelanyang diselenggarakan sejak 2016, untuk tahun 2019 hanya menyelenggarakan 6 program yang saat ini dibutuhkan. Yakni waiter, cook, front office, house keeping, pastry dan tour leader dengan total siswa sebanyak 1.640 orang.
Peserta terbanyak untuk jurusan house keeping (600 orang), kemudian waiter (320 orang), cook dan pastry (masing-masing 260 orang),serta front office dan tour leader masing-masing 100 orang.Sedang untuk kapal pesiar dari 7 program yang telah dilaksanakan sejak 2015, tahun ini hanya menyelenggarakan 2 program dengan siswa 40 orang, yakni cleaner dan galley utility(masing-masing 20 orang).
“Jadi total siswa BLK dilatih di sini sepanjang tahun 2019 sebanyak 1.680 orang,” kata Kepala BLK Lombok Timur, Sabar Spd. di ruang kerjanya.
Peserta untuk program perhotelan rata-rata lulusan SMA/SMK. Semuanya harus tinggal diasrama (boarding). Biaya pelatihan selama 240 jam pelajaran (JP) – 280 JP atau selama 35 – 49 hari, ditanggung pemerintah (Kementerian Ketenagakerjaan) alias gratis, termasuk akomodasinya.
Karena itulah peminat yang mendaftar membludak. Pendaftar bukan hanya dari Lombok, tapi juga datang dari berbagai daerah. “Melalui seleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan, peserta pelatihan sampai akhir tahun ini sebanyak 1.680 orang,” sambung Sabar yang didampingi Kasi Program dan Evaluasi BLKAkhirudin dan Kasi Penyelenggaraan dan Pemberdayaan BLK Khairul Ziyad.
Di antara siswa perhotelan itu, ada yang jebolan SMK jurusan otomotif dan teknik. Yogi Asabul Fikri, misalnya, mengambil jurusan waiter, padahal ia lulusan SMK jurusan otomotif.
“Saya lebih tertarik menjadi waiter daripada kerja di industri otomotif atau bengkel,” ujar Yogi ketika sebagai “waiter” menyambut tamu di ruang praktek restoran.
Begitu pula Mahatir, lulusan SMK jurusan teknik di Praya, Lombok Tengah, memilih ingin menjadi juru masak (cook) di hotel daripada menjadi sarjana teknik mesin di kemudian hari. Alasannya, dia sudah sering memasak saat ikut kelompok wisata.
Kapal pesiar
Untuk kapal pesiar, lanjut Sabar, tahun ini hanya diselenggarakan dua program pelatihan, yakni cleaner dan galley utility yang masing-masing diikuti 20 orang. Tugas keduanya hampir sama, yakni membersihkan peralatan dapur dan menyiapkan peralatan makan/minum di restoran kapal pesiar.
Diakui, tahun 2018 tidak ada pelatihan, tapi di tahun 2017 diselenggarakan 7 program pelatihan (full) yang diikuti 615 orang dan tahun 2015 diselenggarakan 5 program yang diikuti 603 orang.
“Semua lulusan dari sub kejuruan kapal pesiar ini terserap di kapal pesiar,” ujarnya.
Tahun ini, pihaknya sudah bekerjasama dengan dua agen kapal pesiar (PT Quantum dan PT Johs Larsen) guna menyalurkan lulusan BLK ke kapal pesiar. Tahun depan akan ada penjajakan agen kapal pesiar yang lain, sehingga akan lebih banyak lagi pemuda yang dapat bekerja di kapal pesiar.
Bekerja di kapal pesiar memang menjanjikan karena gajinya cukup besar, minimal US$ 800/bulan. Namun untuk menjadi awak kapal pesiar yang mengelilingi dunia dengan ribuan wisatawan dari berbagai negara, harus mahir berbahasa Inggris yang komunikatif. Syarat lainnya sebelum naik kapal, mereka harus memiliki sertifikat BST (Basic Safety Training) dan pengalaman kerja di hotel berbintang minimal 6 bulan.
“Jadi, lulusan perhotelan dari BLK ini tidak bisa langsung kerja di kapal pesiar. Harus penuhi syarat pokok (BST) dan kerja dulu di hotel internasional minimal 6 bulan, sehingga nantinya dapat bekerja secara profesional di kapal pesiar,” tambah Sabar.
Menurut Kepala BLK Lotim, peluang kerja di hotel akan lebih besar seiring dengan besarnya semangat “Lombok Bangkit” pasca gempa berkekuatan 7 SRyang mengguncang Pulau Lombok pada 2018 dan mengakibatkan banyak bangunan rusak di Lombok Utara, Lombok Timur dan sekitarnya. Sebagian bangunan BLK Pariwisata Lotim juga retak-retak, tapi sekarang sudah kokoh kembali setelah direnovasi dengan biaya Rp 4 miliar.
Selain itu, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah, kini tengah dibangun Sirkuit Mandalika untuk arena balap MotoGP F1 yang akan diresmikan penggunaannya tahun 2021.
Dengan adanya sirkuit MotoGP bertaraf internasional ini, lanjut Sabar, diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di Lombok. Misalnya, pembangunan hotel-hotel berbintang, restoran dan munculnya berbagai kuliner dan kerajinan tangan. Yang jelas, sirkuit nantinya akan dibanjiri ratusan ribu, bahkan jutaan penonton, sehingga diperlukan investasi untuk pembangunan hotel dan restoran baru.
“Di sini BLK Lombok Timur akanikut berperan dengan menyiapkan tenaga profesional di bidang perhotelan dan restoran,” tegasnya. (Purwanto).