JAKARTA – MARITIM : Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Toni E.B. Subari mengaku, tantangan terbesar perbankan syariah ada pada literasi dan edukasi. Namun sejauh itu, perbankan syariah yang usianya baru sekitar 22 tahun hingga 28 tahun ini, asetnya sudah masuk dalam 30 besar perbankan nasional.
Ini menunjukan bahwa perbankan syariah, menurut Toni EB Subari yang juga Direktur Utama Bank Mandiri Syariah, perbankan syariah di Indonesia saat ini terus berkembang dan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini tercermin dari persentase pertumbuhan perbankan syariah, baik dari aset, pembiayaan, maupun DPK, lebih tinggi dari perbankan konvensional maupun perbankan nasional.
Artinya lanjut Toni, keuangan dan perbankan syariah terbukti dapat bertahan di tengah situasi pandemi Covid19. Ini membuktikan bahwa perbankan syariah bisa menjadi penopang ekonomi nasional bersama dengan perbankan konvensional.
“Satu kunci yang saat ini menjadi semakin penting yaitu digitalisasi perbankan syariah,” kata Toni EB Subari dalam Media Workshop Literasi dan Inklusi Perbankan Syariah dengan tema “Ekonomi & Perbankan Syariah Energi Baru Untuk Pemulihan Ekonomi Nasional,” Jumat (25/9)
secara virtual dengan jurnalis nasional dan daerah.
Ditambahkan, kondisi pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk berinovasi sekaligus mengoptimalkan teknologi digital.Apalagi saat ini, platform perbankan digital menjadi channel utama, untuk nasabah bertransaksi sehari-hari.
“Selain digitalisasi, kunci dari perkembangan Perbankan Syariah adalah bagaimana masing-masing perbankan syariah bisa berfokus pada strategi yang customer-centric dan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan nasabah dan tentu berijtihad dengan tetap mengikuti Maqashid Syariah,” kata Toni seraya menambahkan, Mandiri Syariah telah membuktikan bahwa digitalisasi dan fokus customer-centric bisa menopang kinerja, terlebih pada saat pandemi Covid19 yang tengah berlangsung.
Bicara tentang literasi dan inklusi perbankan syariah , Toni menjelaskan, saat ini perbankan syariah masih memiliki potensi yang lebih besar di Indonesia. Indeks literasi bank syariah sebesar 8,11 persen, sedangkan indeks inklusi sebesar 11,06 persen. Sementara itu, indeks literasi bank nasional sebesar 29,66 persen, sedangkan indeks inklusi 67,82 persen. Di sisi lain, market share perbankan syariah terus menunjukkan peningkatan, yakni dari sebesar 5,78 persen pada 2017 menjadi 6,18 persen pada Juni 2020.
Itu sebabnya, peningkatan literasi perbankan syariah menjadi tantangan bagi Mandiri Syariah di masa pandemi ini. Peningkatan literasi ini diharapkan akan berbanding lurus dengan inklusi perbankan syariah kedepannya. Mengingat, usia perbankan syariah, masih relatif muda, dan memiliki potensi yang sangat besarm Mengingat, Indonesia memiliki penduduk muslim yang sangat besar. Intinya adalah penguatan SDM, penguatan kemampuan untuk menarik investasi atau modal di market, penguatan teknologi sebagi core banking dan tentu saja literasi yang lebih mendalam ke pasar.
Sejalan dengan penjelasan Toni, Direktur IT, Operations & Digital Banking Mandiri Syariah Achmad Syafii menyampaikan bahwa Mandiri Syariah terus menjalankan proses digitalisasi produk dengan fokus kepada customer (customer centric) untuk memenuhi kebutuhan nasabah terlebih di tengah situasi pandemi covid19.
“Kami gencar melakukan transformasi layanan digital dan mengimplementasikan dalam aplikasi Mandiri Syariah Mobile, Net Banking maupun layanan digital branch. Fokus Mandiri Syariah adalah memberikan solusi dan kemudahan bagi nasabah. Layanan seperti buka rekening online, tarik tunai tanpa kartu ATM, layanan interaktif virtual Aisyah yang dapat diakses 24/7 adalah layanan digital yang baru dimiliki Mandiri Syariah hingga saat ini,” pungkas Achmad Syafii.(Rabiatun)