Rapimnas HIMKI 2022, Kemenperin dan Kemendag Komitmen Buka Pasar Baru Bagi Produk Mebel dan Kerajinan

JAKARTA-MARITIM : Dalam rangka mengembangkan dan memperkuat industri mebel dan kerajinan nasional, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyelenggarakan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dengan Tema “Pemanfaatan dan Optimalisasi Emerging Market” yang bertujuan untuk melakukan Evaluasi Kinerja Industri Mebel dan Kerajinan Nasional Tahun 2022 dan merumuskan Program Kerja HIMKI Tahun 2023.

Rapimnas dilaksanakan pada 8-9 Desember 2022, di Teras Gloya, Dago, Bandung, Jawa Barat. Peserta terdiri Pengurus HIMKI; Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pembina, dan Dewan Pakar. Hadir juga para stakeholder industri mebel dan kerajinan dari Kementerian/Lembaga, BUMN, Lembaga/Asosiasi/ Perusahaan mitra HIMKI.

Ketua Presidium HIMKI, Abdul Sobur, mengucapkan terima kasih pada acara Rapimnas ini, baik Kementerian Perindustrian yang diwakili Direktur IHHP Merrrijantij Punguan Pintaria maupun Kementerian Perdagangan yang diwakili Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor, yang berkomitmen untuk membuka pasar-pasar baru di antaranya di India dan Timur Tengah yang memiliki potensi sangat besar untuk produk mebel dan kerajinan nasional.

Komitmen ini tentu sangat penting mengingat masih belum pulihnya dampak pandemi Covid 19 dan invasi Rusia ke Ukraina membuat hampir semua sektor industri mengalami pelemahan pertumbuhan. Pertumbuhan global diperkirakan melambat dari 6 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022 dan sebesar 2,7 persen pada 2023.

“Inflasi global diperkirakan akan meningkat dari 4,7 persen pada 2021 menjadi 8,8 persen pada 2022 tetapi menurun menjadi 6,5 persen pada 2023 dan menjadi 4,1 persen pada 2024,” ungkap Sobur.

Menurutnya, di saat luka akibat pandemi atau scarring effect belum sepenuhnya pulih, saat ini risiko ekonomi bergeser ke gejolak ekonomi global yang disebabkan oleh peningkatan inflasi global akibat supply disruption karena pandemi dan perang Rusia-Ukraina yang berpengaruh negatif terhadap pemintaan produk furniture dan kerajinan terutama di pasar tradisional antara lain Amerika Serikat, Eropa, dan di sebagian negara maju lainnya.

Melemahnya kondisi ekonomi, inflasi tinggi dan angka pengangguran yang meningkat di waktu yang bersamaan dalam periode tertentu, yang menandakan stagflasi ekonomi sedang terjadi. Di saat yang bersamaan orientasi belanja kebutuhan masyarakat dunia juga berubah lebih ke arah kebutuhan esensial atau kebutuhan primer mereka dengan mengurangi belanja terhadap produk sekunder dan tersier seperti kebutuhan peralatan rumah tangga termasuk mebel dan kerajinan.

“Situasi ini menyebabkan market shock di industri mebel dan kerajinan yang ujung-ujungnya terjadi penundaan bahkan pembatalan order oleh buyer terutama dari Amerika dan Eropa,” ujarnya.

Industri mebel dan kerajinan, lanjut Sobur, merupakan industri yang paling terdampak akibat dua hal di atas. Ekspor mebel dan kerajinan nasional tahun 2022 diperkirakan mengalami penurunan sebesar -3,7% dari tahun 2021 menjadi sekitar US$3,38 miliar. Ekspor tahun 2021 sebesar US$3,47 miliar atau naik 27,23% dari tahun sebelumnya. Ekspor tahun 2021 merupakan pertumbuhan tertinggi selama 10 tahun terakhir.

Seperti diketahui bersama, di saat terjadi situasi pandemi Covid 19, justru sektor industri mebel dan kerajinan nasional masih menunjukan pertumbuhan yang cukup baik. Bahkan secara total tahun 2021 ekspor mengalami lonjakan yang signifikan (27,23%) terutama dari AS.

Pertumbuhan itu berasal dari naiknya permintaan dari Amerika Serikat, yang merupakan pengaruh positif dari kebijakan stimulus fiskal dari Pemerintah AS, yang mendorong meningkatnya pendapatan rumah tangga dan mendukung pengeluaran yang berkelanjutan untuk semua barang, termasuk barang impor.

Selain itu adanya kekurangan pasokan mebel dari Tiongkok dampak Trade War memaksa AS melakukan shifting order ke negara diluar Tiongkok antara lain Vietnam, Meksiko, Kanada, Malaysia, Taiwan dan Indonesia.

Empat langkah recovery

Pada Rapimnas di Bandung ini secara khusus juga membahas mengenai semakin menurunnya permintaan pasar tradisional. Dalam pertemuan tersebut disusun strategi dalam memitigasi dan mengantisipasi jika situasi semakin memburuk dengan mengambil tema “Pemanfaatan dan Optimalisasi Emerging Market”.

Empat langkah strategis yang dilakukan HIMKI dalam rangka recovery, adalah pertama, memaksimalisasi pameran IFEX pada Maret 2023. Kedua, penetrasi pasar ke negara-negara emerging market dan penambahan saluran pemasaran. Ketiga, menggarap pasar domestik secara intensif. Keempat, melakukan pendekatan ke kementerian-kementerian dan lembaga pemerintah dalam rangka pemulihan dan mengurangi hambatan-hambatan.

Sementara Sekjen HIMKI, Heru Prasetyo, menambahkan selain melaksanakan amanat Anggaran Rumah Tangga (ART) HIMKI, Rapimnas juga  bertujuan untuk membahas situasi dampak perekonomian global yang berdampak langsung terhadap kelancaran produksi industri mebel dan kerajinan nasional dan sekaligus membahas langkah dalam mitigasi dan antisipasi apabila situasi perekonomian semakin memburuk, termasuk mencari alternatif pasar baru (emerging market) yang dinilai relatif masih stabil.

Heru menilai, ada target yang diharapkan dengan adanya Rapimnas ini adalah adanya perbaikan skala prioritas dalam menyusun rencana Program Kerja 2023 dan terciptanya kerja sama HIMKI bersama Mitra yang konkret dan lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh anggota HIMKI.

Ada enam pembahasan pada Rapimnas HIMKI 2022 di Bandung ini. Pertama, kondisi terkini industri dan perdagangan mebel dan kerajinan nasional. Kedua, membahas informasi riil lapangan dari para pimpinan HIMKI. Ketiga, evaluasi implementasi Program Kerja hasil Rakernas 2022 di Solo, dan Penyusunan Rencana Kerja 2023 (Implementation planning) yang lebih riil, mudah dilaksanakan (implemented), efektif dan kontekstual dengan kebutuhan di lapangan. Keempat, pematangan dan penyempurnaan konsep Pameran IFEX (Indonesia International Furniture Expo) di masa depan. Kelima, penyusunan rencana pameran baru (di luar pameran IFEX) dengan nama, tema dan sasaran (segmentasi) pasar yang berbeda. Keenam, penguatan dan optimalisasi implementasi kerja sama dengan mitra-mitra HIMKI. (Muhammad Raya)

Related posts