JAKARTA-MARITIM : Yogyakarta, selain dikenal sebagai Kota Gudeg, juga dikenal sebagai salah satu destinasi wisata favorit wisatawan domestik dan mancanegara. Hal ini disebabkan karena Yogyakarta kaya akan wisata sejarah, alam, dan budaya yang menjadi keunggulan dan penopang bagi sektor pariwisata Yogyakarta. Pariwisata adalah sektor utama perekonomian Yogyakarta yang memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang signifikan terhadap aktivitas perekonomian.
Selain itu, Yogyakarta adalah kota industri kerajinan dan furnitur berorientasi ekspor, industri padat karya, serta sebagai pondasi memperkuat struktur ekonomi Yogyakarta. Daya saing industri Yogyakarta dinilai mampu bersaing hingga ke kancah internasional. Sumber Daya Manusia yang melimpah serta terdidik, banyaknya sarana pendidikan khususnya perguruan tinggi, serta berbagai komunitas kreatif yang ada dinilai menjadi pendorong industri kreatif terus berkembang di Yogyakarta.
Namun, tentunya hal tersebut harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi dan kapasitas SDM, serta fasilitasi untuk pengembangan kualitas produk, khususnya di bidang desain dan teknologi, agar tetap mampu terus bersaing dengan produk luar negeri.
Rian Hermawan, Ketua DPD HIMKI Sleman Raya, mengatakan oleh karena itu, diharapkan dipilihnya Yogyakarta menjadi tempat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) tahun 2023 dapat memberikan motivasi, semangat, dan inspirasi pada saat diskusi dan koordinasi penyusunan Program Kerja HIMKI 2023.
“Rakernas merupakan forum refleksi dan evaluasi implementasi kebijakan dan program-program organisasi. Rakernas dilaksanakan sebagai salah satu amanat AD Pasal 12 huruf C mengenai Rapat Kerja Nasional dan ART Pasal 18 mengenai Rapat Kerja Nasional,” katanya, di Yogyakarta, Rabu (15/2).
Rakernas HIMKI 2023 akan diadakan pada Rabu dan Kamis, 22-23 Februari 2023 di Hotel Santika Premiere, Yogyakarta. Tema yang diusung adalah “Penguasaan Desain dan Teknologi Produksi sebagai Akselerasi Mencapai Target Ekspor Mebel dan Kerajinan US$5 Miliar di Akhir 2024”. Peserta Rakernas HIMKI 2023 adalah seluruh DPP, Dewan Pembina, Dewan Pakar, dan DPD serta Badan Eksekutif Pusat.
Sedangkan Ruslam Aji, Ketua DPD HIMKI DIY, menambahkan setelah diadakannya Rakernas HIMKI 2023 ini, diharapkan akan mendapatkan rekomendasi kebijakan strategis, implementatif, operasional dan terukur dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang untuk mendukung pengembagan sektor industri mebel dan kerajinan nasional melalui penguasaan desain dan teknologi produksi. Sehingga industri kerajinan dan furnitur dapat lebih memiliki nilai tambah dan daya saing di pasar internasional.
“Di Rakernas ini, kita melakukan sinergi, bersatu padu dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencapai pertumbuhan optimal industri mebel dan kerajinan nasional. Sehingga industri ini menjadi industri andalan dan industri ini bisa naik kelas,” ungkap Ruslam.
Sementara Heru Prasetyo, Sekjen DPP HIMKI, menilai pada Rakernas ini juga akan dibahas mengenai terus tumbuhnya permintaan pasar domestik untuk produk mebel dan kerajinan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk middle income class yang jumlahnya lebih dari 50 juta penduduk atau setara dengan total jumlah penduduk di beberapa negara di Eropa, Asia dan Afrika.
Artinya akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat pada middle income class. Masyarakat middle income class kedepan akan menjadi kunci pertumbuhan permintaan produk mebel dan kerajinan (homedecor) di pasar domestik.
Melalui Rakernas ini, sambungnya, kami tetap optimistis bahwa industri ini akan terus mengalami pertumbuhan meskipun kondisi saat ini kurang menguntungkan. Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki bisa dikelola dengan baik, kita bisa menjadi leader untuk industri mebel dan kerajinan di Kawasan Regional ASEAN.
“Dengan ketersediaan bahan baku hasil hutan yang melimpah, sumber daya manusia yang terampil dalam jumlah besar, industri ini bisa menjadi industri yang tangguh dan dapat diandalkan,” tutup Heru. (Muhammad Raya)