JAKARTA-MARITIM : Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung penuh hubungan diplomatik Indonesia dengan berbagai negara mitra, guna mendorong program-program dan kebijakan strategis Pemerintah Indonesia, khususnya di sektor industri.
Salah satu hubungan diplomatik antar negara yang telah dijalin Indonesia secara histroris dan strategis, adalah dengan Kerajaan Arab Saudi. Keduanya resmi bekerjasama pada 1950, dan terus berkembang ke berbagai sektor, mulai dari keagamaan, perdagangan, investasi, pendidikan, dan kerja sama industri.
Pada Rabu (16/4) dan Kamis (17/4), Kemenperin menerima kunjungan delegasi Kerajaan Arab Saudi dipimpin Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Bandar Al-Khorayef, di Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI). Dalam kunjungan tersebut, Kemenperin dan delegasi Arab Saudi tidak hanya berdiskusi terkait potensi peningkatan kerja sama, tapi juga meninjau showcase center, fasilitas dan infrastruktur teknologi industri 4.0 di Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI 4.0).
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan pemerintah Indonesia menyambut baik peningkatan minat investor Arab Saudi terhadap berbagai sektor strategis di Indonesia, termasuk sektor industri manufaktur, energi terbarukan, logistik, serta industri halal yang kini tengah didorong secara serius sebagai bagian dari ekosistem industri nasional.
“Kemenperin membuka ruang seluas-luasnya bagi mitra Arab Saudi untuk terlibat dalam pembangunan kawasan industri, pengembangan teknologi industri, kemitraan dengan pelaku industri lokal, hingga pelatihan dan penguatan kapasitas SDM industri,” katanya.
Selama kunjungan delegasi Arab Saudi ke PIDI 4.0, Kepala BPSDMI Masrokhan juga menyambut baik potensi kerja sama di bidang penguatan kapasitas SDM industri yang dapat berupa pertukaran pelatihan, pengembangan kompetensi tenaga kerja industri melalui reskilling dan upskilling, fasilitasi pengembangan teknologi AI melalui kolaborasi riset, fasilitasi penerapan teknologi melalui pendampingan dan showcasing teknologi, serta supply tenaga kerja lulusan pendidikan vokasi melalui kelas industri internasional.
“Kami siap mendukung pengiriman skilled worker melalui kelas industri internasional, seperti lulusan chemical engineering dari Politeknik Industri Petrokimia Banten, automotive dari Politeknik STMI Jakarta, electrical engineering dari Politeknik ATI Makassar, mining industry dari Politeknik Industri Logam Morowali, dan petrochemical industry dari Politeknik Industri Petrokimia Banten untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Arab Saudi,” katanya.
Masrokhan juga membuka peluang kerja sama lain di bidang alih teknologi industri, yaitu transfer teknologi dan pengembangan kapasitas teknologi AI yang dapat dilaksanakan di PIDI 4.0.
PIDI 4.0 sebagai unit kerja di bawah BPSDMI Kemenperin yang menjadi solusi satu atap untuk mengadopsi industri 4.0 dengan menawarkan 5 layanan utama guna membantu industri bertransformasi menuju industri 4.0, mulai dari showcase hingga engineering dan pengembangan Artificial Intelligence. Hingga saat ini, PIDI 4.0 telah bermitra dengan 63 perusahaan industri yang bergerak di bidang industri 4.0.
Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Bandar Al-Khorayef mengaku senang memiliki kesempatan untuk meninjau dan melihat langsung potensi kerja sama yang ditawarkan Kemenperin.
“Kami sangat tertarik untuk mendukung satu sama lain di bidang industri dan pertambangan. Pada sektor manufaktur, ada peluang-peluang yang bisa dikerjasamakan dengan perusahaan Indonesia,” ujarnya.
Selain PIDI 4.0, Masrokhan juga mengenalkan delegasi Arab Saudi pada 29 satuan kerja yang terdiri dari 13 pendidikan tinggi vokasi, 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan 7 Balai Diklat Industri (BDI). Di mana melalui 29 satuan kerja tersebut, telah dihasilkan kurang lebih 36.600 orang lulusan setiap tahunnya dari pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi berbasis kompetensi.
Harapannya kunjungan ini dapat semakin meningkatkan dan memperkuat hubungan yang sudah terjalin baik antara Indonesia dan Arab Saudi serta membuka pintu perluasan kerja sama ke depan. (Muhammad Raya)