Bunga Bank Masih Tinggi , Hambat Pertumbuhan Penjualan KPR

Direktur Eksekutif Kebijakan Makroprudensial, Bank Indonesia, Yuda Agung
Direktur Eksekutif Kebijakan Makroprudensial, Bank Indonesia, Yuda Agung

JAKARTA – MARITIM : Tingginya bunga bank kredit properti (KPR), menjadi salah satu faktor turunnya penjualan rumah. Mengantisipasi ini, Bank Indonesia (BI) melakukan relaksasi aturan pembayaran awal atau loan to value (LTV), dengan menaikan 5-10 persen untuk kredit KPR.

“Dengan menaikan LTV properti, makankredit yang diberikan lebih tinggi dan uang muka menjadi lebih rendah,” jelas Direktur Eksekutif Kebijakan Makroprudensial Juda Agung, dalam bincang-bincang dengan wartawan , di Bank Indonesia (BI) Jumat (20/9).

Dijelaskan, apa yang ditempuh BI sekarang selain survei BI periode Agustus yang menyebutkan, penjualan rumah turun karena tingginya bunga KPR. Juga mengikuti bank sentral yang sudah menurunkan suku bung acuan selama 3 bulan berturut-turut. Harapannya, bisa mendorong penurunan suku bunga kredit bank.” Semoga dengan turunnya BI 7days reverse repo rate turun sudah 3 kali ini, bisa menurunkan bunga kredit di semua sektor,” kata Juda.

Memang akunya, penurunan BI 7days reverse repo rate tidak serta merta bank menurunkan suku bunga yang berlaku. Tapi ada jeda waktu, untuk penyesuaian. Setelah itu , baru penyesuaian ke penurunan bunga kredit. Juda berharap, penurunan bunga kredit bisa mendorong permintaan kredit. Meskipun ada jeda waktunya, sekarang secara agregat sudah terjadi ada penurunan bunga deposito dan bunga kredit. Dalam hal ini, untuk penyesuaian penuh mengikuti bunga acuan, bank juga perlu waktu untuk mengikuti delta penurunan bunga kebijakan.

Dijelaskan, dalam survei properti residensial BI periode Agustus 2019, pada kuartal III 2019 peningkatan harga rumah akan terjadi pada kuartal III 2019 yakni 0,76 persen. Data BI menyebut , volume penjualan properti residensial kuartal II 2019 tercatat mengalami kontraksi minus 15,9 persen, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya 23,77 persen.

Menurut Juda, hasil survei penurunan penjualan properti residensial disebabkan oleh penurunan penjualan pada rumah tipe kecil dan rumah tipe besar. Responden survei, beberapa faktor yang menyebabkan penurunan penjualan karena melemahnya daya beli, suku bunga KPR yang cukup tinggi dan tingginya harga jual rumah.(Rabiatun)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *