Empat Tantangan Angkatan Kerja Hadapi Bonus Demografi

Dirjen Binalattas Bambang Satrio Lelono menerima plakat dari Gubernur Lemhanas Agus Wijoyo seusai memberikan paparan dalam seminar di Jakarta.
Dirjen Binalattas Bambang Satrio Lelono menerima plakat dari Gubernur Lemhanas Agus Wijoyo seusai memberikan paparan dalam seminar di Jakarta.

JAKARTA – MARITIM  :  Menghadapi  bonus demografi tahun 2020 nanti, Indonesia memiliki empat tantangan ketenagakerjaan untuk mewujudkan SDM yang unggul, kompeten dan berdaya saing.

Empat tantangan ketenagakerjaan itu dilontarkan oleh Dirjen Binalattas (Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas) Kemnaker Bambang Satrio Lelono dalam seminar nasional 2019 bertema “Pengembangan SDM Unggul untuk Memanfaatkan Peluang Bonus Demografi Menuju Indonesia Maju pada RPJMN 2020-2024 di Lemhanas Jakarta, Jum’at (20/9/2019).

Dalam paparannya Bambang Satrio menjelaskan ke-4 tantangan tersebut. Pertama, profil angkatan kerja masih minim ketrampilan di tengah dunia kerja yang terus berubah. Hal ini disebabkan 60 persen tenaga kerja nasional adalah lulusan/tamatan SD-SMP.

“Dengan kompetensi tenaga kerja yang hanya lulusan SD-SMP, maka konsekuensi tenaga kerja lebih banyak terserap di industri padat karya,” ujarnya.

Menurut Dirjen, bonus demografi akan menjadi berkah jika angkatan kerja produktif yang mendominasi jumlah penduduk bisa terserap di pasar kerja secara baik. Sebaliknya, bonus demografi menjadi bencana jika angkatan kerja tidak terserap pasar kerja dengan baik.

Tantangan kedua, kata Bambang, bonus demografi harus direspon sebagai keberkahan yang berdampak positif bagi pembangunan SDM yang unggul. Dimulai dengan prioritas di sektor kesehatan dan dilanjutkan dengan memperkuat pembangunan di sektor vokasi,” ujarnya.

Tantangan ketiga, Indonesia membutuhkan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih baik, terutama yang mengarah kepada pasar kerja fleksibel dan perkembangan dunia saat ini.

“Ekosistem ketenagakerjaan yang fleksibel, akan memudahkan investor masuk guna terciptanya lapangan kerja yang masif bagi angkatan kerja kita,” katanya.

Tantangan keempat, menghadapi revolusi industri 4.0 angkatan kerja Indonesia harus adaptif dan berpikir cepat guna menghadapi perubahan teknologi informasi yang masif saat ini serta membuat transformasi industri untuk menyiapkan adanya pekerjaan baru di masa depan.

Bambang menegaskan, empat tantangan bonus demografi ini harus diiriingi pemanfaatan teknologi digital agar berdampak positif dalam mendorong tumbuhnya generasi milenial menjadi pemimpin dalam e-commerce, startup dan pengembangan ekonomi digital di Indonesia.

“Demografi Indonesia akan didominasi oleh milenials. Bila kita mampu memanfaatkan potensi ekonomi digital dengan sebaik-baiknya, maka Indonesia berpeluang menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru dunia,” tuturnya.

Menurut Bambang Satrio, bonus demografi ini tidak secara otomatis dinikmati begitu saja. Untuk memanfaatkannya, perlu didukung oleh kebijakan yang sesuai, seperti perbaikan dan peningkatan pelayanan kesehatan, ketrampilan melalui pendidikan dan pelatihan, pengendalian jumlah penduduk, serta kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas dan keterbukaan pasar kerja.

Menghadapi bonus demografi, Dirjen Binalatas mengatakan, pemerintah tak hanya terus meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan. Pemerintah juga terus bekerja keras meningkatkan kualitas lapangan pekerjaan.

“Selain meningkatkan kuantitas lapangan kerja, pekerjaan rumah terbesar saat ini adalah meningkatkan kualitas kerja, ” katanya. (Purwanto)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *