JAKARTA – MARITIM : Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan industri strategia dan salah satu industri prioritas dalam percepatan implementasi Making Indonesia 4.0. Hal itu dapat terlihat pada kontribusi industri mamin yang mencapai 6,25% terhadap PDB nasional dan 37% terhadap PDB industri pengolahan non migas pada triwulan III/2019. Dengan laju pertumbuhan sebesar 7,72%.
“Jangan sampai pasar kita yang besar ini diisi oleh produk-produk impor. Maka itu pentingnya suatu pameran terhadap perkembangan dan kemajuan industri makanan dan minuman di dalam negeri,” kata Dirjen Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim, pada konferensi pers menjelang digelarnya Salon International de I’alimentation (SAIL) Interfood 2019, di Jakarta, Senin (11/11).
Rencananya, pameran berskala internasional itu akan berlangsung pada 13-16 Nopember 2019, di JIExpo Kemayoran Jakarta. Diikuti lebih 880 perusahaan yang berasal dari 30 negara seperti Australia, Argentina, Belanda, China dan puluhan negara lainnya di Asia, Eropa dan Amerika Serikat.
Menurut Rochim, sumbangan industri mamin terhadap PDB tiap tahun terus meningkat, yakni di atas pertumbuhan industri non migas. Sehingga hal itu perlu terus didorong lewat pemberian fasilitas tax allowance, tax holiday dan super deduction tax.
Pada semester I/2019, lanjutnya, investor di industri mamin mulai mengurangi kegiatannya karena adanya pileg dan pilpres. Sehingga investasi tertunda. Tapi setelah semester I/2019 terlewati tampak terjadi pertumbuhan yang mulai menunjukan pergerakan signifikan.
“Pada triwulan III/2019 pertumbuhan industri mamin mencapai 8,33% dan pada triwulan III/2018 sebesar 8,10%. Sehingga dapat terlihat suatu peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan industri dalam negeri yang ikut pameran ini mencapai 65%,” ujar Rochim.
Realisasi investasi industri mamin periode Januari-September 2019 mencapai Rp26,39 triliun untuk PMDN dan US$1 miliar untuk PMA. Jumlah tenaga kerja di sektor industri mamin pada Pebruari 2019 sebanyak 5,2 juta orang atau 28,52% dari total tenaga kerja industri pengolahan yang mencapai 18,2 juta orang.
CEO PT Kristamedia Pratama, Daud D Salim sebagai penyelenggara pameran tersebut mengatakan, tahun ini pameran digelar untuk ke 19 kalinya di Jakarta.
“Pameran ini dari sisi jumlah peserta mengalami peningkatan 9-10% dibanding tahun sebelumnya. Di samping itu, SIAL Interfood 2019 merupakan platform Bisnis to Bisnis (B2B) untuk mempromosikan produk, melakukan bisnis dan mencari solusi untuk kebutuhan bisnis. Pameran ini juga merupakan tempat yang tepat untuk mencari dan menemukan inovasi baru dalam industri makanan dan minuman,” ungkap Daud.
SIAL Interfood 2019 menampilkan lebih dari 28 sektor makanan dan minuman antara lain produk susu, telur, keju, daging, ikan dan produk hasil laut, buah dan sayuran, produk bakery, ingredients cokelat, kopi dan teh, gelato dan es krim, minuman beralkohol, non alkohol dan lainnya. Mesin-mesin pengolahan dengan teknologi terbaru di dunia industri makanan dan minuman juga akan ditampilkan.
Pameran juga akan dimeriahkan oleh La Cuisine Competition yang merupakan kolaborasi dari World’s Chef dan Associations of Cullinary Proffesionals (ACP). Ini adalah ajang pertemuan para profesional dalam bidang jasa makanan.
“Tahun lalu ada 520 chef, tahun ini 750 chef hotel yang akan hadir, dan 10% dari Internasional. Mereka akan menampilkan masakan kuliner Indonesia, sehingga masakan indonesia juga akan lebih dikenal di hotel-hotel dalam negeri maupun luar negeri,” jelas Daud.
Kristamedia Pratama sebagai penyelenggara menargetkan pameran akan dikunjungi 82.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri. Sedang tahun lalu dihadiri hampir 65.000 pengunjung selama 4 hari pameran. (Muhammad Raya)