KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) bertekad menjadikan industri agro sebagai sektor unggulan dalam jangka panjang untuk terus memberikan stimulasi bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya ini didukung dengan potensi kekayaan sumber daya alam di Indonesia. Sehingga diharapkan mampu menyejahterakan masyarakat dan menghasilkan devisa.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, langkah strategis yang dilakukan Kemenperin adalah meningkatkan program kemitraan yang mengintegrasikan pelaku industri dengan petani.
“Pola kemitraan yang mengaitkan perusahaan inti dengan petani plasma mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup tinggi. Pasalnya, selain dapat mengatasi kendala pendanaan maupun kualitas produksi petani, pola kemitraan ini akan menjamin pemasaran maupun harga produk petani,” katanya di Jakarta, pekan lalu.
Dijelaskan, perusahaan inti juga memperoleh manfaat yang besar. Antara lain dapat memasarkan produknya kepada plasma, atau mendapatkan jaminan pasokan bahan baku dari mitranya. Karena itu, pelaku industri didorong agar melakukan kerja sama dengan kelompok petani.
“Hal ini akan mendapatkan nilai tambah secara optimal, karena rantai tata niaga lebih efisien,” ujarnya.
Panggah menyebut beberapa sub sektor di industri agro telah melakukan pola kemitraan terintegrasi dengan baik. Antara lain industri susu, industri hilir kelapa sawit, industri gula dan industri pengolahan kakao.
Berdasarkan data BPS, sampai triwulan III/2016 industri agro mampu tumbuh sebesar 6,64%. Dari sisi kontribusi terhadap PDB industri pengolahan non-migas, sektor agro menyumbang 46,95% pada triwulan III/2016, naik tipis dibanding pada periode sama 2015 sebesar 45,42%.
“Peran industri agro disumbang oleh sub sektor industri makanan dan minuman sebesar 32,82%, industri pengolahan tembakau 5,17%, serta industri hasil hutan dan perkebunan 8,95%,” kata Panggah.
Sementara nilai ekspor industri agro sampai Oktober 2016 mencapai US$ 29,94 miliar. Sedangkan nilai investasi PMDN di industri agro sampai semester I/2016 sebesar Rp 10,68 triliun dan investasi PMA sebesar US$ 2,41 miliar. [M Raya Tuah]