MALUT–MARITIM : Antusiasme masyarakat dan pengusaha terhadap keberadaan Tol Laut, di wilayah Maluku Utara khususnya Jailolo Halmahera Barat, cukup tinggi. Ini terlihat dari muatan balik, terbesar dari daerah tersebut adalah kopra.
Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Jailolo, B Wisnu Sentyaki mengatakan, keberadaan Tol Laut sangat terasa kehadiran dan manfaatnya bagi masyarakat dan pengusaha lokal. Terutama, pelaku usaha yang memproduksi kopra.
Dikatakan, Pelabuhan Matui Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara merupakan salah satu pelabuhan dengan muatan balik Tol Laut yang tidak pernah sepi. “Paling banyak kopra. Kami juga sedang gencar sosialisasi terus ke masyarakat mengenai muatan balik selain kopra,” kata dia, Selasa (30/3).
Dikatakan, Pelabuhan Matui Jailolo resmi menjadi bagian dari trayek Tol Laut Kementerian Perhubungan cq Direktorat Jenderal Perhubungan Laut pada awal tahun 2020. Pelabuhan ini disinggahi KM Logistik Nusantara 3 dengan rute Surabaya-Makassar-Jailolo-Morotai dan kembali dengan rute Morotai langsung ke Surabaya.
“Total muatan balik kali ini saja ada 35 kontainer terdiri dari 29 kontainer kopra, 1 kontainer pala dan cengkeh, 1 kontainer buah kelapa, 1 kontainer arang, 1 kontainer ikan, 1 kontainer cumi dan 1 kontainer cumi campur ikan. Jadi total ada 35 muatan balik dari sini menuju Pulau Jawa,” ungkapnya.
Selain kopra, komoditi lain yang merupakan produk unggulan lokal adalah hasil perikanan. Terutama cumi yang merupakan salah satu ciri khas daerah sekitar Halmahera Barat.Cumi segar yang berasal dari Jailolo juga sudah masuk ke dalam program prioritas Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Halmahera Barat untuk dikirimkan ke Surabaya melalui Tol Laut.
Selain itu, Wisnu mengungkapkan, Tol Laut juga memberikan manfaat dari sisi penurunan disparitas harga, terutama untuk bahan baku industri.
“Pengusaha lokal sangat mendukung kegiatan program Tol Laut karena bahan baku dan lain-lain yang biasanya ambil dari Ternate dengan adanya Tol Laut belanja sudah tidak perlu ke Ternate lagi. Jadi tentunya lebih murah,” ujarnya.
Wisnu mengungkapkan, barang-barang yang dikirim dengan Tol Laut sangat laris dan diminati masyarakat sebab harganya yang jauh lebih murah. Dalam waktu kurang dari dua minggu, barang-barang tersebut biasanya sudah habis terjual.
“Sembako seperti beras, gula dan lain-lain itu selalu habis. Ada juga yang didrop atau dikirim ke Kecamatan Ibu, Jailolo Selatan dengan perjalanan kurang lebih perjalanan 90 menit,” ujarnya seraya menambahkan, bahan baku material juga cukup laris. Bahan bangunan seperti triplek, seng, besi ini juga cepat habis sudah langsung dibawa ke toko masing-masing. (Rabiatun)