JAKARTA-MARITIM : Indonesia memiliki peluang besar menjadi produsen dan eksportir produk halal terbesar di dunia. Karena didukung sumber daya termasuk potensi sektor industrinya. Untuk itu, Kemenperin mendorong peluang dan potensi tersebut agar dapat tumbuh secara optimal.
“Indonesia merupakan pasar besar bagi produk muslim. Karena sebagai negara dengan populasi muslim terbesar mencapai 229 juta jiwa. Angka itu adalah 87,2% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 276,3 juta jiwa atau 12,7% dari populasi muslim dunia,” kata Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, pada pembukaan pameran Indonesia Industrial Moslem Exhibition (ii-Motion) 2021 secara virtual, Kamis (3/6).
Dijelaskan, sektor industri halal merupakan bagian dari ekosistem dengan potensi ekonomi yang sangat besar saat ini dan ke depannya. Berdasarkan laporan State of Global Islamic Economic Report 2020-2021, tingkat konsumsi masyarakat muslim dunia mencapai US$2,02 triliun, yang terserap di sektor makanan, farmasi, kosmetik, mode, perjalanan dan media/rekreasi halal.
“Tingkat konsumsi tersebut diproyeksi terus meningkat hingga mencapai US$2,4 triliun pada 2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 3,1%,” ungkap Wapres.
Mengacu dari sumber data sama, peringkat Ekonomi Syariah Indonesia yang diukur berdasarkan Indikator Ekonomi Islam Global, juga mengalami kenaikan. Pada 2019, Indonesia menduduki peringkat ke 4 dunia setelah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
“Indikator tersebut diukur dengan 6 sektor, yaitu makanan dan minuman, jasa keuangan, perjalanan ramah muslim, modest fashion, farmasi dan kosmetik, serta media dan rekreasi. Kenaikan peringkat ini tak terlepas dari diberlakukannya UU No 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal pada Oktober 2019,” sebutnya.
Di samping itu, Indonesia sudah punya Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 yang memiliki empat strategi utama. Pertama, penguatan rantai nilai halal yang terdiri dari industri makanan dan minuman halal, industri pariwisata halal, industri fesyen muslim, industri media dan rekreasi halal, industri farmasi dan kosmetik halal serta industri energi terbarukan.
Kedua, penguatan sektor keuangan syariah. Ketiga, penguatan usaha mikro, kecil dan menengah. Keempat, pemanfaatan dan penguatan ekonomi digital.
Menurutnya, potensi Indonesia sebagai pasar produk muslim perlu diimbangi dengan peningkatan kinerja ekspor Indonesia dan potensi produknya untuk masuk ke pasar negara-negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI). Berdasarkan data OKI Economic Outlook 2020, di antara negara-negara anggota OKI, Indonesia menjadi eksportir terbesar kelima dengan proporsi 9,3%.
“Jika dibandingkan secara global, ekspor produk halal Indonesia saat ini baru berkisar 3,8% dari total pasar produk halal dunia. Untuk meningkatkan kontribusi tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya strategis, salah satunya melalui penyelenggaraan event berskala nasional dan internasional. Untuk mendorong promosi dan publikasi produk muslim Indonesia yang saat ini sudah mengalami kemajuan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga akan semakin dikenal di mata dunia,” imbuh Wapres.
Dorong IKM ke pasar dunia
Pada kesempatan sama, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan pihaknya menginisiasi penyelenggaraan ii-Motion secara virtual pada 3-5 Juni 2021 dengan tujuan untuk membuka dan memperluas jangkauan pemasaran produk muslim Indonesia.
Selain itu, mendorong pertumbuhan IKM produk muslim, memperkuat citra Indonesia sebagai pemain penting dalam industri halal dunia, serta mendukung upaya Indonesia untuk menjadi produsen produk halal terbesar di dunia.
“Kesempatan pelaku IKM Indonesia untuk masuk pasar dunia sangat besar. Sayang apabila kita tidak menggunakan potensi ini. Maka itu, kami fasilitasi dengan pameran ii-Motion agar produk Indonesia bisa menembus ekspor,” paparnya.
Ditambahkan, rangkaian kegiatan ii-Motion 2021 dengan tema “Indonesian Halal Industry Today terdiri dari pameran secara virtual, webinar dan talkshow dengan berbagai pembahasan, demo make up dan hijab, demo barista, serta demo masak.
Diikuti 142 peserta dari kelompok komoditas makanan dan minuman, fesyen, sepatu, tas, perhiasan, kosmetik serta peralatan rumah tangga. Terdapat 1 booth Program Santripreneur, 2 Klinik Konsultasi dan Fasilitasi IKM serta 4 booth Penghargaan IKM dan 4 booth Icon diisi desainer ternama Ivan Gunawan, Jenahara, Ida Royani, dan Irfan Hakim.
Pada booth Klinik Konsultasi dan Fasilitasi terdapat Klinik Desain Merek dan Kemasan serta Klinik Kekayaan Intelektual bagi produk IKM. Webinar diangkat dua tema menarik, yaitu Industri Halal dan Perkembangannya di Indonesia serta Akses Pembiayaan Syariah. Sedang talkshow temanya Fashion Business Talks dan Mengangkat Potensi Unggulan Pangan Halal Lokal melalui Inovasi. Selain itu, investor dan kalangan pengusaha dapat melakukan business matching online dalam gelaran ini.
Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih, mengatakan kebutuhan masyarakat terhadap produk dan jasa berlabel halal semakin meningkat, seiring dengan bertambahnya kesadaran terhadap kualitas, keamanan dan kesehatan produk yang dikonsumsi.
“Legitnya pasar industri produk halal global ini memang tak hanya dikerubuti oleh negara dengan mayoritas muslim, seperti Indonesia dan Malaysia. Perusahaan-perusahaan dari China, Thailand, Filipina, Jepang, Korea Selatan dan Australia juga ikut berebut memproduksi barang-barang halal. Saya yakin kita bisa mengambil bagian pasar produk halal. Paling tidak sebagai pemain utama di Asia,” ujarnya. (Muhammad Raya)