NARTO (36th) tertegun kaku saat menatap bingung papan nama bank yang telah berubah, pastinya pemuda asal Purwokerto Jawa Tengah ini akan mendatangi bank yang dituju untuk menyetor uangnya.
Sebagai penjual bakso keliling, Narto yang ditinggal disekitar perkampungan Jati Asih Bekasi ini, sejak beberapa tahun lalu menjadi nasabah Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Cabang Bekasi yang berkantor di Jalan A. Yani Kota Bekasi. Sebagai nasabah, Narto setiap minggu datang ke bank untuk sedikit menabung kelebihan dari hasil berkeliling menjual bakso. Namun, karena pandemi covid-19, sejak pertengahan 2020 omzet penjualan bakso menurun drastis, selain karena jarang berkeliling berjualan juga pelanggannya pun turun, karena aktivitas masyarakat yang berkurang. Sehingga hasil tang didapat hanya bisa memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga, Narto belum bisa menabung. Itu sebabnya, Narto tidak mengetahui kalau BNI Syariah sudah menjadi Bank Syariah Indonesia, dengan tidak merubah status nasabahnya.
Dalam keadaan bingung dan bertanya-tanya, Narto berbalik keluar dari kompleks perkantoran Bekasi. Di pintu gerbang Narto berpapasan dengan Paimin temannya sesama penjual bakso, Narto pun menghentikan langkahnya dan menarik tangan Paimin mengajaknya keluar. Setelah diluar, Paimin bertanya “Ono opo Narto? “. Dengan agak gugup, Narto menyampaikan bahwa BNI Syariah sudah tidak berkantor di kawasan itu, digantikan dengan Bank Syariah Indonesia.
Saya yang kebetulan lagi menunggu kendaraan ditempat yang sama, mendengar percakapan mereka. Saya pun mendekat dan bertanya, Alhamdulillah mereka percaya dan menjelaskan masalahnya, mau ke BNI Syariah tapi kantornya sudah diganti. Dengan wajah yang ramah, saya pun menjelaskan menjelaskan bahwa BNI Syariah tidak pindah lokasi operasional, tidak bermasalah bahkan sekarang semakin besar karena sudah bergabung menjadi satu dengan Bank Syariah Mandiri, dan Bank BRI Syariah yang ketiganya beroperasi di kompleks perkantoran Jalan A. Yani Bekasi.
“Silahkan masuk mas, pasti dilayani seperti waktu sebelumnya, tanpa merubah status bapak, dan nanti dijelaskan kapan bapak berganti status menjadi nasabah Bank Syariah Indonesia,” jelas saya sambil menambahkan uang bapak-bapak tetap aman.
Dengan senyum malu-malu keduanya mengucapkan terima kasih, dan masuk menuju Bank Syariah Indonesia. Terlihat keduanya disambut ramah security bank, dan saya pun naik kekendaraan umum melanjutkan perjalan.
Tingkatkan Literasi
Sekilas tentang perubahan nama bank, dari BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah. Ternyata merger tiga bank syariah anak perusahaan dari bank milik pemerintah ini, masih banyak nasabah yang belum mengerti, khususnya nasabah golongan bawah atau para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang umumnya nasabah tiga bank syariah tersebut. Meski mulai 1 Februari 2021 lalu, tiga bank syariah yakni BNI Syariah, BRI Syariah dan Bank Syariah Mandiri resmi merger menjadu satu yakni PT Bank Syariah Indonesia (BSI)Tbk.
Sebagai bank syariah yang berstatus baru, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia PT Bank Syariah Indonesia Tbk kembali melakukan peningkatan literasi dan penguatan permodalan Syariah sebagai wujud dukungan pengembangan untuk UMKM, usaha Koperasi Syariah atau yang dikenal sebagia Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).
Program ini, merupakan komitmen BSI dalam mendukung ekosistem keuangan mikro Syariah di Indonesia. Juga
kerjasama linkage, BSI juga dilakukan dengan ekosistem koperasi, fintech & e-commerce syariah dan lembaga keuangan mikro syariah lain seperti koperasi simpan pinjam dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Dengan adanya kerjasama program linkage, BSI berharap dapat membantu penyaluran pembiayaan UMKM sampai ke wilayah pelosok.
Seperti yang diungkapkan Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, kerjasama BSI dengan lembaga keuangan mikro syariah dilakukan dengan dua mekanisme yaitu executing dan channeling. Perbedaan keduanya adalah terkait perjanjian antara BSI, lembaga keuangan mikro syariah, dan nasabah.Untuk executing BSI melakukan akad dengan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS), kemudian pencairan pembiayaan kepada nasabah dilakukan oleh LKMS. Sedangkan untuk skema channeling BSI melakukan perjanjian kerjasama dengan lembaga keuangan mikro syariah, kemudian pencairan pembiayaan nasabah dilakukan oleh BSI.
Dalam roadmap-nya, BSI berupaya untuk meningkatkan sinergi perbankan syariah dengan UMKM agar naik kelas. Hal ini dilakukan dengan tiga fase yaitu business competitiveness, market expansion dan sustainable growth. Beberapa strategi yang dilakukan BSI diantaranya adalah meningkatkan value chain financing, KUR Syariah dan penyaluran dana berbasis komunitas. Selain itu BSI juga meningkatkan kolaborasi fintech dan e-commerce, fokus ke industri halal dan pengembangan produk retail banking syariah. BSI juga memanfaatkan ekosistem digital, integrasi antara commercial finance dan social finance, dan penyaluran dana berbasis masjid.
Sampai Maret 2021, BSI telah menyalurkan pembiayaan UMKM sebesar Rp35,91 triliun atau 22,63 persen dari total pembiayaan BSI. Pembiayaan UMKM BSI ini terdiri dari Rp15,3 triliun pembiayaan segmen menengah, Rp10,87 triliun segmen kecil dan Rp9,74 triliun segmen mikro. Potensi pertumbuhan pembiayaan UMKM ini cukup besar dengan risiko pembiayaan yang cukup terjaga, dimana jumlah Baitul Maal Wat Tamwil di Indonesia mencapai lebih dari 4.500 dengan BPRS mencapai 163 dengan jumlah jaringan 631 outlet, jumlah masjid lebih dari 600 ribu dan pesantren lebih dari 26 ribu.
Dalam mendorong bisnis UMKM, BSI telah melakukan beberapa sinergi dan kolaborasi diantaranya adalah pembiayaan kepada Pertashop, kerjasama dengan MUI, PBNU, BPRS dan Kemenparekraf. BSI juga ikut mendukung agenda pemerintah sebagai penyalur bantuan sosial di Aceh dan penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan tingkat leverage mencapai 2,8 kali.
Menuju Layanan Digital
Hadir dengan nama besar, Bank Syariah Indonesia terus berbenah, dalam memberikan layanan kepada nasabah dan calon nasabah. Intinya, BSI akan menerapkan berbagai strategi untuk memberikan kenyamanan bagi nasabahnya dalam bertransaksi. Dan sesuai karakteristik nasabah saat ini yang berubah ke layanan digital.
Hal ini diakui Dirut BSI, Hery Gunardi, memang terjadi transformasi digital disektor perbankan nasional yang mendapat respon dari masyarakat. Mengikuti trend, perseroan terus berbenah dan meningkatkan kapasitss sistem mengikuti akselerasi bank-bank digital. BSI terus melakukan transformasi digital untuk menghadirkan kemudahan layanan keuangan bagi nasabah dan masyarakat, termasuk membuka rekening secara daring (online). Melalui pengembangan aplikasi BSI Mobile yakni fitur terbaru Know Your Customer-Biometric, BSI menargetkan pembukaan rekening online mencapai 1 juta nasabah.
Jelas kata Hery, ada banyak persiapan yang akan dilakukan diantaranya mempercepat kapasitas digitalisasi, meningkatkan stabilitas sistem mobile, menambah dan memperbaharui fitur-fitur dan fokus pada peningkatan pengalaman pengguna atau user experience (UX) yang menitikberatkan pada bagaimana pengalaman pengguna dslam berinteraksi menggunakan produk digital.
“Transformasi digital di perbankan syariah, kami akan lakukan dengan stabilitas sistem mobile, dan upgrafe kapabilitas sistem dengan melakukan pembaruan-pembaruan fiturenhance, user experience compare dengan sistem mobile banking kami,” jelas Hery.
Dengan fitur anyar yang dilengkapi keunggulan sistem biometrik, calon nasabah BSI kini dapat membuka rekening tabungan secara online (digital onboarding) dengan cepat, mudah dan seamless. Terobosan ini tentunya ditujukan untuk memberikan kenyamanan lebih kepada para calon nasabah BSI.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi mengatakan sebagai bank syariah terbesar di Tanah Air, BSI terus berinovasi melalui berbagai pengembangan digital sebagai bagian dari langkah transformasi digital yang sudah dicanangkan sejak bank ini diresmikan pada 1 Februari 2021. Yang terbaru, BSI mengembangkan fitur BSI Mobile yaitu fitur Know Your Customer – Biometric untuk menghadirkan kenyamanan dan kemudahan bagi calon nasabah.
Dengan fitur biometrik yang baru ini, tambah Hery, calon nasabah BSI dapat membuka rekening online. “Kami berkomitmen terus meningkatkan customer experience dari calon nasabah dan nasabah BSI, melalui kanal-kanal digital yang kami hadirkan, ” ujar Hery saat memperkenalkan fitur biometrik BSI Mobile.
Sejalan dengan aspirasi perusahaan untuk menjadi bank yang modern dan inklusif, lanjut Hery, BSI akan senantiasa menawarkan kemudahan layanan bagi masyarakat dalam bertransaksi sesuai prinsip Syariah. “Kami akan terus menyasar milenial dan generasi Z, melalui produk-produk layanan digital, sehingga akan muncul generasi-generasi Syariah atau Gensy. Selain itu, saya juga berkomitmen akan mewakafkan diri untuk terus melakukan literasi syariah melalui bank syariah terbesar di Indonesia,” jelas Hery yang juga Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo).
Untuk diketahui, fitur Biometrik menjadi salah satu verifikator pembukaan rekening online melalui verifikasi foto wajah yang terintegrasi dengan data kependudukan dari Disdukcapil. Dengan fitur ini memungkinkan calon nasabah tidak perlu videocall, saat tahap verifikasi data diri pada proses pembukaan rekening secara daring.
Selain itu, dengan adanya fitur biometrik, waktu yang dibutuhkan untuk pembukaan rekening akan menjadi lebih singkat, yakni kurang dari 5 menit hingga proses terbentuknya nomor rekening online.
Dengan teknologi ini, calon nasabah BSI tidak perlu antri atau datang ke kantor cabang BSI. Inovasi ini tentunya efektif dan efisien, serta nyaman bagi calon nasabah, di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir. “Tentunya dari sisi keamanan, privacy, dan legalitas sudah disetujui dan diawasi oleh OJK,” tutur Hery.
Saat ini, animo masyarakat terhadap layanan keuangan BSI cukup meningkat, dimana jumlah pembukaan rekening online per awal Juni 2021 mencapai lebih dari 400 ribu NoA dengan rata-rata 2.000 pembukaan rekening online yang terdata setiap harinya.
Dikatakan, selain itu perseroan juga memproses transaksi open banking melalui fitur Apolication Programming Interface (API) yang dijemvangkan sebsgai bentuk kolaborasi perbankan dengan perusahaan finanxial technology (fintech). “Kami juga membuka diri kerjasama dengan e-cmmerce, fintech, dengan payment sistem agar tidak terisolasi khususnya dalam hal sistem pembayaran,”kata Hery.
Lebih jauh tentang digitalisasi di BSI, Hery mengatakan, secara kinerja digital, BSI mencatat layanan digital hingga semester I-2021, kanal digital BSI tumbuh signifikan. Hingga Juni 2021, nilai transaksi kanal digital BSI sudah menembus Rp95, 13 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari transaksi melalyi layanan BSI mobile yang naik 83,56 persen secara yoy (year on year). Jika dirinci sepabjnag Januari-Juni 2021, volume transaksi di BSI mobile mencapai Rp41, 99 triliun. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 109,82 persen secara yoy. Hal ini didorong oleh jumlah user mobile banking yang menembus 2,5 juta pengguna. Pada 6 bulan pertama 2021, BSI berhasil mencatat kinerja impresif dengan membukukan laba bersih Rp1, 48 triliun, meningkat 34,29 persen secara yoy dari periide tahun lalu Rp1,1 triliun.
Dari hasil kinerja BSI terlihat, bahwa banyak upaya telah dilakukan, literasi dan komunikasi dengan nasabah eks-eks bank merger terus dilakukan. Tujuannya, memberikan kenyamanan dan keamanan bertransaksi kepada nasabah, menuju integrasi digitalisasi perbankan syariah yang berwawasan teknologi.
www.tabloidmaritim.com