JAKARTA-MARITIM : Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) terus berpartisipasi aktif dalam memamerkan produk-produk strategis seperti rempah-rempah, herbal dan hasil bumi dari Indonesia. Pada ajang pameran Trade Expo Indonesia (TEI) ke 38 tahun 2023, yang digelar 18-22 Oktober 2023, bertempat di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, diharapkan dapat meningkatkan peluang transaksi lebih besar. Karena melalui TEI, eksportir nasional dapat bertemu secara langsung dengan para pembeli potensial dari mancanegara.
Ketua Umum DPP GPEI, Benny Soetrisno, mengatakan di pameran TEI 2023 ini GPEI menempati stan di Hall 3 dengan nama ‘GPEI Lounge’. GPEI turut berpartisipasi aktif dalam memamerkan produk-produk untuk tujuan ekspor, yaitu berupa rempah-rempah (termasuk teh, kopi dan minyak atsiri), herbal dan hasil bumi.
Setelah usai sesi acara pembukaan, Menteri Koordiantor Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, didampingi sejumlah pejabat terkait dan Ketua Umum DPP GPEI, Benny Soetrisno serta Wakil Ketua Umum III Bidang Manufaktur, Pertambangan, Kehutanan dan Investasi DPP GPEI, Abdul Sobur, menyempatkan untuk mengunjungi GPEI Lounge.
Kepada Airlangga, Benny Soetrisno membahas mengenai potensi rempah-rempah Indonesia yang sangat besar. Data tahun 2021 menyebutkan, Indonesia memiliki 189 eksportir minyak atsiri yang tersebar di seluruh provinsi, dengan total nilai ekspor US$248,5 juta. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi penyumbang ekspor minyak atsiri terbesar dengan nilai sebesar US$91,9 juta, setara 36,9% total ekspor minyak atsiri Indonesia.
Sementara Abdul Sobur, Wakil Ketua Umum III Bidang Manufaktur, Pertambangan, Kehutanan dan Investasi DPP GPEI, melihat kebermanfaatan dan antusiasme masyarakat global untuk menjaga kesehatan, diharapkan menjadi momentum bagi eksportir untuk meningkatkan ekspornya ke negara tujuan ekspor, baik yang existing maupun negara tujuan baru yang potensial. Sehingga minyak atsiri Indonesia dapat semakin mendunia.
“Devisa yang dihasilkan dari ekspor produk berupa rempah-rempah, herbal dan hasil bumi Indonesia ke mancanegara nilainya sangat signifikan untuk berkontribusi pada APBN seperti data yang kami paparkan di atas,” ungkapnya.
Menurutnya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan perlu untuk mengakselerasi adanya program “Indonesia Spice Up the World”, yang bertujuan meningkatkan ekspor rempah-rempah melalui promosi Gastronomi Indonesia.
Ditambahkan, sebagai gambaran saja bahwa produksi rempah-rempah Indonesia masih menempati peringkat keempat secara global, setelah India, Tiongkok, dan Nigeria. Sementara untuk kinerja ekspor, Indonesia masih berada di peringkat sepuluh besar, setelah Tiongkok, India, Belanda, dan Jerman.
“Dengan potensi pengunjung TEI 2023 ini, yang diperkirakan total sebanyak 30 ribu orang, di mana di antaranya akan ada sebanyak 6 ribu buyer dari 150 negara, maka ajang pameran TEI 2023 ini merupakan salah satu ajang yang sangat tepat bagi upaya untuk mencapai tujuan agar rempah-rempah Indonesia semakin mendunia dan kembali berjaya,” ucapnya.
Karena itu, sambungnya, GPEI berpartisipasi aktif dalam pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2023 ini, dengan memamerkan produk berupa “Rempah, Herbal dan Hasil Bumi”. (Muhammad Raya)