Ini Alasan  Pelayaran  Tambah Call di TPK Kendari New Port dan Optimisme Capai Target 2024

Sejak beroperasi pada 2019,  Terminal Petikemas Kendari New Port  (TPK KNP) menjadi “magnet” bagi pelayaran dalam  menopang pertumbuhan  perekonomian di wilayah Sulawesi Tenggara dan sekitarnya. Ditambah lagi, pasca merger Pelindo 1-IV menjadi satu holding, tranformasi, standarisasi layanan dan digitalisasi yang dilakukan BUMN ini  serta adanya program hilirilasi industri nikel di Propinsi tersebut mendorong sejumlah pelayaran menambah call ke Pelabuhan Kendari, khususnya ke terminal peti kemas Kendari New Port (KNP).
Tentu saja, bagi operator terminal, penambahan call tersebut berdampak posotof pada peningkatan throughput pelabuhan yang selalu tumbuh dalam beberapa tahun terakhir.
Sebut saja, ada tiga  dari tujuh pelayaran yang saat ini beroperasi di KNP, yakni  Meratus, Tanto, dan SPIL  mengakui adanya penambahan call dalam beberapa tahun terakhir pasca merger Pelindo. Ketiganya merupakan pelayaran yang memiliki weekly call ke Pelabuhan tersebut.
“Sekarang kami sudah memiliki tujuh call dalam sebulan, dari sebelumnya hanya empat. Ada tiga tambahan call baru”, kata Klemens Kenny, Kepala Cabang Meratus Kendari saat berbincang dengan pers di Kendari (19/11/2024).
Meratus sebagai kontributor terbesar  bongkar muat petikemas di  KNP dengan market share hampir mencapai 50% dari total throughput KNP yang  tahun 2023 tembus  128,456 TEUs . Meratus juga mengoperasikan kapal-kapal yang cukup besar dengan kapasitas 400-800 TEUs. Trend pertumbuhannya cukup bagus, yakni sekitar 8-10% per tahun.
Usman Bada, Branch Manager PT Salam Pacific Indonesia Line (SPIL) Cabang Kendari yang turut serta dalam perbincangan bersama juga Pelayaran SPIL dan TANTO  mengatakan, dalam beberapa waktu belakangan, SPIL menambah dua call baru, sehingga total call bulanan menjadi enam, dari sebelumnya empat call per bulan. Sama seperti Meratus, SPIL juga mengakui ada pertumbuhan volume yang ditangani hingga mencapai 10%.
Sementara itu, kendati tidak menambah call baru, Pelayaran Tanto juga menambah kapasitas kapal yang dioperasikan mengingat trend pertumbuhan yang cukup bagus. Memang kami tidak menambah call baru. Tetapi, kami meningkatkan kapasitas dari kapal-kapal yang kami operasikan karena trend pertumbuhan kargo yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, jelas Ramadhan Akbar, Kepala Cabang Tanto Kendari. Saat ini Tanto memiliki 4 call per bulan.
Ketiga operator pelayaran  mengakui ada dua faktor utama yang memicu pertumbuhan kargo ke Pelabuhan Kendari. Pertama, program hilirisasi tambang nikel di propinsi Sulawesi Tenggara. Hilirisasi tersebut meningkatkan kebutuhan barang yang masuk ke propinsi tersebut dalam mendukung kegiatan smelter (pengolahan nikel menjadi barang setengah jadi).
Memang, hingga saat ini hasil olahan kegiatan smelter belum banyak yang dikirim menggunakan kontener, karena masih berupa stainless steel yang dikirim menggunakan bulk carrier. Namun, ketiganya yakin untuk ke depannya, akan pengolahan industry nikel menjadi barang jadi berupa litium akan mendongkrak volume barang yang dikirim menggunakan kontener.
Di samping itu, peningkatan volume kargo juga dipicu meningkatnya hasil perikanan serta pertanian yang terus mengalami pertumbuhan. Hal inilah yang menyebabkan muatan balik yang cukup besar dari propinsi tersebut. Angkutan balik dari Kendari rata-rata mencapai 30%. Jumlah ini relative tinggi dibanding angkutan balik dari kawasan lain di Indonesia Timur yang rata-rata hanya mencapai 10%.
Kedua, meningkatnya kinerja pelabuhan kendari sejak adannya KNP serta transformasi berkelanjutan yang dilakukan Pelindo pasca merger mendorong mereka untuk menambah call ke pelabuhan tersebut.
Ada peningkatan yang sangat signifikan dalam hal kecepatan bongkar muat di pelabuhan serta port stay yang jauh lebih singkat. Saat ini, port stay rata-rata hanya sehari, dari sebelumnya rata-rata dua hari. Apalagi, jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu sebelum adanya KNP yang rata-rata lebih dari tiga hari, jelas Klemens Kenny.
Selain ketiga pelayaran tersebut, ada empat pelayaran lain yang juga memiliki call ke KNP yakni Temas, SRIL, Mentari, dan SAMAS. Total call dari ketujuh perusahaan pelayaran tersebut ke Pelabuhan Kendari mencapai 35 unit per bulan.
BSH Naik Signifikan, Port Stay Kurang dari Sehari. Menurut data dari TPK Kendari yang mengoperasikan KNP, menyusul pengoperasian Pelabuhan baru KNP pada tahun 2019, kinerja Pelabuhan Kendari terus mengalami peningkatan. Kinerja Terminal petikemas KNP yang memiliki kapasitas 250.000 TEUs ini terus meningkat. Apalagi, transformasi yang massif dilakukan post-merger semakin mendorong peningkatan kinerja operasional.
Terminal Head TPK Kendari Herryanto
Kinerja 
Peningkatan kinerja operasi bisa dikatakan terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama terjadi pasca pemindahan petikemas dari Terminal Konvensional Bungkutoko ke KNP pada tahun 2019. Lalu, kemudaian post-merger pada tahun 2021,” kata Terminal Head TPK Kendari Herryanto.
Herryanto yang saat ini juga merangkap sebagai General Manager (GM) pelabuhan Kendari mengatakan Pelabuhan Kendari saat ini memiliki empat terminal yakni KNP, Terminal Konvensional Bungkutoko, Terminal Nusantara Kota Kendari, dan Terminal Pangkalan Perahu Kota Kendari.
“Dulu, sebelum pemindahan petikemas ke KNP, sering sekali terjadi antrian kapal. “Bahkan bisa berhari-hari. Setelah pemindahan pada tahun 2019, ditambah lagi setelah kami melakukan transfromasi melalui penerapan berbagai macam sistem (post-merger pada 2021), hampir tidak terjadi lagi antrian kapal,” jelas Herryanto.
Menurut data operasional TPK Kendari, waktu tunggu (waiting time) di KNP saat ini hanya 30 menit, turun dari rata-rata 1 jam pada tahun 2020 (sebelum merger). Apalagi jika dibandingkan 2018 (sebelum KNP beroperasi) yang bisa sampai berhari-hari. Effective berthing time (ET/BT) juga mengalami peningkatan, dari 68,75% pada tahun 2020 menjadi 76,09% pada tahun 2024, jauh di atas standard yang ditetapkan oleh Direktorat Perhubungan Laut yakni pada angka 70%.
Kegiatan pelayanan barang juga meningkat tajam dengan B/S/H (box/ship/hour) yang naik dari 11.05 pada 2020 menjadi 21.46 pada 2024. Demikianpun B/C/H (box/crane/hour) yang naik dari 14.70 menjadi 25.19 pada 2024.
Bahkan B/S/H bisa mencapai 40 pada saat dua QCC bisa dioperasikan sekaligus untuk melayani satu kapal,” kata Klemens Kenny membenarkan hal tersebut.
“Peningkatan tersebut berdampak signifikan terhadap port stay KNP yang saat ini kurang dari sehari atau sekitar 17 jam. “Port stay kapal-kapal kami yang berkapasitas 800 TUEs rata-rata sehari. Apalagi kapal yang lebih kecil, pasti kurang dari sehari,” lanjut Kenny.
Optimis Tercapai
Hingga bulan oktober tahun ini, throughput KNP sudah mencapai 112.112 TEUs, naik sekitar 10% dibanding periode yang sama tahun 2023. Herryanto optimis target 130.000 TEUs pada 2024  akan tercapai.
Dalam tiga tahun terakhir post-merger, throughput KNP memang terus mengalami peningkatan, dari 95,835 (2020) menjadi 106,888 (2021), 120,721 (2022), dan 128,456 TEUs pada 2023. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ship call yang terus naik dari 339 unit pada 2021, menjadi 363 (2022), dan 388 unit pada 2023. Hingga Oktober 2024, kunjungan kapal sudah mencapai  322 unit.
Kendati mengalami kenaikan throughput dan kunjungan kapal, baik YOR (yard occupancy ratio) maupun BOR (berth occupancy ratio) tetap terjaga, jauh di bawah standar kepadatan. Saat ini YOR dan BOR masing-masing pada angka 25.90% dan 39.40%, jauh dibawah standard 70%. Artinya, availability operasi masih sangat memadai atau sekitar 93%. Artinya, baik dermaga maupun lapangan penumpukan masih sangat memadai. Dengan throughput tahunan saat ini (sekitar 130,000) pada satu sisi semntara pada sisi lainnya kapasitas tahunan 250,000 TEUs, terminal kami masih sangat cukup, jelas Herryanto.
“Waktu yang dihabiskan truk dalam mengirim maupun mengambil barang di pelabuhan juga terpangkas signifikan. Tercatat TRT (truck round time) untuk delivery saat ini hanya 18 menit dan untuk receiving hanya 15 menit. “Ini merupakan hasil dari transformasi sistem yang kami lakukan dengan menerapkan planning and control system,” jelas Herryanto. ***Hbb

Related posts