Surabaya – Maritim
PEMBANGUNAN Terminal Teluk Lamong (TTL) sering dinilai sebagai inovasi Pelindo III hadirkan terminal multipurpose, berkonsep Green & Automatic Technology. Diresmikan Presiden RI 22 Mei 2015, terminal berkonsep ramah lingkungan serta automatic port ini diharap dapat mendorong efisiensi logistik nasional. Awalnya, TTL direncanakan dibangun dengan konsep sama seperti terminal-terminal yang sebelumnya tlah ada di Tanjung Perak. Namun kemudian Manajemen PT Pelindo III membentuk tim study beranggota para Senior Manajer dan ahli di bidangnya untuk lakukan studi banding ke pelabuhan-pelabuhan di Eropa, Amerika dan Uni Emirat Arab. Hasilnya, terwujud konsep seperti sekarang, kendati dalam perjalanannya mengalami beberapa pergantian desain terminal.
TTL mulai dibangun akhir 2010 dengan Tahap I selesai tahun 2014. Sejak diresmikan pada Mei 2015, telah melayani jasa bongkar muat petikemas internasional dan domestik, serta bongkar curah kering berupa komoditi food & feed grain. Saat ini, masuk tahap kedua, dengan kembangkan fasilitas layanan curah kering (Grab Ship Unloader – Conveyor – Silo & Flat Storage) dan perluasan lapangan penumpukan petikemas.
Terminal ini dibangun tak hanya fokus di pengembangan bisnis kepelabuhanannya saja, namun terdapat tujuan yang diharap jadi inovasi dunia pelabuhan. Keseriusan Pelindo III mengembangkan pelabuhan modern, diwujudkan beroperasinya TTL yang dilengkapi fasilitas dan peralatan High Technology Equipment ramah lingkungan. Selain itu, kapasitas peralatannya juga sangat besar. Pada layanan petikemas digunakan Automated Stacking Crane (ASC) crane automatic di lapangan penumpukan. Truk pengangkut petikemas dari dermaga ke/dari lapangan penumpukan, juga berkonsep otomasi. Container Terminal Trailer (CTT) menggunakan sistem sensor pembaca pada transponder di jalur ditentukan. Saat ini TTL telah lakukan otomasi sejumlah 15 truk dari 50 unit truk CTT miliknya.
Transaksi online yang diaplikasikan, jadi daya tarik bagi pengguna jasa untuk lebih mudah melakukan kegiatan pengiriman dan pengambilan petikemas. Selain waktu yang lebih fleksibel (24 jam 7 hari), pengguna jasa juga dimudahkan saat masuk ke area terminal dengan tidak membawa dokumen kertas secarik pun. Untuk sistem operasional digunakan TOS (Terminal Operating System) yang dipadukan dengan RBS (Real Base System), hingga administrasi di lapangan tak perlukan kertas. Pengemudi truk yang masuk terminal, dibekali ID Card sebagai informasi data atas transaksi yang dilakukan.
Pada layanan bongkar curah kering, PT TTL siapkan peralatan bongkar berkapasitas besar, didukung conveyor belt sepanjang 1,2 km dari dermaga ke gudang dan silo. Setelah uji coba lengka, fasilitas curah kering terminal yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Gresik dengan Kota Surabaya ini siap melayani kapal-kapal curah ukuran “raksasa”. Pada dermaga curah kering, disediakan dua unit GSU (Grab Ship Unloader) berkapasitas 2.000 ton/jam per unit, hingga mampu membongkar 24.000 ton/hari. Kapasitas yang sangat besar dibanding kondisi terminal yang ada di Indonesia sebelumnya,higga berpotensi jadi terminal curah kering dengan kapasitas terbesar se-Asia Tenggara. Komitmennya dalam menjaga lingkungan, diwujudkan dengan pelayanan curah kering hanya pada kooditi food (pangan) dan feed (pakan) grain saja. Pemakaian conveyor belt, juga berperan mengurangi polusi udara di dermaga, karena truk cukup berhenti pada fasilitas silo dan gudang.
Saat ini, TTL telah layani bongkar curah kering, rata-rata dua call per bulan. Dengan kedalaman kolam/alur -14 LWS jadi faktor penting pengguna jasa menyandarkan kapalnya. Didukung dengan proses bongkar yang cepat dan clean, kapal yang sandar di dermaga curah kering TTL, tak perlu berlama-lama,hingga jadi pilihan menguntungkan bagi pengguna jasa.
Sejak pelayanan perdana curah kering pada akhir 2015, jumlah pengguna jasa di TTL terus meningkat, meskipun kelengkapan fasilitas baru diresmikan Maret lalu. Setidaknya ada sekitar 18 pengguna jasa, yang rutin menyandarkan kapalnya. Kecepatan pelayanan di termial ini, dapat dicontohkan pada MV Darya Jyoti, berbendera Hongkong yang melakukan bongkar di TTL. Kapal bermuatan kedelai 54.254 ton dari Gramercy, USA, selesai dilayani hanya dalam waktu 62 jam (termasuk cleaning peralatan). Diambil rata-rata, kecepatan bongkar curah kering mencapai 20.000 ton/day/shift. Jauh lebih cepat dengan di terminal curah kering lain, dengan rata-rata waktu bongkar 9.000 hingga 10.000 ton/day.
Reka Yusmara Humas PT TTL melalui rilis resmi menjelaskan: ”Dengan peralatan berkapasitas besar dan didukung conveyor belt berkapasitas besar, serta kemampuan SDM handal, TTL berpotensi menjadi terminal curah kering masa depan Indonesia”. ***ERICK A.M.